Cerita fiksi biasanya mengandung pesan titik-titik yang dapat kita ambil pelajaran

gurupendidikan.com – Tahukah kamu apa yang dimaksud cerita fiksi? Apakah kamu pernah membaca sebuah cerpen atau novel? Kalau kamu pernah membaca cerpen atau novel, berarti kamu sedang membaca sebuah cerita fiksi. Nah untuk lebih jelasnya apa itu cerita fiksi, simak baik-baik uraian berikut ini.

Cerita fiksi biasanya mengandung pesan titik-titik yang dapat kita ambil pelajaran

Pengertian Cerita Fiksi

Fiksi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Inggris fiction yang berarti rekaan atau khayalan. Cerita fiksi berarti cerita yang tidak terjadi sebenarnya. Secara lebih luas, pengertian cerita fiksi adalah sebuah karya satra yang bersifat imajinasi atau khayalan dari penulis dan bukan kejadian yang sebenarnya. Dengan kata lain cerita fiksi tidak terjadi secara sebenarnya di dunia nyata tetapi hanya berdasarkan imajinasi, pikiran, atau khayalan seseorang.

Meskipun cerita fiksi hanya imajinasi dari penulis namun cerita fiksi tetap masuk akal dan bisa mengandung kebenaran yang bisa mendramatisir hubungan-hubungan antar manusia.

Cerita fiksi biasanya berdasarkan sejarah, kejadian atau pengalaman hidup sang penulis atau orang lain yang dibumbui dengan imajinasi-imajinasi dari penulisanya.

Ada beberapa jenis karya seni yang termasuk ke dalam cerita fiksi diantaranya:

  • cerpen
  • novel
  • roman
  • drama
  • sinetron, dll

Untuk lebih memahami apa itu fiksi, berikut ini pendapat para ahli tentang fiksi

1. Krismarsanti

Pengertian fiksi menurut Krismarsanti adalah karangan yang berisi kisah atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang.

2. Thani Ahmad

Definisi fiksi menurut Thani Ahma adalah cerita naratif yang timbul dari imajinasi pengarang dan tidak memperdulikan fakta sejarah.

3. Henry Guntur Tarigan

Henry Guntur Tarigan mendefinisikan fiksi adalah suatu karya sastra yang berasal dari hasil imajinasi penulis.

4. Semi

Pengertian fiksi menurut Semi adalah jenis narasi literer dan berupa cerita rekaan pengarang tanpa memperdulikan realitasnya.

Ciri-ciri Cerita Fiksi

Berdasarkan pengertian cerita fiksi di atas, maka kita dapat mengenali sebuah karya fiksi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Fiksi sifatnya rekaan atau imajinasi dari pengarang
  • Dalam fiksi terdapat kebenaran yang relatif atau tidak mutlak
  • Umumnya fiksi menggunakan bahasa yang bersifat konotatif atau bukan sebenarnya
  • Karya fiksi tidak memiliki sistematika yang baku
  • Umumnya karya fiksi menyasar emosi atau perasaan pembaca, bukan logika
  • Dalam karya fiksi terdapat pesan moral atau amanat tertentu

Jenis jenis Cerita Fiksi dan Contoh karya Fiksi

Di atas kita sudah membahas secara sekilas jenis-jenis karya sastra fiksi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini jenis-jenis cerita fiksi:

Novel merupakan sebuah cerita fiksi yang menceritakan seorang tokoh utama yang penuh dengan pro dan kontra di dalam ceritanya. Mulai dari awal hingga akhir, novel memiliki klimaks atau ending.

Ciri-ciri novel adalah

  • Tidak dibaca sekali duduk
  • Plot mengarah ke insiden atau kejadian jamak
  • Watak tokoh dilakukan pengembangan secara penuh.
  • Dimensi ruang dan waktu yang lebih luas, cerita lebih luas dan bisa mencapai keutuhan secara inklusi.

Beberapa contoh novel diantaranya adalah:

  1. Dilan 1990
  2. Siti Nurbaya
  3. Tenggelamnya Kapal Vander Wick
  4. Ketika Cinta Bertasbih

Roman adalah karya fiksi yang menceritakan kehidupan seorang atau beberapa tokoh mulai dari lahir hingga kematiannya. Cerita roman biasanya banyak mengandung hikmah dan cenderung mengarah pada cerita klasik. Roman juga banyak jenisnya seperti Roman petualangan, Roman Psikologis, Roman percintaan, dan lain-lain.

Beberapa contoh karya sastra berbentuk Roman, yaitu:

  1. Katak Hendak Jadi Lembu (Roman Psikologi)
  2. Gadis Empat Zaman (Roman Percintaan)
  3. Si Dul Anak Jakarta (Roman Anak dan Remaja)
  4. Neraka Dunia (Roman Pendidikan)
  5. Mencari Pencuri Anak Perawan (Roman Kriminal dan Detektif)

Cerpen adalah karya fiksi dengan cerita yang lebih pencdek dan lebih padat dibanding novel dan roman.

Ciri-ciri cerpen adalah:

  • Bisa dibaca dalam sekali duduk
  • Plotnya mengarah hanya kepada suatu insiden atau kejadian tunggal
  • Watak tokoh tidak dikembangkan secara penuh apabila tokoh itu baik maka hanya kebaikan saja yang diceritakan sedangkan sifat lainnya tidak
  • Dimensi ruang dan waktunya terbatas, cerita lebih berisi, memusat dan mendalam, mencapai keutuhan secara ekslusi.

Beberapa judul cerpen diantaranya:

  • Dear Mantan, karya Rizki Dwi Lestari
  • Piala Untuk Riska, karya Yacinta Artha Prasanti
  • Maafkan Aku Rakyatku, karya Hamka Firmansyah
  • Menyesal, karya Flawless
  • Sekardus Uang Cinta Untuk Lala, karya Benny Hakim Benardie

Struktur Cerita Fiksi

Cerita fisksi memiliki struktur sebagai berikut

  • Abstrak. Yaitu bagian yang berisi sebuah cerita singkat dari cerita keseluruhan atau berisi cerita inti sebuah teks cerita fiksi. Bagian ini bersifat opsional, boleh ada boleh tidak.
  • Orientasi. Bagian ini menjelaskan tentang tema, latar belakang tema, serta tokoh dalam novel. Bagian ini biasanya terletak pada bagian awal cerita dan menjadi penjelas dari cerita fiksi dalam novel.
  • Komplikasi. Bagian yang berisi tentang permasalahan-permasalahan yang mulai dihadapi para tokoh dalam cerita.
  • Evaluasi. Yaitu bagian dari cerita yang berisi tentng pembahasan pemecahan atau penyelesaian masalah yang dihadapi para tokoh, namun belum berakhir.
  • Resolusi. Yaitu bagian yang berisi inti pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi para tokoh.
  • Koda (reorientasi). Yaitu bagian yang berisi amanat cerita atau pesan moral yang dipetik dari cerita fiksi

Unsur Cerita Fiksi

Unsur dalam cerita fiksi terbagi dua yaitu unsur intrisik dan ekstrinsik.

Unsur instrinsik cerita fiksi

  • Tema. Yaitu gagasan atau ide dasar yang menjadi landasan suatu karya sastra yang terkandung dalam teks.
  • Tokoh. Yaitu pelaku dalam cerita.
  • Alur/plot. Yaitu urutan kejadian cerita.
  • Konflik. Yaitu permasalahan-permasalahan yang dihadapi para tokoh dalam cerita.
  • Klimaks. Adalah ujung dari konflik, atau konflik yang telah mencapai tingkat intensitas tinggi dan hal ini tidak dapat dihindari.
  • Latar. Yaitu tempat, waktu dan suasana yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
  • Amanat. Adalah pesan moral yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang ia buat.
  • Sudut pandang. Adalah cara pandang pengarang dalam menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita tersebut kepada pembaca. Sudut pandang dapat berupa orang pertama yang ditandai dengan kata “aku”, sudut pandang orang kedua yang ditandai dengan kata “kamu, dan sudut pandang orang ketiga yang ditandai dengan kata “dia atau mereka”.

Unsur ekstrinsik dalam cerita fiksi

(yaitu unsur di luar cerita namun sangat mempengaruhi jalannya sebuah cerita fiksi)

  • Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.
  • Keyakinan.
  • Pandangan hidup yang keseluruhan akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.
  • Psikologi, baik berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial
  • Pandangan hidup suatu bangsa.
  • Berbagai karya seni lain dan lain sebagainya.
  • Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi

Kaidah Kebahasaan Cerita Fiksi

Adapun kaidah atau tata bahasa dalam teks cerita fiski yaitu:

  • Metafora, yaitu perumpamaan yang sering digunakan untuk membandingkan sebuah benda atau menggambarkan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
  • Metonimia, yaitu gaya bahasa yang digunakan, kata tertentu digunakan sebagai pengganti kata yang sebenarnya, tapi penggunaannya hanya pada kata yang memiliki pertalian yang begitu dekat.
  • Simile (persamaan), ini digunakan sebagai perbanding yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu hal dengan hal lainnya. Misalnya: seumpama, selayaknya, laksana, dll.

Demikian artikel tentang Pengertian Teks Cerita Fiksi, Struktur Teks, Unsur, dan Kaidah Teks Cerita Fiksi Lengkap semoga dapat memperkaya wawsan anda.

Baca Juga

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari

Materi Nilai –Nilai Moral Dalam Karya Fiksi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA - Halo adik adik yang baik apa kabar? semoga adik adik dalam keadaan baik baik saja ya, jika keluar rumah jangan lupa untuk menggunakan masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan ya. Oiya pada kesempatan yang cerah ini kakak ingin membagikan kepada adik adik mengenai materi yang sudah kakak siapkan yaitu materi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA yaitu Materi Nilai –Nilai Moral Dalam Karya Fiksi. Semoga bermanfaat yah. Selamat belajar!!

Cerita fiksi biasanya mengandung pesan titik-titik yang dapat kita ambil pelajaran
Materi Nilai –Nilai Moral Dalam Karya Fiksi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA

A. Tujuan Pembelajaran 

Setelah mempelajari modul pada Kegiatan Pembelajaran 1 ini,  kalian diharapkan dapat memetik nilai-nilai moral yang terkandung dalam buku kumpulan cerpen atau puisi  dengan kritis, cermat, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kalian diharapkan  memiliki pemahaman tentang nilai-nilai yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 

Sebelum kita membahas nilai-nilai yang terkandung dalam buku fiksi dan nonfiksi, kita bahas terlebih dahulu hakikat buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang berupa prosa naratif yang berisfat imajinatif, tetapi biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubunganhubungan antarmanusia. Karya fiksi biasanya berupa novel maupun cerpen.   Karya fiksi juga menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, dan dengan Tuhannya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang  terhadap lingkungan dan kehidupan. Walaupun  berupa hasil kerja imajinasi, khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 2015:5). 

Baca juga - Soal Isi dan Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan

Jenis karya fiksi dikelompokkan menjadi beberapa macam. Karya fiksi  yang mendasarkan  pada fakta disebut sebagai fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta sejarah , misalnya Hitam dari Kurasan, Tentara Islam di Tanah Galia karya Dardji Zaidan.  Novel  historis terikat oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian berbagai sumber. Namun, ia pun tetap memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan memberitakan pikiran dan perasaan tokoh lewat percakapan. Misalnya, novel Surapati dan Robert Anak Surapati karya Abdul Muis yang juga berangkat dari fakta sejarah. Jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta biografis disebut fiksi biografis.  Karya –karya biografis orang terkenal seperti Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam, Kuantar Kau ke Gerbang karya  Ramadhan KH, Tahta untuk Rakyat karya Mochtar Lubis, dan Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Selain itu juga biografi Gusti Nurul Streven Naar Geluk karya Ully Hermono, Khatijah ketika Rahasia Mim Tersingkap karya Sibel Eraslan, Barack Obama Dream From My father yang merupakan otobiografi. Jika yang menjadi dasar penulisan fiksi itu berupa fakta ilmu pengetahuan disebut fiksi sains. 

Misalnya, Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, karya Tere Liye, dan 1984 karya George Orwell. Ketiga jenis karya fiksi tersebut sering disebut fiksi nonfiksi (Nurgiyantoro, 2015:5) Yang dapat digolongkan sebagai karya fiksi adalah novel (novel serius, novel popular, teenlit),  cerpen, dan roman. Contoh novel serius misalnya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, semuanya karya Pramodya Ananta Toer. Dapat pula kalian baca novel Belenggu karya Armyn Pane, Atheis karya Achdiat Kartamiharja, Jalan Tak Ada Ujung dan HarimauHarimau karya Moctar Lubis, Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangun Wijaya, Ayat-Ayat Cinta, Bidadari Bermata Bening, Ketika Cinta Bertasbih, karya Habiburahman El Sirazi. 


Baca juga - Soal Struktur Kebahasaan Surat Lamaran Pekerjaan

Di  samping itu,  dapat pula kalian baca pula novel popular seperti Karmila, Badai Pasti Berlalu, karya Marga T, Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, Terminal Cinta Terakhir karya Ashadi Siregar, Cewek Komersil, Gita Cinta dari SMA, Musim Bercinta karya Eddy D Iskandar. Untuk jenis teenlit misalnya Dealova karya Dylan Nuranindya, Nothing But Love Semata Cinta  dan Aphrodite karya  Laire Siwi Mentari, dan lain-lain. 

3. Nilai Moral  dalam Karya Fiksi 

Karya sastra selain sebagai media konumikasi, juga dipandang sebagai suatu sarana untuk mengajarkan sesuatu kepada pembaca. Telaah moral filosofis yang dikembangkan Plato, dalam Sudjiono (1990;177) dinyatakan bahwa fungsi sastra adalah mengajarkan moralitas, baik yang diorientasikan kepada ajaran religi maupun falsafah. Sehubungan dengan nilai-nilai dalam karya sastra, Shipley (dalam Tarigan, 1984;194) mengemukakan nilai-nilai dalam sastra meliputi lima macam yaitu: 

  • Nilai hedonik, yaitu nilai yang memberi kesenangan secara langsung 
  • Nilai artistik, yaitu nilai yang memanifestasikan keterampilan seseorang 
  • Nilai kultural, yaitu nilai yang mengandung hubungan yang mendalam dengan masyarakat 
  • Nilai etis, moral, religious, jika di dalamnya terkandung ajaran moral, etika, dan agama 
  • Nilai praktis, jika dalam  karya sastra itu terkandung hal-hal yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Pengertian moral dalam karya sastra tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan pembaca.  


Baca juga - Soal Informasi Teks Cerita Sejarah

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan itulah yang ingin disampaikan oleh pengarang. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:323-324), jenis moral dalam karya sastra dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu: 

  • Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dan Tuhan  
  • Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan manusia 
  • Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan nuraninya 
  • Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan alam 

Berikut disajikan contoh aspek moral yang terkandung dalam  beberapa karya fiksi. 

Kutipan 

Aspek nilai moral

Alasan 

“Bisa nggak Na kita bicara sebentar di sini.” “Satu menit bisa Zum.” “ Maaf Zum tidak bisa. Bukan apa-apa. Bukan aku tidak menghormatimu. Tapi aku belum shalat dhuhur. Dan acaraku tepat setengah dua. Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai. Lagian janjian kita kan habis ashar di pesantren. Dan kau

sepakat.(KCB:57)

Aspek kehidupan antara manusia dan Tuhan 

Kutipan tersebut menunjukkan betapa manusia meyakini dan meyadari akan keberadaan Tuhan. Karena itu, ada kesadaran penuh manusia untuk menghamba pada Tuhan melalui ajaran yang diyakininya.

“Saya hanya ingin seperti Fatimah yang selama hidupnya berumah tangga dengan Ali bin Abi Thalib tidak dimadu oleh Ali. Dan saya ingin seperti

Khatijah yang selama hidupnya berumah tangga dengan Rosulullah juga tidak dimadu. Sungguh saya tidak mengharamkan poligami. Tapi inilah syarat yang saya ajukan. Jika diterima ya akad nikah bisa dirancang untuk dilaksanakan. Jika tidak, ya tidak apaapa. Silakan Mas Furqon mencari perempuan lain yang mungkin tidak akan mengajukan syarat apa-apa, papar Ana” panjang lebar (KCB:31)

Aspek kehidupan manusia dengan manusia

Ajaran moral yang tampak adalah tentang kesetiaan pasangan hidup dalam rumah tangga yang akan dibangun. Di satu sisi pengarang melalui tokohnya juga berpesan tidak menolak suatu pandangan tentang poligami, tetapi tokoh tidak mau dipoligami. 

Saya menulikan telinga saya. Membutakan mata saya. Tapi rasa memang tak bisa berbohong. Saya sadari beberapa menit kemudian, perasaan saya menjadi tercabik-cabik. Sesuatu yang tak bisa saya redam dengan diam atau lari. Rasa itu menggantung . Karenanya hati dan pikiran saya menjadi berat. Dada saya mulai sesak. Saya hanya merasa ada batu sebesar kepala menindih dada saya, dan air bah yang memberontak di pintu mata saya. Sia-sia saja saya bangun bendungan maya di kelopak mata karena nalar saya lebih cepat menangkap realita. Air mata saya jatuh satu-satu”(DT:33-34)

Aspek kehidupan antara manusia dan nuraninya

Ajaran moral yang dapat diambil adalah tentang adanya suara-suara hati seorang manusia yang tidak dapat dibohongi dan dipengaruhi oleh apa pun. Hasrat, keinginan  keluar dari nurani karena nurani pada dasarnya tidak bisa berbohong.

Lalu musim kemarau yang panjang itu datang. Dan tiba-tiba ia merasa dirinya terpencil. Orang-orang sudah segan

Aspek kehidupan manusia dengan

alam 

Secara tidak langsung pengarang menyampaikan ajaran moral bahwa

saja bergaul dengannya. Kalau kebetulan perpapasan saja orang mau menegurnya dengan perasaan tertekan. Setelah ia mengajak perempuan yang diajarnya mengaji untuk bergotong royong pada Kamis yang lalu, pada Kamis kemarin tak seorang pun mereka yang datang

mengaji ( Kemarau:66)

manusia harus mampu menjaga hubungannya dengan alam. Musim kemarau yang membuat sawah kering tidak disikapi dengan menyerah pada alam, melainkan memunculkan semangat untuk mengatasinya. Semangat itu memang tidak selalu disambut baik oleh masyarakat di lingkungannya. Namun, dengan niat dan tekad suci semua teratasi 

  1. Yang termasuk ke dalam karya  fiksi adalah novel, cerpen, dan roman. Karya fiksi terbagi menjadi tiga macam, yakni fiksi yang bersumber pada  sejarah disebut fiksi historis, yang bersumber dari kisah atau biografi disebut fiksi biografis, dan yang bersumber dari fakta-fakta ilmu pengetahuan  disebut fiksi sains.   
  2. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra fiksi maupun sastra fiksi  nonfiksi meliputi nilai hedonik, yakni nilai yang memberi kesenangan secara langsung; nilai artistik yaitu nilai yang memanifestasikan keterampilan seseorang; nilai kultural adalah nilai yang mengandung hubungan dengan masyarakat;  nilai etis-religius adalah nilai yang berhubungan dengan ajaran moral, etika, dan religious; serta  nilai praktis yaitu nilai yang dapat dilaksanakan  dalam kehidupan sehari-hari 
  3. Nilai moral dalam karya fiksi dan fiksi nonfiksi meliputi nilai moral dalam aspek kehidupan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan nuraninya, dan manusia dengan alam. 

Temukanlah  nilai-nilai moral yang terdapat pada cerpen berjudul  “ Seragam”  dari kumpulan cerpen Kompas berikut ini! 

(Dikutip dari kumpulan cerpen Kompas) 

Lelaki jangkung berwajah terang yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya. Pastinya dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba. Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan. Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu. Dia pun lalu turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat mengikuti upacara bendera tiap Isnin. Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar. 


Baca juga - Soal Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Dia adalah sahabat masa kecil terbaik saya. Hampir 25 tahun lalu kami berpisah karena keluarga saya harus boyongan ke kota tempat kerja Ayah yang baru di luar pulau hingga kembali beberapa tahun kemudian untuk menetap di kota kabupaten. Itu saya ceritakan padanya, sekaligus mengucapkan maaf karena sama sekali belum pernah menyambanginya sejak itu. ”Jadi, apa yang membawamu kemari?” 

”Palsu! Kalau ini hanya soal kenangan, tidak perlu menunggu 10 tahun setelah keluargamu kembali dan menetap 30 kilometer saja dari sini.” 

Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin. 

Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya. 

Malam itu saya berada di sini, memperhatikannya belajar. Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis. Di atas amben, ayahnya santai merokok. Sesekali menyalakan pemantik jika bara rokok lintingannya soak bertemu potongan besar cengkeh atau kemenyan yang tidak lembut diirisnya. Ibunya, seorang perempuan yang banyak tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilin sabut-sabut kelapa menjadi tambang. Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati. Itu yang membuat perasaan saya semakin dekat dengan kesahajaan hidup keluarganya. 


Baca juga - Soal Identifikasi Teks Editorial

Selesai belajar, dia menyuruh saya pulang karena hendak pergi mencari jangkrik. Saya langsung menyatakan ingin ikut, tapi dia keberatan. Ayah dan ibunya pun melarang. Sering memang saya mendengar anak-anak beramai- ramai berangkat ke sawah selepas isya untuk mencari jangkrik. Jangkrik-jangkrik yang diperoleh nantinya dapat dijual atau hanya sebagai koleksi, ditempatkan di sebuah kotak, lalu sesekali digelitik dengan lidi atau sehelai ijuk agar berderik lantang. Dari apa yang saya dengar itu, proses mencarinya sangat mengasyikkan. Sayang, Ayah tidak pernah membolehkan saya. Tapi malam itu toh saya nekat dan sahabat saya itu akhirnya tidak kuasa menolak. 

”Tidak ganti baju?” tanya saya heran begitu dia langsung memimpin untuk berangkat. Itu hari Jumat. Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk bersekolah sehari lagi. Saya tahu, dia memang tidak memiliki banyak pakaian hingga seragam sekolah biasa dipakai kapan saja. Tapi memakainya untuk pergi ke sawah mencari jangkrik, rasanya sangat-sangat tidak elok. 


Baca juga - Soal Struktur dan Kebahasaan Teks Editorial

Sambil menggerutu tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya. Kami lalu berjalan sepanjang galengan besar di areal persawahan beberapa puluh meter setelah melewati kebun dan kolam gurami di belakang rumahnya. Di kejauhan, terlihat beberapa titik cahaya obor milik para pencari jangkrik selain kami. Rasa hati jadi tenang. Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh. Saya merasa tidak akan berani berada di sana sendirian. 

Kami turun menyusuri petak-petak sawah hingga jauh ke barat. Hanya dalam beberapa menit, dua ekor jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia di pinggang sahabat saya itu. Saya mengikuti dengan antusias, tapi sendal jepit menyulitkan saya karena tanah kering membuatnya berkali-kali terlepas, tersangkut, atau bahkan terjepit masuk di antara retakan-retakannya. Tunggak batang-batang padi yang tersisa pun bisa menelusup dan menyakiti telapak kaki. Tapi melihat dia tenang-tenang saja walaupun tak memakai alas kaki, saya tak mengeluh karena gengsi. 

Rasanya belum terlalu lama kami berada di sana dan bumbung baru terisi beberapa ekor jangkrik ketika tiba-tiba angin berubah perangai. Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya! 


Baca juga - Soal Nilai-nilai Dalam Buku Pengayaan

”Berguling! Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk dipakai menyabet punggung saya. Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak-tunggak batang padi yang menusuknusuk tubuh dan wajah saat bergulingan. Pikiran saya hanya terfokus pada api dan tak sempat untuk berpikir bahwa saat itu saya akan bisa mendapat luka yang lebih banyak karena gerakan itu. Sulit dilukiskan rasa takut yang saya rasakan. Malam yang saya pikir akan menyenangkan justru berubah menjadi teror yang mencekam! 

Ketika akhirnya api padam, saya rasakan pedih yang luar biasa menjalar dari punggung hingga ke leher. Baju yang saya kenakan habis sepertiganya, sementara sebagian kainnya yang gosong menyatu dengan kulit. Sahabat saya itu tanggap melingkupi tubuh saya dengan seragam coklatnya melihat saya mulai menangis dan menggigil antara kesakitan dan kedinginan. Lalu dengan suara bergetar, dia mencoba membuat isyarat dengan mulutnya. Sayang, tidak ada seorang pun yang mendekat dan dia sendiri kemudian mengakui bahwa kami telah terlalu jauh berjalan. Sadar saya membutuhkan pertolongan secepatnya, dia menggendong saya di atas punggungnya lalu berlari sembari membujukbujuk saya untuk tetap tenang. Napasnya memburu kelelahan, tapi rasa tanggung jawab yang besar seperti memberinya kekuatan berlipat. Sayang, sesampai di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki Ayah dan Ibu. Pipinya sempat pula kena tampar Ayah yang murka. 

Saya langsung dilarikan ke puskesmas kecamatan. Seragam coklat Pramuka yang melingkupi tubuh saya disingkirkan entah ke mana oleh mantri. Tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk meminta kepada Ayah agar menggantinya setelah itu. Dari yang saya dengar selama hampir sebulan tidak masuk sekolah, beberapa kali dia terpaksa membolos di hari Jumat dan Sabtu karena belum mampu membeli gantinya. 


Baca juga - Soal Pandangan Pengarang Terhadap Kehidupan Dalam Novel

”Salahmu sendiri, tidak minta ganti,” kata saya selesai kami mengingat kejadian itu. 

”Mengajakmu saja sudah sebuah kesalahan. Aku takut ayahmu bertambah marah nantinya. Ayahku tidak mau mempermasalahkan tamparan ayahmu, apalagi seragam itu. Dia lebih memilih membelikan yang baru walaupun harus menunggu beberapa minggu.” 

Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya. 


Baca juga - Soal Isi dan Kebahasaan Novel

Dia lalu mengajak saya ke halaman belakang di mana kami pernah bersama-sama membuat kolam gurami. Kolam itu sudah tiada, diuruk sejak lama berganti menjadi sebuah gudang tempatnya kini berkreasi membuat kerajinan dari bambu. Hasil dari tangan terampilnya itu ditambah pembagian keuntungan sawah garapan milik orang lainlah yang menghidupi istri dan dua anaknya hingga kini. 

Ayah dan ibunya sudah meninggal, tapi sebuah masalah berat kini menjeratnya. Dia bercerita, sertifikat rumah dan tanah peninggalan orangtua justru tergadaikan. 

”Kakakku itu, masih sama sifatnya seperti kau mengenalnya dulu. Hanya kini, semakin tua dia semakin tidak tahu diri.” 

”Ulahnya?” Dia mengangguk. 

”Kau tahu, rumah dan tanah yang tidak seberapa luas ini adalah milik kami paling berharga. Tapi aku tidak kuasa untuk menolak kemauannya mencari pinjaman modal usaha dengan mengagunkan semuanya. Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini beban berat ada di pundakku.” Terbayang sosok kakaknya dahulu, seorang remaja putus sekolah yang selalu menyusahkan orangtua dengan kenakalankenakalannya. Kini setelah beranjak tua, masih pula dia menyusahkan adik satu-satunya. 

”Kami akan bertahan,” katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore. Ada kesungguhan dalam suaranya. 


Baca juga - Soal Informasi Dalam Sebuah Artikel Opini

Sepanjang perjalanan pulang, pikiran saya tidak pernah lepas dari sahabat saya yang baik itu. Saya malu. Sebagai sahabat, saya merasa belum pernah berbuat baik padanya. Tidak pula yakin akan mampu melakukan seperti yang dilakukannya untuk menolong saya di malam itu. Dia telah membuktikan bahwa keberanian dan rasa tanggung jawab yang besar bisa timbul dari sebuah persahabatan yang tulus. 

Mata saya kemudian melirik seragam dinas yang tersampir di sandaran jok belakang. Sebagai jaksa yang baru saja menangani satu kasus perdata, seragam itu belum bisa membuat saya bangga. Nilainya jelas jauh lebih kecil dibanding nilai persahabatan yang saya dapatkan dari sebuah seragam coklat Pramuka. Tapi dia tidak tahu, dengan seragam dinas itu, sayalah yang akan mengeksekusi pengosongan tanah dan rumahnya. 

Berdasarkan cerpen di atas, isilah tabel  analisis nilai moral berikut ini 

Tabel Analisis Nilai Moral berdasarkan cerpen SERAGAM 

Aspek Nilai moral 

Kutipan

Penjelasan 


Pilihlah yang paling tepat di antara A,B,C,D,atau E! jawaban kalian harus disertai dengan alasannya! 

1. Cermatilah kutipan berikut! 

“ Ah betapa sempurnanya Tuhan. Ada Tuhan untuk kaum atasan yang berumah besar, berloteng ke atas, dan ada Tuhan untuk kaum bawah yang berloteng juga tetapi ke arah bawah kolong jembatan; yang penting mulut anak-anak itu harus bisa ditutup disuap dengan nasi atau apa pun yang bisa dimakan” 


Baca juga - Soal Kebahasaan Artikel Opini

Bukan pasar itu yang membuat aku pulang, tak jua kerajinan tangannya yang bisa ditemukan di toko-toko souvenir di Jakarta, tetapi sesungguhnya aku kangen terhadap ibu. Lebih dari itu, ada hal lain yang lebih kuat memanggilku, yaitu suara yang selalu menyentak hatiku selama dua puluh tahun ini. Suara itu seperti suara lagu sayup sunyi, namun gemanya selalu meremas hati 

Nilai moral dalam kutipan 1 dan kutipan 2  tersebut termasuk moral dalam aspek  kehidupan antara manusia dengan… 


Baca juga - Soal Kritik dan Esai kelas 12 SMA

2. Cermatilah kutipan berikut! 

“ Terima kasih atas nasihat Pak Dalkijo. Untuk mereka yang suka gampangan dan ingin serba mudah nasihat Bapak tentu pas. Dan maaf Pak, saya bukan dari kalangan seperti itu. Jadi saya memilih mengundurkan diri terhitung sejak hari ini”.  

“Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi. Saya keluar” 

Dalkijo menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai. Berdiri dengan kaki terbuka seperti koboi siap berkelahi. Tapi Kabul malah kelihatan tenang. Untuk beberapa saat suasan teras agenting.  

“ Baik. Tapi jangan salahkan saya bila Dik Kabul harus menghadapi interogasi aparat keamanan. Dan ini Dik Kabul. Idealismemu tidak akan membuat Dik Kabul jadi pahlawan. Kecuali Don Kisot”. (OOP) 

Kutipan di atas mengandung nilai moral yang menyangkut aspek kehidupan manusia dengan…. 

3. Pesan moral yang terdapat pada kutipan di atas adalah…. 

A. Sebaiknya kita menjauhi tindak korupsi agar tidak merugikan negara 

B. Hidup sederhana lebih utama daripada hidup mewah dari hasil korupsi 

C. Mempertahankan idealisme untuk hidup yang lebih bermartabat 

D. Sikap berbudi luhur akan melahirkan kedamaian di masyarakat 

E. Menjauhi sifat iri, dengki, ambisius, rakus, dan tamak 

4. Cermatilah terjemahan tembang Asmaradana karya Pakubuwono IV berikut ini! 

Jika tanpa tahu makna kehidupan 

Lebih baik kerbau dagingnya 

Sebaliknya daging manusia 

Jika dimakan pastilah haram 


Baca juga - Soal Sistematika dan Kebahasaan Kritik dan Esai

Jangan sampai anak cucu kita  terlena 

Jangan terbuai dengan kehidupan 

Dan jangan pula memiliki ambisi 

Terhadap pernik keindahan dunia 

Bahwa hidup pasti berakhir 

Pesan moral yang dapat kita petik dari kutipan di atas adalah sebagai berikut, kecuali… 

A. Setiap manusia harus memahami makna hidup dan kehidupan 

B. Kita sebaiknya tidak terlena oleh gemerlap dan indah dunia  

C. Janganlah kita memakan sesama, merugikan orang lain 

D. Kehidupan ini tidaklah abadi dan ingat akan hari akhir E. Lebih baik kita mengonsumsi daging kerbau yang tidak haram 

Baca juga - Soal Isi dan Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan

5. Cermatilah kutipan cerpen berikut! 

“Kang Ratib, jadi kamu hendak mengambil Jebris dari kantor polisi?” 

“Ya. Dan kuharap kamu tidak keberatan.” 

“ Juga bila kamu tidak keberatan, Jebris kita coba ajak bekerja di rumah kita. 

Mungkin dia bisa masak dan cuci pakaian.” 

“Andaikan dia mau, apakah kamu tidak merasa risi ada pelacur di antara kita?” 

“Yah, ada risinya juga. Tetapi mungkin itu jalan yang bisa kita tempuh.” 

“Kita akan terus bertetangga dengan dia. Dan kamu tak usah khawatir malaikat pembawa berkah tidak akan datang ke rumah ini bila kamu tetap punya kesabaran dan sedikit empati terhadap anak penjual gembus itu.” 

Nilai moral  yang terkandung dalam penggalan cerita di atas bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari adalah…. 

A. Tidak mudah menerima seorang bekas pelacur atau napi  memasuki kehidupan normal di mayarakat 

B. Kehidupan rumah tangga akan terancam apabila bekas pelacur memasuki kehidupan seseorang  

C. Pelacur juga manusia yang wajib mendapat kehidupan yang layak di masyarakat 

D. Tidak baik menjadi pelacur karena merupakan pekerjaan yang diharamkan 

E. Selalu sabar dan penuh empati kepada sesama yang mengalami nasib tidak beruntung 

Pembahasan : Kutipan 1 menunjukkan betapa manusia meyakini dan menyadari akan keberadaan Tuhan yang tidak pandang bulu dalam melimpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya; kutipan 2 menunjukkan adanya suara-suara hati seorang manusia yang tidak bisa dibohongi dan dipengaruhi oleh apa pun. 

Pembahasan : Kutipan tersebut menunjukkan betapa seseorang kadang sering berkonflik dengan orang lain karena perbedaan idealisme dan pandangan hidup. Di satu sisi ada tipe manusia yang memegang erat keyakinan akan kebenaran dan tanggung jawab yang hakiki, tetapi sering berbenturan dengan orang lain yang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. 


Baca juga - Soal Nilai-nilai Dalam Buku Fiksi dan Nonfiksi

Pembahasan : Pesan moral dalam kutipan cerita tersebut adalah seseorang hendaknya tetap mempertahankan idealismenya yang baik untuk kehidupan yang lebih bermartabat. Terlihat dari tokoh Kabul sebagai tokoh sentral dalam kutipan tersebut 

Pembahasan : Pesan-pesan moral yang dapat dipetik termaktub  dari pernyataan A,B,C,D 

Pembahasan : Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, secara umum masyarakat masih kurang bisa menerima kehadiran bekas napi ataupun pelacur dalam kehidupan mereka. Sebagian masih beranggapan bahwa mereka pasti akan kambuh dan mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat. 

Berilah tanda centang (√) pada format di bawah ini sesuai dengan jawaban kalian!   

No

Pertanyaa

Ya 

Tidak 

1.

Saya memahami hakikat karya fiksi dan nonfiksi

2.

Saya dapat memberi contoh jenis karya fiksi dan fiksi nonfiksi

3.

Saya dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam karya fiksi maupun fiksi nonfiksi

4. 

Saya dapat menjelaskan tentang nilai moral yang terdapat dalam karya fiksi dan fiksi nonfiksi

5.

Saya dapat memberikan contoh  berbagai jenis nilai moral yang terdapat dalam karya fiksi dan fiksi  nonfiksi

6.

Saya akan berusaha menerapkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dan pelajari ulang kegiatan belajar 2, yang sekiranya perlu kalian ulang dengan bimbingan Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi!