Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Pernahkah kalian mencabut tanaman kacang tanah dan melihat akarnya? Jika diamati, pada akar kacang tanah terdapat struktur yang unik jika dibandingkan akar tanaman lainnya. Pada akar kacang tanah seringkali ditemui bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut bukan merupakan serangan penyakit atau kelainan pada akar kacang tanah. Akan tetapi, bintil tersebut justru menunjukkan keadaan tanaman yang baik dan sehat.

Bintil akar merupakan hasil simbiosis dari bakteri Rhizobium dengan tanaman kacang-kacangan (Leguminosa). Rhizobium adalah suatu genus dari bakteri gram negatif yang dikenal karena simbiosisnya dengan tanaman Leguminosa seperti kacang tanah, kedelai dan alfalfa (Cegelski dkk., 2009). Simbiosis tersebut menguntungkan baik bagi tanaman maupun bakteri Rhizobium.

Pada simbiosisnya dengan Rhizobium, tanaman Leguminosa berperan dalam menyediakan nutrisi dan lingkungan tumbuh yang baik bagi Rhizobium yang hidup di dalam bintil akar. Nutrisi tersebut berasal dari hasil fotosintesis tanaman Leguminosa. Adapun Rhizobium dapat menyerap nitrogen bebas dari lingkungan dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Proses tersebut disebut sebagai fiksasi nitrogen (Anonim, 2015). Karena kemampuannya dalam melakukan fiksasi nitrogen, Rhizobium telah banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hayati.

Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Bintil akar pada tanaman kacang tanah

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/bigthirstytowels/1801337473

Pupuk Rhizobium dapat berbentuk padat maupun cair. Pupuk ini berisi biang (inokulum) Rhizobium yang nantinya akan menginfeksi akar tanaman Leguminosa dan membentuk bintil akar (Gage, 2004). Dengan adanya bintil akar, tanaman akan lebih optimal dalam menyerap nitrogen. Tanaman tersebut akan menunjukkan ciri pertumbuhan yang lebih baik seperti akar yang lebih panjang, tajuk yang lebih rimbun dan tentunya hasil panen yang lebih banyak.

Rhizobium merupakan suatu genus bakteri yang terdiri dari beberapa spesies. Rhizobium yang digunakan untuk pupuk hayati pada setiap jenis tanaman pun tidak sama spesiesnya.  Hal itu disebabkan oleh simbiosis jenis tanaman Leguminosa tertentu dengan spesies tertentu Rhizobium. Misalnya, Rhizobium tropici bersimbiosis dengan kacang polong, Rhizobium etli dengan alfalfa dan kacang polong serta Rhizobium giardinii dengan tanaman lamtoro (Anonim, 2015). Oleh karena itu, pupuk hayati yang mengandung Rhizobium tropici hanya dapat digunakan untuk memupuk tanaman kacang polong. Begitu pula pada jenis pupuk Rhizobium lainnya.

Pupuk Rhizobium baik digunakan untuk komoditas pertanian, terutama pada pertanian organik karena tidak meninggalkan residu bahan kimia pada tanah. Hal itu menyebabkan tanah menjadi sehat sehingga baik untuk ditanami. Selain itu, permasalahan lingkungan karena kelebihan pupuk kimiawi juga dapat dicegah. Pupuk hayati seperti Rhizobium juga memiliki manfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk hayati dapat membuat tanaman lebih subur karena menjadikan unsur hara tersedia bagi tanaman dan juga mengandung hormon pertumbuhan. Bagi produksi tanaman, pupuk hayati dapat mengurangi biaya produksi karena penggunaannya mengurangi  kebutuhan pupuk kimiawi.

Referensi:

Anonim. 2015. Legume-Rhizobium <https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Legume-Rhizobium>. Diakses pada 1 Desember 2021

Cegelski, L., C.L. Smith dan S.J. Hultgren. 2009. Microbial Adhesion. Environmental Microbiology and Ecology in Encyclopedia of Microbiology (Third Edition). San Fransisco, Academic Press.

Gage, D.J. 2004. Infection and invasion of roots by symbiotic, nitrogen-fixing Rhizobia during nodulation of temperate legumes. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 68: 280-2300.

Penulis: Zulfa Rosyidhana, S.P., Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Pertama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Rhizobium
  2. Nostoc sp
  3. Anabaena sp
  4. Clostridium sp
  5. Azotobacter sp
Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu cp.dhafi.link??

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Bakteri nitrogen atau dikenal juga sebagai bakteri pengikat nitrogen adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[1][2]

Dalam daur nitrogen bakteri yang dapat menambat nitrogen bebas pada akar leguminosae adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Ada dua golongan besar bakteri pengikat nitrogen: kelompok Cyanobacteria dan kelompok Proteobacteria. Kelompok Cyanobacteria bersimbiosis dengan banyak tumbuhan dari kelompok tumbuhan paku atau tumbuhan berbiji terbuka, seperti Anabaena. Kelompok Proteobacteria biasanya bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme dalam nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[2][3] Kelompok bakteri Proteobacteria ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[3]

Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman, seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.[3] Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.[3] Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman akan berkurang cukup signifikan.[3] Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.[3]

  1. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  2. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  3. ^ a b c d e f g Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition.  Parameter |Publisher= yang tidak diketahui mengabaikan (|publisher= yang disarankan) (bantuan); Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_nitrogen&oldid=13703099"

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai Budi Daya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Adnyana, G. M. 2012. Mekanisme Penambatan Nitrogen Udara oleh Bakteri Rhizobium Menginspirasi Perkembangan Teknologi Pemupukan Organik yang Ramah Lingkungan. Agrotrop, 2(2) : 145-149.

Alfiah, T. 2014. Struktur dan Komposisi Atmosfer. http://Tatyalfiah.files.wordpress.com. Diakses Tanggal 16 Juli 2014.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press.

Dakora, F.D., S.B.M. Chimpango, A.J. Valentine, C. Elmerich, and W.E. Newton. 2008. Biological Nitrogen Fixation: Towards Poverty Alleviation through Sustainable Agriculture. Netherland.

Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Hamzah. 2013. Proses Fiksasi Nitrogen. http://Hamzahagriculture.blogspot.com. Diakses Tanggal 7 Agustus 2014.

Kurniaty, R., S. Bustomi, dan E. Widyati. 2013. Penggunaan Rhizobium dan Mikoriza dalam Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra callothyrsus) Umur 5 Bulan. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 1 (2) : 71 - 81.

Nasikah. 2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu Pemberian Pupuk N (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sawah setelah Kedelai (Glycine Max (L) Merril.). Skripsi pada Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.

Purwaningsih, S. 2008. Populasi Bakteri Rhizobium di Tanah pada Beberapa Tanaman dari Pulau Buton, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Tanah Trop, 14 (1): 65 - 70.

Purwantari, N. D. dan E. Sutedi. 2005. Respon Inokulasi Strain Mutan Rhizobia pada Calliandra calothyrsus. JITV (3) 10: 182 - 189.

Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera utara. Medan.

Rizqiani, N. F., E. Ambarwati dan N. W. Yuwono. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 7 (1): 43 - 53.

Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium pada Tanaman Kedelai (Glycine max(L) Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15 : 31–35.

Tania, N., Astina., dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1 (1): 10 - 15.