Jelaskan yang dimaksud dengan sejarah adalah guru dan saksi dari waktu

Terdapat berbagai definisi sejarah menurut para ahli. Berikut ini adalah definisi sejarah menurut para ahli.

  • Aristoteles mengatakan bahwa sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal tersusun dalam bentuk kronologi. Selain itu, Aristoteles pun menambahkan bahwa peristiwa-peristiwa masa lalu harus mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
  • Hipocrates dikenal sebagai bapak Ilmu Kedokteran. Sehingga pandangan-pandangannya lebih berfokus pada medis.
  • Cicero berpendapat bahwa sejarah adalah cahaya kebenaran, saksi waktu, guru kehidupan atau lebih dikenal dengan kalimat historia magistra vitae (sejarah adalah guru kehidupan).
  • Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat. Namun Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Adapun pemikiran-pemikiran Thales didapatkan dari tulisan filsuf lain, salah satunya seperti Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta.
  • Herodotus berpendapat bahwa sejarah adalah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jawaban yang tepat adalah C.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah adalah Guru Kehidupan dan Pesan dari Masa Silam
• Aktualisasi Spirit Budaya Dayak: Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi

Roedy Haryo Widjono AMZ
• Nomaden Institute for Cross Cultural Studies

Pengantar
• Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis

Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.

Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.

Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.

Menguak Kearifan Tradisi Dayak
• Memaknai Realita Ke-lampau-an

Kearifan Lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, tradisi-adat serta etika yang menuntun perilaku manusia, yang diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan komunitas. (Keraf, 2002). Sedangkan Gobyah (2009) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu kehidupan komunitas.

Kearifan lokal mengandung tiga unsur penting. Pertama, nilai religius dan etika sosial yang mendasari praktik kehidupan komunitas. Kedua, norma-aturan untuk merajut relasi antar komunitas dan semesta. Ketiga, pengetahuan-ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman empirik. Ketiga unsur termaksud merupakan satu kesatuan sistem yang melandasi tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik pada komunitas.

Komunitas adat Dayak memiliki khasanah kearifan lokal yang maha dahsyat. Cara kehidupan komunal turun-temurun, terbukti mampu mendukung proses pengukuhan tradisi kebersamaan. Lantaran cikal bakal terbangunnya rumah panjang (lou, betang, lamin) berpangkal dari satu keluarga, kemudian beranak-pinak dan secara turun-temurun peng¬huninya terus-menerus menempati rumah panjang dari waktu ke waktu. Mereka yang hidup dalam komu¬nitas rumah panjang sulit terpisahkan oleh faktor darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, dan faktor pendukung psikologis lainnya. Suatu ikatan yang kukuh membuat penghuni rumah panjang selalu betah dalam eksistensi keadaan yang sahaja. Esensi lain yang penting, bahwa kehidupan komunitas dalam rumah panjang, menjamin keberlangsungan relasi kekuasaan pada komunitas Dayak.

Menurut Bernard Sellato (1989), berabad-abad lamanya para ahli genetika, bahasa dan etnolog bertengkar tiada habisnya dan berkutat dengan argumentasi keniscayaan, tatkala membedah kesejatian manusia Dayak. Namun, tetap saja tak terungkap secara tuntas misteri budaya pada komunitas adat Dayak. Bahkan, betapa sulitnya mendefinisikan apa yang dinamakan suku bangsa dalam konteks Dayak. Sekalipun terdapat banyak versi, namun pengelompokan etnik berdasarkan kesamaan hukum adat, bahasa, ritus kematian, jalur sungai dan kriteria lain, membuktikan adanya keragaman budaya dan perbedaan natural pada komunitas Dayak. Itulah yang disebut identitas kolektif. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam identitas kolektif, amat menentukan pandangan hidup dan pandangan tentang semesta, yang dialami sebagai kekuatan integratif dan pembuktian eksistensi manusia Dayak sebagai pribumi di Tanah Borneo.


Page 2

Sejarah adalah Guru Kehidupan dan Pesan dari Masa Silam
• Aktualisasi Spirit Budaya Dayak: Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi

Roedy Haryo Widjono AMZ
• Nomaden Institute for Cross Cultural Studies

Pengantar
• Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis

Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.

Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.

Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.

Menguak Kearifan Tradisi Dayak
• Memaknai Realita Ke-lampau-an

Kearifan Lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, tradisi-adat serta etika yang menuntun perilaku manusia, yang diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan komunitas. (Keraf, 2002). Sedangkan Gobyah (2009) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu kehidupan komunitas.

Kearifan lokal mengandung tiga unsur penting. Pertama, nilai religius dan etika sosial yang mendasari praktik kehidupan komunitas. Kedua, norma-aturan untuk merajut relasi antar komunitas dan semesta. Ketiga, pengetahuan-ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman empirik. Ketiga unsur termaksud merupakan satu kesatuan sistem yang melandasi tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik pada komunitas.

Komunitas adat Dayak memiliki khasanah kearifan lokal yang maha dahsyat. Cara kehidupan komunal turun-temurun, terbukti mampu mendukung proses pengukuhan tradisi kebersamaan. Lantaran cikal bakal terbangunnya rumah panjang (lou, betang, lamin) berpangkal dari satu keluarga, kemudian beranak-pinak dan secara turun-temurun peng¬huninya terus-menerus menempati rumah panjang dari waktu ke waktu. Mereka yang hidup dalam komu¬nitas rumah panjang sulit terpisahkan oleh faktor darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, dan faktor pendukung psikologis lainnya. Suatu ikatan yang kukuh membuat penghuni rumah panjang selalu betah dalam eksistensi keadaan yang sahaja. Esensi lain yang penting, bahwa kehidupan komunitas dalam rumah panjang, menjamin keberlangsungan relasi kekuasaan pada komunitas Dayak.

Menurut Bernard Sellato (1989), berabad-abad lamanya para ahli genetika, bahasa dan etnolog bertengkar tiada habisnya dan berkutat dengan argumentasi keniscayaan, tatkala membedah kesejatian manusia Dayak. Namun, tetap saja tak terungkap secara tuntas misteri budaya pada komunitas adat Dayak. Bahkan, betapa sulitnya mendefinisikan apa yang dinamakan suku bangsa dalam konteks Dayak. Sekalipun terdapat banyak versi, namun pengelompokan etnik berdasarkan kesamaan hukum adat, bahasa, ritus kematian, jalur sungai dan kriteria lain, membuktikan adanya keragaman budaya dan perbedaan natural pada komunitas Dayak. Itulah yang disebut identitas kolektif. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam identitas kolektif, amat menentukan pandangan hidup dan pandangan tentang semesta, yang dialami sebagai kekuatan integratif dan pembuktian eksistensi manusia Dayak sebagai pribumi di Tanah Borneo.


Jelaskan yang dimaksud dengan sejarah adalah guru dan saksi dari waktu

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Sejarah adalah Guru Kehidupan dan Pesan dari Masa Silam
• Aktualisasi Spirit Budaya Dayak: Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi

Roedy Haryo Widjono AMZ
• Nomaden Institute for Cross Cultural Studies

Pengantar
• Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis

Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.

Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.

Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.

Menguak Kearifan Tradisi Dayak
• Memaknai Realita Ke-lampau-an

Kearifan Lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, tradisi-adat serta etika yang menuntun perilaku manusia, yang diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan komunitas. (Keraf, 2002). Sedangkan Gobyah (2009) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu kehidupan komunitas.

Kearifan lokal mengandung tiga unsur penting. Pertama, nilai religius dan etika sosial yang mendasari praktik kehidupan komunitas. Kedua, norma-aturan untuk merajut relasi antar komunitas dan semesta. Ketiga, pengetahuan-ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman empirik. Ketiga unsur termaksud merupakan satu kesatuan sistem yang melandasi tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik pada komunitas.

Komunitas adat Dayak memiliki khasanah kearifan lokal yang maha dahsyat. Cara kehidupan komunal turun-temurun, terbukti mampu mendukung proses pengukuhan tradisi kebersamaan. Lantaran cikal bakal terbangunnya rumah panjang (lou, betang, lamin) berpangkal dari satu keluarga, kemudian beranak-pinak dan secara turun-temurun peng¬huninya terus-menerus menempati rumah panjang dari waktu ke waktu. Mereka yang hidup dalam komu¬nitas rumah panjang sulit terpisahkan oleh faktor darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, dan faktor pendukung psikologis lainnya. Suatu ikatan yang kukuh membuat penghuni rumah panjang selalu betah dalam eksistensi keadaan yang sahaja. Esensi lain yang penting, bahwa kehidupan komunitas dalam rumah panjang, menjamin keberlangsungan relasi kekuasaan pada komunitas Dayak.

Menurut Bernard Sellato (1989), berabad-abad lamanya para ahli genetika, bahasa dan etnolog bertengkar tiada habisnya dan berkutat dengan argumentasi keniscayaan, tatkala membedah kesejatian manusia Dayak. Namun, tetap saja tak terungkap secara tuntas misteri budaya pada komunitas adat Dayak. Bahkan, betapa sulitnya mendefinisikan apa yang dinamakan suku bangsa dalam konteks Dayak. Sekalipun terdapat banyak versi, namun pengelompokan etnik berdasarkan kesamaan hukum adat, bahasa, ritus kematian, jalur sungai dan kriteria lain, membuktikan adanya keragaman budaya dan perbedaan natural pada komunitas Dayak. Itulah yang disebut identitas kolektif. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam identitas kolektif, amat menentukan pandangan hidup dan pandangan tentang semesta, yang dialami sebagai kekuatan integratif dan pembuktian eksistensi manusia Dayak sebagai pribumi di Tanah Borneo.


Jelaskan yang dimaksud dengan sejarah adalah guru dan saksi dari waktu

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 4

Sejarah adalah Guru Kehidupan dan Pesan dari Masa Silam
• Aktualisasi Spirit Budaya Dayak: Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi

Roedy Haryo Widjono AMZ
• Nomaden Institute for Cross Cultural Studies

Pengantar
• Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis

Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.

Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.

Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.

Menguak Kearifan Tradisi Dayak
• Memaknai Realita Ke-lampau-an

Kearifan Lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, tradisi-adat serta etika yang menuntun perilaku manusia, yang diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan komunitas. (Keraf, 2002). Sedangkan Gobyah (2009) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu kehidupan komunitas.

Kearifan lokal mengandung tiga unsur penting. Pertama, nilai religius dan etika sosial yang mendasari praktik kehidupan komunitas. Kedua, norma-aturan untuk merajut relasi antar komunitas dan semesta. Ketiga, pengetahuan-ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman empirik. Ketiga unsur termaksud merupakan satu kesatuan sistem yang melandasi tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik pada komunitas.

Komunitas adat Dayak memiliki khasanah kearifan lokal yang maha dahsyat. Cara kehidupan komunal turun-temurun, terbukti mampu mendukung proses pengukuhan tradisi kebersamaan. Lantaran cikal bakal terbangunnya rumah panjang (lou, betang, lamin) berpangkal dari satu keluarga, kemudian beranak-pinak dan secara turun-temurun peng¬huninya terus-menerus menempati rumah panjang dari waktu ke waktu. Mereka yang hidup dalam komu¬nitas rumah panjang sulit terpisahkan oleh faktor darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, dan faktor pendukung psikologis lainnya. Suatu ikatan yang kukuh membuat penghuni rumah panjang selalu betah dalam eksistensi keadaan yang sahaja. Esensi lain yang penting, bahwa kehidupan komunitas dalam rumah panjang, menjamin keberlangsungan relasi kekuasaan pada komunitas Dayak.

Menurut Bernard Sellato (1989), berabad-abad lamanya para ahli genetika, bahasa dan etnolog bertengkar tiada habisnya dan berkutat dengan argumentasi keniscayaan, tatkala membedah kesejatian manusia Dayak. Namun, tetap saja tak terungkap secara tuntas misteri budaya pada komunitas adat Dayak. Bahkan, betapa sulitnya mendefinisikan apa yang dinamakan suku bangsa dalam konteks Dayak. Sekalipun terdapat banyak versi, namun pengelompokan etnik berdasarkan kesamaan hukum adat, bahasa, ritus kematian, jalur sungai dan kriteria lain, membuktikan adanya keragaman budaya dan perbedaan natural pada komunitas Dayak. Itulah yang disebut identitas kolektif. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam identitas kolektif, amat menentukan pandangan hidup dan pandangan tentang semesta, yang dialami sebagai kekuatan integratif dan pembuktian eksistensi manusia Dayak sebagai pribumi di Tanah Borneo.


Jelaskan yang dimaksud dengan sejarah adalah guru dan saksi dari waktu

Lihat Sosbud Selengkapnya