gurupendidikan.com – Tahukah kamu apa yang dimaksud cerita fiksi? Apakah kamu pernah membaca sebuah cerpen atau novel? Kalau kamu pernah membaca cerpen atau novel, berarti kamu sedang membaca sebuah cerita fiksi. Nah untuk lebih jelasnya apa itu cerita fiksi, simak baik-baik uraian berikut ini. Show
Pengertian Cerita FiksiFiksi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Inggris fiction yang berarti rekaan atau khayalan. Cerita fiksi berarti cerita yang tidak terjadi sebenarnya. Secara lebih luas, pengertian cerita fiksi adalah sebuah karya satra yang bersifat imajinasi atau khayalan dari penulis dan bukan kejadian yang sebenarnya. Dengan kata lain cerita fiksi tidak terjadi secara sebenarnya di dunia nyata tetapi hanya berdasarkan imajinasi, pikiran, atau khayalan seseorang. Meskipun cerita fiksi hanya imajinasi dari penulis namun cerita fiksi tetap masuk akal dan bisa mengandung kebenaran yang bisa mendramatisir hubungan-hubungan antar manusia. Cerita fiksi biasanya berdasarkan sejarah, kejadian atau pengalaman hidup sang penulis atau orang lain yang dibumbui dengan imajinasi-imajinasi dari penulisanya. Ada beberapa jenis karya seni yang termasuk ke dalam cerita fiksi diantaranya:
Untuk lebih memahami apa itu fiksi, berikut ini pendapat para ahli tentang fiksi 1. Krismarsanti Pengertian fiksi menurut Krismarsanti adalah karangan yang berisi kisah atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang. 2. Thani Ahmad Definisi fiksi menurut Thani Ahma adalah cerita naratif yang timbul dari imajinasi pengarang dan tidak memperdulikan fakta sejarah. 3. Henry Guntur Tarigan Henry Guntur Tarigan mendefinisikan fiksi adalah suatu karya sastra yang berasal dari hasil imajinasi penulis. 4. Semi Pengertian fiksi menurut Semi adalah jenis narasi literer dan berupa cerita rekaan pengarang tanpa memperdulikan realitasnya. Ciri-ciri Cerita FiksiBerdasarkan pengertian cerita fiksi di atas, maka kita dapat mengenali sebuah karya fiksi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Jenis jenis Cerita Fiksi dan Contoh karya FiksiDi atas kita sudah membahas secara sekilas jenis-jenis karya sastra fiksi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini jenis-jenis cerita fiksi: Novel merupakan sebuah cerita fiksi yang menceritakan seorang tokoh utama yang penuh dengan pro dan kontra di dalam ceritanya. Mulai dari awal hingga akhir, novel memiliki klimaks atau ending. Ciri-ciri novel adalah
Beberapa contoh novel diantaranya adalah:
Roman adalah karya fiksi yang menceritakan kehidupan seorang atau beberapa tokoh mulai dari lahir hingga kematiannya. Cerita roman biasanya banyak mengandung hikmah dan cenderung mengarah pada cerita klasik. Roman juga banyak jenisnya seperti Roman petualangan, Roman Psikologis, Roman percintaan, dan lain-lain. Beberapa contoh karya sastra berbentuk Roman, yaitu:
Cerpen adalah karya fiksi dengan cerita yang lebih pencdek dan lebih padat dibanding novel dan roman. Ciri-ciri cerpen adalah:
Beberapa judul cerpen diantaranya:
Struktur Cerita FiksiCerita fisksi memiliki struktur sebagai berikut
Unsur Cerita FiksiUnsur dalam cerita fiksi terbagi dua yaitu unsur intrisik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik cerita fiksi
Unsur ekstrinsik dalam cerita fiksi(yaitu unsur di luar cerita namun sangat mempengaruhi jalannya sebuah cerita fiksi)
Kaidah Kebahasaan Cerita FiksiAdapun kaidah atau tata bahasa dalam teks cerita fiski yaitu:
Demikian artikel tentang Pengertian Teks Cerita Fiksi, Struktur Teks, Unsur, dan Kaidah Teks Cerita Fiksi Lengkap semoga dapat memperkaya wawsan anda. Baca Juga
Materi Nilai –Nilai Moral Dalam Karya Fiksi Mapel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA/MA - Halo adik adik yang baik apa kabar? semoga adik adik dalam keadaan baik baik saja ya, jika keluar rumah jangan lupa untuk menggunakan masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan ya. Oiya pada kesempatan yang cerah ini kakak ingin membagikan kepada adik adik mengenai materi yang sudah kakak siapkan yaitu materi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA yaitu Materi Nilai –Nilai Moral Dalam Karya Fiksi. Semoga bermanfaat yah. Selamat belajar!!
A. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari modul pada Kegiatan Pembelajaran 1 ini, kalian diharapkan dapat memetik nilai-nilai moral yang terkandung dalam buku kumpulan cerpen atau puisi dengan kritis, cermat, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kalian diharapkan memiliki pemahaman tentang nilai-nilai yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Sebelum kita membahas nilai-nilai yang terkandung dalam buku fiksi dan nonfiksi, kita bahas terlebih dahulu hakikat buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang berupa prosa naratif yang berisfat imajinatif, tetapi biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubunganhubungan antarmanusia. Karya fiksi biasanya berupa novel maupun cerpen. Karya fiksi juga menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, dan dengan Tuhannya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walaupun berupa hasil kerja imajinasi, khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 2015:5). Baca juga - Soal Isi dan Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan Jenis karya fiksi dikelompokkan menjadi beberapa macam. Karya fiksi yang mendasarkan pada fakta disebut sebagai fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta sejarah , misalnya Hitam dari Kurasan, Tentara Islam di Tanah Galia karya Dardji Zaidan. Novel historis terikat oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian berbagai sumber. Namun, ia pun tetap memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan memberitakan pikiran dan perasaan tokoh lewat percakapan. Misalnya, novel Surapati dan Robert Anak Surapati karya Abdul Muis yang juga berangkat dari fakta sejarah. Jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta biografis disebut fiksi biografis. Karya –karya biografis orang terkenal seperti Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam, Kuantar Kau ke Gerbang karya Ramadhan KH, Tahta untuk Rakyat karya Mochtar Lubis, dan Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Selain itu juga biografi Gusti Nurul Streven Naar Geluk karya Ully Hermono, Khatijah ketika Rahasia Mim Tersingkap karya Sibel Eraslan, Barack Obama Dream From My father yang merupakan otobiografi. Jika yang menjadi dasar penulisan fiksi itu berupa fakta ilmu pengetahuan disebut fiksi sains. Misalnya, Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, karya Tere Liye, dan 1984 karya George Orwell. Ketiga jenis karya fiksi tersebut sering disebut fiksi nonfiksi (Nurgiyantoro, 2015:5) Yang dapat digolongkan sebagai karya fiksi adalah novel (novel serius, novel popular, teenlit), cerpen, dan roman. Contoh novel serius misalnya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, semuanya karya Pramodya Ananta Toer. Dapat pula kalian baca novel Belenggu karya Armyn Pane, Atheis karya Achdiat Kartamiharja, Jalan Tak Ada Ujung dan HarimauHarimau karya Moctar Lubis, Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangun Wijaya, Ayat-Ayat Cinta, Bidadari Bermata Bening, Ketika Cinta Bertasbih, karya Habiburahman El Sirazi.
Di samping itu, dapat pula kalian baca pula novel popular seperti Karmila, Badai Pasti Berlalu, karya Marga T, Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, Terminal Cinta Terakhir karya Ashadi Siregar, Cewek Komersil, Gita Cinta dari SMA, Musim Bercinta karya Eddy D Iskandar. Untuk jenis teenlit misalnya Dealova karya Dylan Nuranindya, Nothing But Love Semata Cinta dan Aphrodite karya Laire Siwi Mentari, dan lain-lain. 3. Nilai Moral dalam Karya Fiksi Karya sastra selain sebagai media konumikasi, juga dipandang sebagai suatu sarana untuk mengajarkan sesuatu kepada pembaca. Telaah moral filosofis yang dikembangkan Plato, dalam Sudjiono (1990;177) dinyatakan bahwa fungsi sastra adalah mengajarkan moralitas, baik yang diorientasikan kepada ajaran religi maupun falsafah. Sehubungan dengan nilai-nilai dalam karya sastra, Shipley (dalam Tarigan, 1984;194) mengemukakan nilai-nilai dalam sastra meliputi lima macam yaitu:
Pengertian moral dalam karya sastra tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan pembaca.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan itulah yang ingin disampaikan oleh pengarang. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:323-324), jenis moral dalam karya sastra dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu:
Berikut disajikan contoh aspek moral yang terkandung dalam beberapa karya fiksi.
Temukanlah nilai-nilai moral yang terdapat pada cerpen berjudul “ Seragam” dari kumpulan cerpen Kompas berikut ini! (Dikutip dari kumpulan cerpen Kompas) Lelaki jangkung berwajah terang yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya. Pastinya dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba. Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan. Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu. Dia pun lalu turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat mengikuti upacara bendera tiap Isnin. Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar.
Dia adalah sahabat masa kecil terbaik saya. Hampir 25 tahun lalu kami berpisah karena keluarga saya harus boyongan ke kota tempat kerja Ayah yang baru di luar pulau hingga kembali beberapa tahun kemudian untuk menetap di kota kabupaten. Itu saya ceritakan padanya, sekaligus mengucapkan maaf karena sama sekali belum pernah menyambanginya sejak itu. ”Jadi, apa yang membawamu kemari?” ”Palsu! Kalau ini hanya soal kenangan, tidak perlu menunggu 10 tahun setelah keluargamu kembali dan menetap 30 kilometer saja dari sini.” Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin. Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya. Malam itu saya berada di sini, memperhatikannya belajar. Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis. Di atas amben, ayahnya santai merokok. Sesekali menyalakan pemantik jika bara rokok lintingannya soak bertemu potongan besar cengkeh atau kemenyan yang tidak lembut diirisnya. Ibunya, seorang perempuan yang banyak tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilin sabut-sabut kelapa menjadi tambang. Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati. Itu yang membuat perasaan saya semakin dekat dengan kesahajaan hidup keluarganya.
Selesai belajar, dia menyuruh saya pulang karena hendak pergi mencari jangkrik. Saya langsung menyatakan ingin ikut, tapi dia keberatan. Ayah dan ibunya pun melarang. Sering memang saya mendengar anak-anak beramai- ramai berangkat ke sawah selepas isya untuk mencari jangkrik. Jangkrik-jangkrik yang diperoleh nantinya dapat dijual atau hanya sebagai koleksi, ditempatkan di sebuah kotak, lalu sesekali digelitik dengan lidi atau sehelai ijuk agar berderik lantang. Dari apa yang saya dengar itu, proses mencarinya sangat mengasyikkan. Sayang, Ayah tidak pernah membolehkan saya. Tapi malam itu toh saya nekat dan sahabat saya itu akhirnya tidak kuasa menolak. ”Tidak ganti baju?” tanya saya heran begitu dia langsung memimpin untuk berangkat. Itu hari Jumat. Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk bersekolah sehari lagi. Saya tahu, dia memang tidak memiliki banyak pakaian hingga seragam sekolah biasa dipakai kapan saja. Tapi memakainya untuk pergi ke sawah mencari jangkrik, rasanya sangat-sangat tidak elok.
Sambil menggerutu tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya. Kami lalu berjalan sepanjang galengan besar di areal persawahan beberapa puluh meter setelah melewati kebun dan kolam gurami di belakang rumahnya. Di kejauhan, terlihat beberapa titik cahaya obor milik para pencari jangkrik selain kami. Rasa hati jadi tenang. Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh. Saya merasa tidak akan berani berada di sana sendirian. Kami turun menyusuri petak-petak sawah hingga jauh ke barat. Hanya dalam beberapa menit, dua ekor jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia di pinggang sahabat saya itu. Saya mengikuti dengan antusias, tapi sendal jepit menyulitkan saya karena tanah kering membuatnya berkali-kali terlepas, tersangkut, atau bahkan terjepit masuk di antara retakan-retakannya. Tunggak batang-batang padi yang tersisa pun bisa menelusup dan menyakiti telapak kaki. Tapi melihat dia tenang-tenang saja walaupun tak memakai alas kaki, saya tak mengeluh karena gengsi. Rasanya belum terlalu lama kami berada di sana dan bumbung baru terisi beberapa ekor jangkrik ketika tiba-tiba angin berubah perangai. Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya!
”Berguling! Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk dipakai menyabet punggung saya. Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak-tunggak batang padi yang menusuknusuk tubuh dan wajah saat bergulingan. Pikiran saya hanya terfokus pada api dan tak sempat untuk berpikir bahwa saat itu saya akan bisa mendapat luka yang lebih banyak karena gerakan itu. Sulit dilukiskan rasa takut yang saya rasakan. Malam yang saya pikir akan menyenangkan justru berubah menjadi teror yang mencekam! Ketika akhirnya api padam, saya rasakan pedih yang luar biasa menjalar dari punggung hingga ke leher. Baju yang saya kenakan habis sepertiganya, sementara sebagian kainnya yang gosong menyatu dengan kulit. Sahabat saya itu tanggap melingkupi tubuh saya dengan seragam coklatnya melihat saya mulai menangis dan menggigil antara kesakitan dan kedinginan. Lalu dengan suara bergetar, dia mencoba membuat isyarat dengan mulutnya. Sayang, tidak ada seorang pun yang mendekat dan dia sendiri kemudian mengakui bahwa kami telah terlalu jauh berjalan. Sadar saya membutuhkan pertolongan secepatnya, dia menggendong saya di atas punggungnya lalu berlari sembari membujukbujuk saya untuk tetap tenang. Napasnya memburu kelelahan, tapi rasa tanggung jawab yang besar seperti memberinya kekuatan berlipat. Sayang, sesampai di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki Ayah dan Ibu. Pipinya sempat pula kena tampar Ayah yang murka. Saya langsung dilarikan ke puskesmas kecamatan. Seragam coklat Pramuka yang melingkupi tubuh saya disingkirkan entah ke mana oleh mantri. Tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk meminta kepada Ayah agar menggantinya setelah itu. Dari yang saya dengar selama hampir sebulan tidak masuk sekolah, beberapa kali dia terpaksa membolos di hari Jumat dan Sabtu karena belum mampu membeli gantinya.
”Salahmu sendiri, tidak minta ganti,” kata saya selesai kami mengingat kejadian itu. ”Mengajakmu saja sudah sebuah kesalahan. Aku takut ayahmu bertambah marah nantinya. Ayahku tidak mau mempermasalahkan tamparan ayahmu, apalagi seragam itu. Dia lebih memilih membelikan yang baru walaupun harus menunggu beberapa minggu.” Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.
Dia lalu mengajak saya ke halaman belakang di mana kami pernah bersama-sama membuat kolam gurami. Kolam itu sudah tiada, diuruk sejak lama berganti menjadi sebuah gudang tempatnya kini berkreasi membuat kerajinan dari bambu. Hasil dari tangan terampilnya itu ditambah pembagian keuntungan sawah garapan milik orang lainlah yang menghidupi istri dan dua anaknya hingga kini. Ayah dan ibunya sudah meninggal, tapi sebuah masalah berat kini menjeratnya. Dia bercerita, sertifikat rumah dan tanah peninggalan orangtua justru tergadaikan. ”Kakakku itu, masih sama sifatnya seperti kau mengenalnya dulu. Hanya kini, semakin tua dia semakin tidak tahu diri.” ”Ulahnya?” Dia mengangguk. ”Kau tahu, rumah dan tanah yang tidak seberapa luas ini adalah milik kami paling berharga. Tapi aku tidak kuasa untuk menolak kemauannya mencari pinjaman modal usaha dengan mengagunkan semuanya. Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini beban berat ada di pundakku.” Terbayang sosok kakaknya dahulu, seorang remaja putus sekolah yang selalu menyusahkan orangtua dengan kenakalankenakalannya. Kini setelah beranjak tua, masih pula dia menyusahkan adik satu-satunya. ”Kami akan bertahan,” katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore. Ada kesungguhan dalam suaranya.
Sepanjang perjalanan pulang, pikiran saya tidak pernah lepas dari sahabat saya yang baik itu. Saya malu. Sebagai sahabat, saya merasa belum pernah berbuat baik padanya. Tidak pula yakin akan mampu melakukan seperti yang dilakukannya untuk menolong saya di malam itu. Dia telah membuktikan bahwa keberanian dan rasa tanggung jawab yang besar bisa timbul dari sebuah persahabatan yang tulus. Mata saya kemudian melirik seragam dinas yang tersampir di sandaran jok belakang. Sebagai jaksa yang baru saja menangani satu kasus perdata, seragam itu belum bisa membuat saya bangga. Nilainya jelas jauh lebih kecil dibanding nilai persahabatan yang saya dapatkan dari sebuah seragam coklat Pramuka. Tapi dia tidak tahu, dengan seragam dinas itu, sayalah yang akan mengeksekusi pengosongan tanah dan rumahnya. Berdasarkan cerpen di atas, isilah tabel analisis nilai moral berikut ini Tabel Analisis Nilai Moral berdasarkan cerpen SERAGAM
Pilihlah yang paling tepat di antara A,B,C,D,atau E! jawaban kalian harus disertai dengan alasannya! 1. Cermatilah kutipan berikut! “ Ah betapa sempurnanya Tuhan. Ada Tuhan untuk kaum atasan yang berumah besar, berloteng ke atas, dan ada Tuhan untuk kaum bawah yang berloteng juga tetapi ke arah bawah kolong jembatan; yang penting mulut anak-anak itu harus bisa ditutup disuap dengan nasi atau apa pun yang bisa dimakan”
Bukan pasar itu yang membuat aku pulang, tak jua kerajinan tangannya yang bisa ditemukan di toko-toko souvenir di Jakarta, tetapi sesungguhnya aku kangen terhadap ibu. Lebih dari itu, ada hal lain yang lebih kuat memanggilku, yaitu suara yang selalu menyentak hatiku selama dua puluh tahun ini. Suara itu seperti suara lagu sayup sunyi, namun gemanya selalu meremas hati Nilai moral dalam kutipan 1 dan kutipan 2 tersebut termasuk moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan…
2. Cermatilah kutipan berikut! “ Terima kasih atas nasihat Pak Dalkijo. Untuk mereka yang suka gampangan dan ingin serba mudah nasihat Bapak tentu pas. Dan maaf Pak, saya bukan dari kalangan seperti itu. Jadi saya memilih mengundurkan diri terhitung sejak hari ini”. “Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi. Saya keluar” Dalkijo menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai. Berdiri dengan kaki terbuka seperti koboi siap berkelahi. Tapi Kabul malah kelihatan tenang. Untuk beberapa saat suasan teras agenting. “ Baik. Tapi jangan salahkan saya bila Dik Kabul harus menghadapi interogasi aparat keamanan. Dan ini Dik Kabul. Idealismemu tidak akan membuat Dik Kabul jadi pahlawan. Kecuali Don Kisot”. (OOP) Kutipan di atas mengandung nilai moral yang menyangkut aspek kehidupan manusia dengan…. 3. Pesan moral yang terdapat pada kutipan di atas adalah…. A. Sebaiknya kita menjauhi tindak korupsi agar tidak merugikan negara B. Hidup sederhana lebih utama daripada hidup mewah dari hasil korupsi C. Mempertahankan idealisme untuk hidup yang lebih bermartabat D. Sikap berbudi luhur akan melahirkan kedamaian di masyarakat E. Menjauhi sifat iri, dengki, ambisius, rakus, dan tamak 4. Cermatilah terjemahan tembang Asmaradana karya Pakubuwono IV berikut ini! Jika tanpa tahu makna kehidupan Lebih baik kerbau dagingnya Sebaliknya daging manusia Jika dimakan pastilah haram Baca juga - Soal Sistematika dan Kebahasaan Kritik dan Esai Jangan sampai anak cucu kita terlena Jangan terbuai dengan kehidupan Dan jangan pula memiliki ambisi Terhadap pernik keindahan dunia Bahwa hidup pasti berakhir Pesan moral yang dapat kita petik dari kutipan di atas adalah sebagai berikut, kecuali… A. Setiap manusia harus memahami makna hidup dan kehidupan B. Kita sebaiknya tidak terlena oleh gemerlap dan indah dunia C. Janganlah kita memakan sesama, merugikan orang lain D. Kehidupan ini tidaklah abadi dan ingat akan hari akhir E. Lebih baik kita mengonsumsi daging kerbau yang tidak haram Baca juga - Soal Isi dan Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan 5. Cermatilah kutipan cerpen berikut! “Kang Ratib, jadi kamu hendak mengambil Jebris dari kantor polisi?” “Ya. Dan kuharap kamu tidak keberatan.” “ Juga bila kamu tidak keberatan, Jebris kita coba ajak bekerja di rumah kita. Mungkin dia bisa masak dan cuci pakaian.” “Andaikan dia mau, apakah kamu tidak merasa risi ada pelacur di antara kita?” “Yah, ada risinya juga. Tetapi mungkin itu jalan yang bisa kita tempuh.” “Kita akan terus bertetangga dengan dia. Dan kamu tak usah khawatir malaikat pembawa berkah tidak akan datang ke rumah ini bila kamu tetap punya kesabaran dan sedikit empati terhadap anak penjual gembus itu.” Nilai moral yang terkandung dalam penggalan cerita di atas bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari adalah…. A. Tidak mudah menerima seorang bekas pelacur atau napi memasuki kehidupan normal di mayarakat B. Kehidupan rumah tangga akan terancam apabila bekas pelacur memasuki kehidupan seseorang C. Pelacur juga manusia yang wajib mendapat kehidupan yang layak di masyarakat D. Tidak baik menjadi pelacur karena merupakan pekerjaan yang diharamkan E. Selalu sabar dan penuh empati kepada sesama yang mengalami nasib tidak beruntung Pembahasan : Kutipan 1 menunjukkan betapa manusia meyakini dan menyadari akan keberadaan Tuhan yang tidak pandang bulu dalam melimpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya; kutipan 2 menunjukkan adanya suara-suara hati seorang manusia yang tidak bisa dibohongi dan dipengaruhi oleh apa pun. Pembahasan : Kutipan tersebut menunjukkan betapa seseorang kadang sering berkonflik dengan orang lain karena perbedaan idealisme dan pandangan hidup. Di satu sisi ada tipe manusia yang memegang erat keyakinan akan kebenaran dan tanggung jawab yang hakiki, tetapi sering berbenturan dengan orang lain yang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda.
Pembahasan : Pesan moral dalam kutipan cerita tersebut adalah seseorang hendaknya tetap mempertahankan idealismenya yang baik untuk kehidupan yang lebih bermartabat. Terlihat dari tokoh Kabul sebagai tokoh sentral dalam kutipan tersebut Pembahasan : Pesan-pesan moral yang dapat dipetik termaktub dari pernyataan A,B,C,D Pembahasan : Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, secara umum masyarakat masih kurang bisa menerima kehadiran bekas napi ataupun pelacur dalam kehidupan mereka. Sebagian masih beranggapan bahwa mereka pasti akan kambuh dan mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat. Berilah tanda centang (√) pada format di bawah ini sesuai dengan jawaban kalian!
Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dan pelajari ulang kegiatan belajar 2, yang sekiranya perlu kalian ulang dengan bimbingan Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! |