Sholat lima waktu mempunyai banyak keutamaan bagi Muslim Senin , 13 Sep 2021, 06:14 WIB ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah REPUBLIKA.CO.ID, — Sholat adalah tiang agama dan menjadi kewajiban umat Islam yang telah akil dan baligh. Baca Juga Allah SWT memberlakukan kewajiban sholat lima waktu berdasarkan waktu yang telah ditetapkan masing-masing. إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS An Nisa 103). Sebaik-baiknya melaksanakan sholat adalah di awal waktu. Atau ketika mendengar kumandang adzan atau pun menyadari telah masuk waktu sholat, hamba tersebut segera bergegas mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan sholat. Sebab ada banyak keutamaan bagi seorang Muslim yang bisa melaksanakan sholat di awal waktu. Sebagaimana dinukilkan dari kitab at-Targhib wat at-Tarhib karya Al-Mundziri, terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ad Daruquthni sebagai berikut. Rasulullah SAW bersabda: قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ الْوَقْتِ رِضْوَانُ اللَّهِ وَوَسَطُ الْوَقْتِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَاَخِرُالْوَقْتِ عَفْوُاللَّهِ عَزَّوَجَلَّ. Rasulullah ﷺ bersabda, “(Sholat) awal waktu itu diridhoi Allah, dan (sholat) tengah-tengah waktu itu dirahmati Allah SWT, dan (sholat) di akhir waktu itu diampuni Allah SWT." Dalam redaksi hadits lainnya yang diriwayatkan Imam Ahmad dijelaskan sebagai berikut: وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْضَلُ الْاَعْمَالِ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا وَبِرُّالْوَالِدَيْنِ وَالْجِهَادُ Rasulullah ﷺ bersabda, “Seutama-utamanya amal adalah sholat pada waktunya, dan berbakti pada orang tua, dan juga berjihad.”
Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...
Tertib dalam shalat mengajarkan disiplin dan keteraturan. Selasa , 25 Jun 2019, 07:28 WIB Republika/Mardiah Red: Hasanul Rizqa REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Gafur Ibadah ritual dalam Islam sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan kepribadian Muslimin. Shalat adalah salah satunya. Banyak efek positif shalat yang berguna untuk pengembangan kepribadian, salah satunya adalah kedisiplinan atau keteraturan. Baca Juga
Hikmah kedisiplinan dalam konsep shalat telah banyak dikemukakan oleh para pemikir dan ulama Islam. Shalat fardhu yang wajib dilaksanakan oleh seorang Muslim dalam sehari semalam ada lima kali. Waktunya pun sudah terjadwal dengan rapi. ''Sesungguhnya shalat bagi orang-orang Mukmin adalah kewajiban yang waktunya ditentukan (terjadwal).'' (QS An-Nisaa': 103). Penentuan waktu shalat ini jelas menunjukkan ajaran kedisiplinan yang berperan penting dalam kesuksesan seseorang. Kita bisa melihat dan membaca kisah kesuksesan orang karena aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya terjadwal dengan baik. Orang yang jarang membuat jadwal kegiatan cenderung melalaikan suatu kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada waktu itu. Ternyata konsep shalat sejak jauh hari telah mengenalkan konsep penjadwalan sebelum kemunculan konsep-konsep manajeman dan self development modern. Kita juga bisa mengambil pelajaran disiplin dari tata cara shalat. Mulai dari bersuci sampai pelaksanaan shalat, dan bahkan setelah shalat. Konsep tertib dalam aktivitas shalat mengajarkan kedisiplinan dan keteraturan. Seseorang tidak dibenarkan mendahulukan suatu rukun shalat yang seharusnya diakhirkan. Kalau dia tetap melakukannya, jelas shalatnya tidak sah secara syariah. Tahapan-tahapan yang dilalui secara berurutan dalam shalat akan membentuk karakter seseorang untuk bertindak cermat dan tidak terburu-buru dalam menentukan dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Rasulullah SAW menekankan kepada kita agar melakukan shalat berjamaah. Beliau menyatakan bahwa orang yang shalat berjamaah akan memperoleh derajat yang berlipat ganda dibandingkan dengan orang yang shalat sendirian. ''Shalat jamaah itu lebih afdhal (unggul/memiliki nilai lebih) sebanyak 27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian.'' (hadis syarif). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam aktivitas jamaah terdapat unsur-unsur disiplin yang tidak terdapat dalam shalat sendirian. Shalat berjamaah minimal mengandung nilai tepat waktu, keteraturan dalam kelompok. Ajaran tepat waktu bisa dipahami mengingat shalat jamaah biasanya dilakukan di masjid dan ketika waktu shalat baru masuk. Sedangkan keteraturan dalam kelompok tecermin lewat hubungan imam-makmum. Seorang makmum tidak dibenarkan mendahului aktivitas imamnya dalam setiap rukun shalat. Dia baru bisa berpindah dari satu rukun ke rukun yang lain setelah adanya komando dari imam.
sumber : Pusat Data Republika Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam Shalatnya, Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. Shalat sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah: Q.S At-Taubah:18; Q.S Al-Baqarah:45; Q.S Al-Baqarah:110 ; Q.S Al-Baqarah:177; Q.S Ar-Ra’d:22; Q.S Ibrahim:31; Q.S Al-A’raf:170; Q.S At-Taubah:18; Q.S An-Nisa:43; Q.S An-Nisa:101; Q.S An-Nisa:102; Q.S An-Nisa:103; Q.S An-Nisa:162; Q.S Al-Maidah:6; Q.S Al-Maidah:12; Q.S Hud:114; Q.S Ibrahim:37; Q.S Ibrahim:40; Q.S Al-Hijr:98; Q.S Al-Isra’:78; Q.S Maryam:31; Q.S Maryam:59 Q.S Thaha:14; Q.S Thaha:132; Q.S Al-Hajj:77; Q.S Al-Mukminun:2; Q.S An-Nur:56; Q.S Al-Ankabut:45; Q.S Luqman:17; Q.S Fathir:29; Q.S Al-Fath:29; Q.S Al-A’la:15; Q.S Al-Bayyinah:5. Dari sekian ayat dalam surat-surat yang terdapat Al-Qur’an tersebut menunjukkan betapa pentingnya kedudukan shalat dalam kehidupan. Diantara pentingnya Shalat dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa Shalat menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim dengan orang kafir. “Perjanjian antara kami dengan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah). Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga menyatakan, “Tidak ada islam bagi seseorang yang tidak menegakkan shalat”. Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar rutinitas atau penggugur kewajiban. Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang akan mewarisi surga Firdausnya Allah dan Insya Allah kekal di dalamnya. Aaminn. (DenPoer-DLA) Referensi: © Copyright - Direktorat Layanan Akademik - Universitas Islam Indonesia |