Cara mengobati gejala hiv pada pria

Kulit kering, gatal adalah salah satu gejala yang muncul saat sistem kekebalan tubuh rusak akibat HIV. Untuk mengendalikan gejala penyakit HIV ini, berikut adalah beberapa cara mengatasi HIV yang bisa Anda lakukan:

  • Oles krim antijamur atau antibakteri sesuai saran dokter
  • Gunakan obat steroid dan antihistamin dari dokter
  • Jangan lupa pakai pelembab

Pada beberapa orang HIV, ada yang mengalami moluskum kontagiosum. Ini adalah infeksi virus yang menimbulkan benjolan kecil berwarna daging pada kulit. Benjolan dapat timbul menyebar pada orang dengan HIV.

Jadi cara mengatasi penyakit HIV yang terbaik saat mengalami kondisi ini adalah dengan segera temui dokter kulit untuk perawatan segera.

2. Ruam merah

Ruam kulit kemerahan yang timbul pada gejala HIV bisa menimbulkan rasa nyeri, bahkan sampai melepuh. Kondisi ini bisa disebabkan oleh herpes zoster, jika memang sebelumnya Anda pernah menderita cacar air.

Biasanya, herpes zoster memengaruhi orang yang berusia di atas 60 tahun. Tetapi jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa terkena di usia muda sekalipun, walaupun Anda lebih muda.

Cara mengatasi HIV yang tepat jika kondisi ini terjadi adalah dengan segera hubungi dokter sembari melakukan beberapa cara mengatasi HIV berupa ruam gatal ini di rumah:

Berikut adalah cara mengatasi penyakit HIV yang menimbulkan ruam:

  • Minum pereda nyeri seperti ibuprofen
  • Oles losion calamin
  • Mandi berendam oatmeal koloid
  • Kompres dingin bagian yang gatal dan panas

3. Demam

Demam adalah salah satu gejala paling umum dari HIV. Demam terjadi sebagai tanda adanya peradangan dalam tubuh Anda akibat sistem imun yang sedang bekerja keras melawan virus.

Cara mengatasi HIV yang menyebabkan demam adalah dengan minum ibuprofen atau acetaminophen. Kompres hangat juga di lipatan tubuh Anda seperti lipatan leher, ketiak, dan selangkangan untuk membantu turunkan demam.

Apabila demam tidak kunjung membaik selama 2 sampai 3 hari, cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan segera ke dokter untuk diobati.

4. Batuk

Batuk adalah salah satu tanda bahwa tubuh Anda mengeluarkan zat asing dari dalam saluran pernapasan dengan baik. Namun batuk yang terjadi selama berminggu-minggu tanpa membaik, bisa menjadi salah satu gejala HIV.

Jika tidak segera ditangani dengan cara mengatasi HIV yang tepat, maka kondisi ini bisa sangat mengganggu rutinitas penderita HIV.

Orang HIV dengan jumlah sel CD4 yang rendah rentan mengalami infeksi paru-paru yang disebut pneumonia. Gejala utamanya bisa batuk kering, sesak napas, badan pun jadi lelah. Cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan pemberian obat batuk.

Anda bisa meredakan batuk akibat HIV dengan cara seperti:

  • Gunakan humidifier di rumah
  • Minum banyak air mineral agar tidak dehidrasi
  • Mengonsumsi makanan hangat seperti sop ayam hangat untuk meredakan rasa gatal di tenggorokan.

5. Diare

Diare yang berlangsung lama biasanya sering dialami oleh dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, salah satunya orang HIV.

Wajib konsultasi ke dokter sebagai cara mengatasi HIV yang menyebabkan diare akibat infeksi yang disebabkan HIV.

Inilah Cara Menyembuhkan Hiv Pada Pria Yang Terbukti Ampuh Dan Tanpa Efek Samping - Sering dikira sebagai satu kesatuan, HIV dan AIDS adalah dua kondisi yang berbeda. Meski begitu, keduanya memang saling berhubungan.Inilah Cara Menyembuhkan Hiv Pada Pria Yang Terbukti Ampuh Dan Tanpa Efek Samping, Sederhananya, HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. 

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. 

Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.
  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
  • Pengguna narkotika suntik.
  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. 

Gejala HIV dan AIDS

Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.

Tahap Pertama:

  • Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
  • Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
  • Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
  • Merasa lelah setiap saat.
  • Sulit bernapas.
  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. 

Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. 

Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi

Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

  • Tes antigen

Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. 

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

  • Hitung sel CD4 

CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA)

Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. 

Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

  • Tes resitensi (kekebalan) 

Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). 

ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. 

Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. 

Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Komplikasi HIV dan AIDS

Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah:

  • Pneumocystis Pneumonia (PCP)

Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. 

  • Kandidiasis (sariawan)

Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina.

  • Tuberkulosis (TB)

TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. 

  • Sitomegalovirus

Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya.

  • Meningitis kriptokokus

Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah.

  • Toksoplasmosis

Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak.

  • Limfoma

Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS. Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan.

  • Sarkoma kaposi

Sarkoma kaposi juga tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru.

  • Kanker terkait HPV 

Ini adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) dan bisa terjadi pada area anal, mulut, dan serviks.

  • Sindrom wasting 

HIV/AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam.

  • Komplikasi neurologis 

HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi.

  • Penyakit ginjal

Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian diteruskan ke urine. 

  • Penyakit hati

Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS. 

Pencegahan HIV dan AIDS

Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.
  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
  • Jika menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

Kapan Harus ke Dokter?

Bila kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat.

Untuk melakukan pemeriksaan, kamu bisa membuat janji dengan dokter ke rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggalmu melalui Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Langkah pertama jika terkena HIV?

Cara pertama dan yang paling diutamakan untuk mengatasi penyakit HIV adalah dengan menjalani pengobatan. Pengobatan HIV dengan kombinasi obat antiretroviral (ART) tidak hanya membantu menekan jumlah virus (viral load) untuk mengendalikan gejala dan risiko komplikasi, tapi juga mencegah penularan virus ke orang lain.

Apa ciri ciri HIV pada pria?

Lalu berikut ini adalah ciri gejala HIV yang muncul pada pria maupun wanita yang terinfeksi:.
Demam..
Kedinginan..
Berkeringat di Malam Hari..
Nyeri Otot..
Sakit pada Tenggorokan..
Mudah untuk Lelah/Lemas..
Pembengkakan Kelenjar Getah Bening..

Apakah orang pengidap HIV bisa sembuh?

"Meskipun tidak bisa sembuh, tapi bisa berkurang sampai tidak bisa terdeteksi atau undetectable.

Kenapa pria terkena HIV?

Salah satu penyebab penularan virus HIV adalah melakukan hubungan seksual. "Ini terutama menyebar melalui seks, berbagi jarum suntik, transfusi darah, dan ibu ke bayi selama persalinan," kata Jennifer Veltman, MD, kepala penyakit menular di Loma Linda University Health, dikutip dari Healthline, Kamis (19/5).