Sebutkan dan jelaskan jenis jenis penalaran untuk penarikan kesimpulan

Sebutkan dan jelaskan jenis jenis penalaran untuk penarikan kesimpulan

Sebutkan dan jelaskan jenis jenis penalaran untuk penarikan kesimpulan
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi

KOMPAS.com – Penalaran adalah proses berpikir berdasarkan pengamatan indera secara logis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penalaran adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. Sedangkan nalar adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis.

Dikutip dari jurnal Penalaran Matematika Siswa dalam Pembelajaran (2014) oleh Arsefa, terdapat beberapa ciri-ciri kemampuan penalaran, sebagai berikut: 

  • Adanya pola pikir yang disebut logika

Dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan proses berpikir logis. Artinya berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu. 

Penalaran merupakan kegiatan yang mengandalkan suatu analitik. Kerangka berpikir dalam analitik adalah logika penalaran yang bersangkutan. 

Terdapat dua macam penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Berikut penjelasannya: 

Baca juga: Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Belajar Sejarah

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif merupakan proses nalar yang menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari hal-hal yang bersifat umum.

Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduannya bersama-sama. 

Umumnya penalaran deduktif mengambil kesimpulan secara logis berdasarkan premis yang ditemukan. Premis adalah asumsi, pemikiran, dan landasan kesimpulan yang dianggap benar. 

Beberapa contohnya sebagai berikut: 

Contoh 1

Premis 1: Hamdan suka mengonsumsi makanan bergizi.

Premis 2: Orang yang suka mengonsumsi makanan bergizi, tubuhnya sehat.

Kesimpulan: Hamdan mempunyai tubuh yang sehat.

Contoh 2

Premis 1: Setiap hewan adalah makhluk hidup.

Premis 2: Jerapah adalah hewan

Kesimpulan: Jerapah adalah makhluk hidup

Baca juga: Ilmu Pengetahuan Logika, Contoh Analisis, Klasifikasi, dan Definisi

Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusus menjadi hal yang bersifat umum.

Penalaran infuktif biasanya mengambil kesimpulan dari premis umum seperti pengamatan, data, atau fakta. Kemudian mengambil kesimpulan dengan spesifik atau hipotesis. 

Contoh dari penalaran indduktif, yakni: 

Contoh 1

Premis 1: Hewan membutuhkan makanan

Premis 2: Tumbuhan membutuhkan makanan

Premis 3: Manusia membutuhkan makanan

Kesimpulan: Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan

Contoh 2

Premis 1: Sapi mempunyai mata

Premis 2: Perkutut mempunyai mata

Premis 3: Ular mempunyai mata

Kesimpulan: Setiap hewan mempunyai mata

Baca juga: Teori Penstrukturan: Pengertian, Asumsi, dan Konsep

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sebutkan dan jelaskan jenis jenis penalaran untuk penarikan kesimpulan

Sebutkan dan jelaskan jenis jenis penalaran untuk penarikan kesimpulan
Lihat Foto

KOMPAS.com/Gischa Prameswari

Ilustrasi penalaran dan jenisnya

KOMPAS.com - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penalaran diartikan sebagai cara menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. 

Dikutip dari buku Kemahiran Matematika (2010) oleh Ilmiah, penalaran adalah cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada. 

Penalaran juga didefinisikan sebagai proses berpikir dengan menggunakan landasan logika untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar. 

Ciri-ciri penalaran 

Beberapa ciri-ciri penalaran, sebagai berikut: 

Diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut logika tertentu. Pemikiran yang ditimbang secara obyektif dan didasarkan pada data yang sah. 

Baca juga: Manfaat Statistik dalam Penelitian Sosial

Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. 

Kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, dan menghubungkan petunjuk akal pikirannya ke dalam pola. 

Sesuatu yang sedang dinalar menjadi suatu fakta atau kenyataan yang dapat dipikirkan secara mendalam. 

Jenis-jenis penalaran

Dilansir dari buku Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (2019) oleh S. Aminah dan Roikan, berikut yang merupakan jenis penalaran dalam penelitian adalah: 

Penalaran deduktif 

Proses penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum ke hal yang lebih khusus. Penalaran deduktif dianggap oleh banyak orang sebagai standar untuk penelitian ilmiah. 

Dengan metode ini, peneliti memulai dengan teori dan hipotesis, kemudian melakukan penelitian untuk menguji apakah teori dan hipotesis dapat dibuktikan benar dengan kasus tertentu. 

Dengan bentuk penalaran ini, jika ada sesuatu yang benar dalam kategori tertentu, maka hal tersebut dianggap benar untuk semua hal dalam kategori tersebut secara umum. 

Baca juga: Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Penalaran induktif 

Metode penalaran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk menentukan hukum umum. Kesimpulan ditarik dari satu atau lebih fakta. 

Pemikiran induktif dimulai dengan pengamatan khusus atau contoh nyata dari kejadian, tren, atau proses sosial dan berlanjut secara analitis terhadap generalisasi dan teori yang luas berdasarkan kasus yang diamati. 

Biasanya disebut pendekatan dari bawah ke atas, karena dimulai dengan kasus tertentu di lapangan dan bekerja hingga tingkat abstrak teori.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera [observasi empirik] yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Sehingga pengamat akan mendapatkan gambaran sebelum mengungkapkan sebuah pendapat.

Macam macam penalaran

1. Penalaran Induktif,

yaitu adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:

Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.

1. Generalisasi

Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Contoh generalisasi :

Jika ada udara, manusia akan hidup.

Jika ada udara, hewan akan hidup.

Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

2. Analogi

Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh analogi :

Nina adalah lulusan Akademi Amanah.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan Akademi Amanah.

Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik

3. Hubungan Kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam hubungan kausal :

a. Sebab- akibat.

Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

b. Akibat – Sebab.

Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

c. Akibat – Akibat.

Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

2. Penalaran Deduktif,

Penalaran deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.

Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah

* Semua manusia fana [pasti akan mati]. [premis mayor]

* Sokrates adalah manusia. [premis minor]

* Sokrates pasti [akan] mati. [kesimpulan]

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:


Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

Premis umum : Premis Mayor [My]

Premis khusus remis Minor [Mn]

Premis simpulan : Premis Kesimpulan [K]

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:

Contoh silogisme Kategorial:

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA

Mn : Badu adalah mahasiswa

K : Badu lulusan SLTA

2. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.

Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.

Mn : Air tidak ada.

K : Jadi, Manusia akan kehausan.

3. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.

Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.

K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

4. Silogisme Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun. Dimana silogisme tersusun terbagi lagi menjadi tiga kategorial yaitu:

a. Epikherema

Epikherema adalah jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambahkan keterangan sebab: penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun poembuktian keberadaannya.

Contoh:

Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya. Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.

b. Entimem

Silogisme ini merupakan jenis silogisme yang sama dengan pada penjelasan di atas.

c. Sorites.

Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang dikemukakan serta arah pembahasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga predikat premis pertama menjadi subyek premis kedua, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan yang diambil dari subyek premis pertama dan predikat premis terakhir.

Kesimpulan

Jadi apa yang dimasksud penalaran adalah merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.

Dimana penalaran dibagi dua macam yaitu penalaran induktif dan deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut mempunyai maksud dan Silogisme yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Page 2

1. Logika      Manusia adalah mahluk paling mulia sebab dianugerahi berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada semua mahluk selain manusia. Salah satu kelebihan tersebut karena manusia diberikan akal pikiran sehingga dapat memilih hal yang benar dan bermanfaat, serta meninggalkan yang tidak bermanfaat [mudarat].      Manusia merupakan makhluk yang mampu berpikir dan bernalar dengan baik. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia memiliki dua ciri yang melekat, yaitu rasionalitas dan moralitas. Rasionalitas akan menuntun manusia untuk bertindak menurut pikiran dengan pertimbangan yang logis. Moralitas akan mendorong manusia untuk berlaku sopan santun, sesuai dengan etiket atau norma yang berlaku. Namun, ketika manusia berpikir, kadang kala dipengaruhi berbagai kecenderungan, emosi, subjektivitas, dan berbagai hal lain yang menjadikan kita tidak dapat berpikir jernih dan logis sehingga menghasilkan kesalahan berpikir dan pada akhirnya akan mengakibatkan kesimpulan yang salah [sesat].      Dalam setiap keadaan, seorang manusia membutuhkan pola pikir logis. Berpikir logis merupakan berpikir dengan cara yang benar/masuk akal dan sesuai dengan hukum logika.

Logika berasal dari kata λόγος [logos] yang bermakna hasil nalar yang diutarakan dalam kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Cabang filsafat yang lain adalah epistemologi, etika, dan estetika. Dalam pembahasan ini, logika tidak dijelaskan secara rinci, hanya digunakan untuk mempelajari bernalar sebagai kecakapan hidup, berpikir secara lurus, tepat, runtut, dan teratur, yang merupakan penerapan logika dalam kehidupan keseharian. Logika merupakan materi yang dipelajari sampai kapan pun bahkan ketika manusia menciptakan kecerdasan buatan [artificial intelligence].  Seseorang dapat mengungkapkan kebenaran berdasarkan penalaran logis. Dengan disertai bukti-bukti yang ada, seseorang dapat menilai kebenaran pernyataan untuk akhirnya sampai pada pengambilan keputusan.  Logika disebut juga sebagai alat untuk menjaga dari kesesatan bernalar. Seseorang membutuhkan kemahiran bernalar logis agar dapat menghasilkan kesimpulan yang benar.Beberapa manfaat yang akan didapatkan setelah mempelajari logika antara lain sebagai berikut :[1] Menjaga supaya kita selalu berpikir benar menggunakan asas-asas sistematis.[2] Membuat daya pikir menjadi lebih tajam  dan menjadikannya lebih berkembang.[3] Membuat setiap orang berpikir cermat, objektif, dan efektif dalam berkomunikasi.[4] Meningkatkan cinta kebenaran dan menghindari kesesatan bernalar.       Bagaimana dengan perbandingan otak kanan yang dominan lebih berwarna dan manusiawi, jika hanya lebih mengutamakan logika tanpa rasa? Layakkah siswa diajarkan seperti robot dengan program dan perintah tanpa rasa? Dalam memberikan penjelasan, akankah lebih baik moderat dan digambarkan dengan baik? Cara kerja otak lebih nyata jika divisualisasikan.       Salah satu fungsi logika adalah sebagai alat untuk menarik kesimpulan. Kita dapat menggunakan alat ini setelah melakukan penalaran berdasarkan pernyataan-pernyataan benar [premis] yang ada. Penalaran untuk penarikan kesimpulan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pola nalar deduktif dan induktif. 

a. Deduktif Penarikan kesimpulan yang bergerak dari pernyataan benar yang umum ke khusus. Contoh: 

Umum Semua siswa SMK harus disiplin dan bertanggung jawab. Khusus Sandi adalah siswa SMK.  Kesimpulan: Sandi harus disiplin dan bertanggung jawab. 

b. Induktif Penarikan kesimpulan yang bergerak dari pernyataan benar yang khusus ke umum. Contoh: 

Khusus Devi rajin belajar. Dia mendapat hasil yang memuaskan. Khusus Yuda rajin belajar. Dia mendapat hasil yang memuaskan. Khusus Tika rajin belajar. Dia mendapat hasil yang memuaskan.  Kesimpulan: Siswa yang rajin belajar akan mendapatkan hasil yang memuaskan. 

2. Algoritma      Setelah mempelajari logika yang terkait tentang “bagaimana manusia berpikir dengan benar”, selanjutnya akan membahas tentang “bagaimana cara penyelesaian yang baik”. Untuk mendapatkan cara penyelesaian yang baik, dibutuhkan strategi atau langkah-langkah yang sistematis agar dapat memecahkan masalah dengan cara terbaik. 

Contoh: Dina adalah seorang siswa SMK kelas X. Setiap hari, dia pergi ke sekolah setelah melakukan sarapan. Pada suatu hari, ketika Dina akan sarapan, yang tersedia hanya nasi tanpa sayur dan lauk. Kemudian, terpikir oleh Dina untuk membuat tumis tauge tempe dengan langkah-langkah sebagai berikut :[1] Siapkan tauge, tempe, cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, dan bahan lain yang diperlukan. [2] Iris bawang merah, bawang putih, cabai, dan lengkuas. [3] Panaskan minyak dan masukkan semua irisan bahan. [4] Goreng tempe sebentar. [5] Tambahkan tauge, kecap manis, garam, dan sedikit air. [6] Aduk hingga semua bumbu meresap. [7] Cicipi rasanya. Jika terdapat rasa yang kurang, tambahkan bumbu lain secukupnya. [8] Tauge tumis siap dihidangkan.  Contoh di atas merupakan penyelesaian masalah dengan mengggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah yang dinamakan algoritma. Algoritma adalah serangkaian langkah yang disusun menjadi urutan logis kegiatan untuk mencapai tujuan.  Setiap hari, ketika seseorang melakukan aktivitas, dia akan memilih mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu, misalnya ketika bangun tidur, sarapan, bahkan ketika memakai pakaian di pagi hari. Algoritma yang baik merupakan tindakan yang benar dan masuk akal.  Terdapat berbagai bentuk cara untuk mengomunikasikan algoritma, antara lain menggunakan bagan alir, pseudo code, dan bahasa pemrograman. Bentuk algoritma yang mudah dibaca adalah menggunakan bagan alir. 

3. Bagan Alir a. Fungsi Bagan Alir      Bagan alir [flowchart] merupakan sebuah bagan yang menunjukkan aliran algoritma dan menampilkan langkah-langkah penyelesaian terhadap suatu masalah. Ter dapat berbagai alasan bagi seseorang untuk menggunakan flowchart, antara lain sebagai berikut. 

  1. Dokumentasi proses. Bagan alir dapat digunakan untuk mendokumentasikan proses menjadi lebih terorganisasi dengan baik.
  2. Petunjuk untuk memecahkan masalah. Runtutan langkah dari yang umum menuju ke khusus atau sebaliknya merupakan petunjuk pemecahan masalah yang digambarkan dengan bagan alir.
  3. Pemrograman. Bagan alir dapat digunakan untuk menggambarkan garis besar program yang akan dibuat. Bagan alir juga digunakan untuk merancang navigasi pengguna pada tampilan [user interface] aplikasi yang akan dibuat.
  4. Mengomunikasikan hal-hal yang prosedural. 

b. Simbol Bagan Alir      Bagan alir tersusun dari berbagai simbol yang berbeda untuk mempresentasikan sebuah input, proses, maupun output yang berbeda. Berikut adalah berbagai simbol dan masingmasing kegunaannya.

Contoh Algoritma berangkat ke sekolah Berangkat sekolah merupakan aktivitas harian siswa SMK. Terdapat berbagai langkah yang dapat dipersiapkan sebelum berangkat hingga sampai ke sekolah. Kegiatan tersebut dapat dibuatkan menjadi salah satu bagan alir seperti berikut.

Contoh Algoritma Berobat ke Puskesmas Ketika berobat ke puskesmas, sering dijumpai berbagai proses mulai dari pendaftaran, pemeriksaan tekanan darah, hingga mendapatkan obat. Jarang yang menyadari bahwa hal tersebut adalah salah satu contoh algoritma dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, untuk membuat bagan alir adalah dengan cara menentukan alur pelayanan puskesmas sebagai berikut. Pada contoh ini, proses pergerakan pasien dan tempat dibedakan agar mudah dipahami. 

  1. Pasien datang ke puskesmas.
  2. Pasien darurat atau pasien yang akan melahirkan langsung masuk ke unit gawat darurat atau ruang bersalin. Kerabat pasien dapat mendaftarkan ke loket pendaftaran setelah pasien dilayani. Setelah mendapat tindakan, pasien akan dilihat kondisinya, apakah dapat pulang [rawat jalan] atau harus dirawat terlebih dahulu di puskesmas [rawat inap]. Apabila puskesmas tidak mampu melayani pasien dikarenakan terbatasnya fasilitas atau tenaga medis, pasien akan dirujuk ke rumah sakit.  
  3. Pasien yang tidak darurat akan menggambil nomor antrian dan menunggu hingga dipanggil oleh petugas pendaftaran. 
  4. Pasien dipanggil petugas sesuai nomor urut pada loket pendaftaran [pasien Lansia akan mendapatkan pelayanan khusus]. Pasien akan ditanya apakah sudah terdaftar sebagai pasien atau belum. Jika belum, dia akan dibuatkan terlebih dahulu nomor rekam medisnya. Pasien lama atau pasien asuransi dapat menyerahkan kartu pasien atau kartu asuransi yang dimilikinya.
  5. Pasien diminta menuju ke poliklinik tujuan. Petugas akan mencari rekam medis pasien untuk diberikan kepada poliklinik rawat jalan tempat pasien ingin berobat.
  6. Pasien akan dipanggil oleh petugas atau perawat. 
  7. Pasien diperiksa [diagnosis], dicatat anamnesis, diberikan tindakan medis jika diperlukan, dan diberikan resep obat. Jika pasien membutuhkan tindakan medis yang tidak tersedia di puskesmas, pasien akan dirujuk ke rumah sakit. 
  8. Pasien keluar dari ruang pemeriksaan dan menuju ke kasir pembayaran jika pasien diberikan tindakan medis. Kemudian, pasien menuju apotik. 
  9. Pasien dipanggil lagi untuk menerima obat.  
  10. Pasien pulang

Contoh Algoritma Sistem Lampu Lalu Lintas 3 Arah Perlintasan jalan yang banyak dilalui orang biasanya dipasang lampu lalu lintas. Lampu ini akan menggendalikan arus lalu lintas, misalnya dengan mengatur pejalan kaki dan kendaraan yang akan lewat secara bergantian, tanpa mengganggu arus yang ada. Pengaturannya dilakukan dengan menggunakan warna lampu yang diakui secara universal, yaitu: 
• Warna Merah, menandakan bahaya, dan digunakan sebagai tanda berhenti • Warna Kuning, digunakan sebagai tanda hati-hati. • Warna Hijau, digunakan sebagai tanda dapat berjalan. 

Berdasarkan arah lintasannya, terdapat beberapa arah yang dapat diatur pada lampu lalu lintas, sebagai contoh untuk 3 [tiga] arah, 4 [empat] arah, dsb. 
Berdasarkan pola dan urutannya, terdapat dua jenis yang sering kita jumpai di Indonesia, yaitu boleh atau tidaknya bergerak ke kiri ketika sedang berhenti. Perhatikan gambar berikut.

  1. Inisialisasi variabel dan fungsi lampu lalu lintas.  
  2. Tentukan waktu tampil setiap lampu, misalnya warna Hijau [H] tampil dengan timer [t] selama 3 detik, warna Kuning [K] tampil selama 2 detik, dan warna Merah [M] tampil selama 10 detik.  
  3. Aktifkan warna Hijau pada L1, timer Hijau L1 [tHL1] akan menghitung mundur dan kendaraan dapat berjalan. L2 dan L3 ditetapkan warna Merah agar kendaraan berhenti. 
  4. Pada saat tHL1 = 0, warna Kuning pada L1 akan aktif, timer Kuning L1 [tKL1] akan menghitung mundur dan kendaraan harus berhati-hati sebelum diberhentikan. L2 dan L3 masih Merah. 
  5. Pada saat tKL1 = 0, sistem akan memberhentikan L1 dengan cara mengaktifkan warna Merah dan menyalakan timer Merah L1 [tML1]. Selanjutnya, L2 dapat berjalan karena lampu Hijau diaktifkan, tHL2 menghitung mundur. L3 dalam kondisi masih Merah.  
  6. Timer akan terus menghitung waktu mundur dari L1, L2, L3, kembali ke L1, dst. 
  7. Sistem akan mengktifkan warna Kuning pada L2, L1 dan L3 pada posisi warna Merah. 
  8. Sistem mengaktifkan warna Hijau pada L3, L1 dan L3 berubah ke warna Merah. 

Untuk mempermudah memahami algoritma di atas, dapat membuatnya dalam bentuk diagram waktu pada lampu rambu lalu lintas. Diagram waktu akan menggambarkan kondisi setiap lampu ketika menyala secara bergantian.

Video yang berhubungan