Apa yang menjadi daya tarik bangsa Eropa datang ke Nusantara ini adalah

KOMPAS.com - Rempah-rempah menjadi awal mula datangnya bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara atau Indonesia.

Kedatangan mereka berambisi untuk berburu dan menguasai rempah-rempah dengan menjajah Nusantara. Karena rempah-rempah yang dimiliki Indonesia sangat melimpah, ada diberbagai wilayah.

Bahkan menjadi komoditas dengan nilai jual tinggi atau mahal pada waktu itu. Rempah-rempah juga memiliki manfaat untuk pengobatan dan kesehatan.

Sekitar 1390, setiap tahunnya, cengkeh yang masuk ke Eropa mencapai sekitar 6 metrik ton dan buah pala sekitar 1,5 metrik ton.

Bangsa Eropa yang pertama datang ke Nusantara, yakni Portugis. Kemudian Spanyol dan Belanda yang datang ke Indonesia sebagai pedagang.

Baca juga: Sejarah Singkat Lahirnya VOC

Bahkan Belanda kemudian membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau persekutuan dagang Belanda. Kemudian VOC menguasai Indonesia dalam waktu yang cukup lama.

Awal mula negara masuk Indonesia

Dikutip situs, www.indonesia.go.id, bermula usai menaklukan bandar Malaka pada 1511, bangsa Portugis yang dipimpin Fransisco Serrau bertolak menuju pusat produksi rempah-rempah Nusantara di Maluku.

Kedatangan bangsa Portugis rupanya menarik perhatian Sultan Ternate, Abu Lais waktu itu. Kemudian menawarkan pendirian benteng di Ternate dengan imbalan produksi cengkeh sepenuhnya akan dijual kepada Portugis.

Adanya tawaran tersebut membuat Portugis menyepakati kerjasama. Inilah awal mula periode kolonialisme di Indonesia.

Dimulai dari ambisi penguasaan dagang rampah-rempah yang melimpah di Nusantara oleh bangsa-bangsa Eropa.

Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), Kerajaan Ternate dan Tidore cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah yang dimilikinya terutama cengkeh.

Awalnya Kerajaan Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai.

Baca juga: Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia

Tapi kedamaian itu tidak berlangsung lama, apalagi setelah datangnya bangsa Portugis dan Spanyol. Mereka datang mengadu domba, akibatnya kedua kerajaan tersebut pecah dan saling bersaing.

Portugis datang ke Maluku dengan menjadikan Ternate sebagai sekutunya. Sementara Spanyol datang ke Maluku pada 1521 dengan menjadikan Tidore sebagai sekutunya.

Kedatangan mereka tidak hanya melakukan monopoli perdagangan tapi juga ikut campur dalam pemerintahan dalam negeri.

Persaingan Portugis dan Spanyol untuk menguasai Maluku akhirnya mendorong kedua bangsa tersebut untuk menyelesaikan konflik. Mereka kemudian mengadakan perjanjian Saragosa pada 1529.

Hasil perjanjian, bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan akhirnya menguasai Filipina. Sementara bangsa Portugis tetap melakukan perdagangan di Maluku.

Kemudian pada 1641 datang pedagang Belanda dan membentuk VOC setelah Portugis kalah. Periode tersebut muncul monopoli pada komoditas pala pada 1621, selanjutnya pada 1650 cengkeh juga dikenakan monopoli.

Baca juga: Rempah-rempah Khas di Indonesia

VOC menjadi perusahaan swasta paling kaya di sepanjang zaman dalam menerapkan kebijakan monopoli. Bahkan melakukan tanam paksa yang mengubah warna perdagangan dunia.

Jenis rempah-rempah

Setidaknya ada tujuh jenis rempah-rempah yang menjadi kekayaan Indonesia, yakni lada, kayu manis, pala, vanila, cengkeh, kunyit, dan jahe.

Di Indonesia tanaman lada banyak tersebar di Aceh, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan.

Kemudian Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 2016, lada menjadi komoditas rempah utama Indonesia.

Cengkih merupakana tanaman asli Indonesia dari Kepulauan Maluku, Cengkeh pernah menjadi rempah populer dan mahal di masa awal ekspansi Portugis.

Waktu itu warga sama dengan harga sebatang emas. Di Indonesia cengkeh ada disejumlah wilayah, yakni Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku.

Baca juga: Lada, Rajanya Rempah-rempah Dunia Ada di Indonesia

Kemudian ada di NTT, Papua, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan DIY.

Kayu manis merupakan rempah yang memiliki aroma harus dan rasanya yang khas. Itu membuat kayu manis biasa dipakai sebagai pelengkap kue atau minuman.

Kayu manis tersebar di sejumlah wilayah, yakni Jambi, Sumatera Barat dan DIY. Pada 2016, kayu manis menjadi komoditas besar kedua setelah lada.

Pala merupakan tanaman khas Banda dan Maluku. Tapi penyebarannya di sejumlah wilayah, yakni Bengkulu, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.

Selain berfungsi sebagai rempah-rempah, pala juga menjadi komoditas penghasil minta atsiri. Pada 2016, menjadi komoditas terbesar ketiga.

Sebenarnya vanila merupakan rempah bukan khas Indonesia tapi Meksiko. Namun, di Indonesia banyak dibudidayakan di sejumlah wilayah, seperti Jawa Timur, Lampung, NTT, Jawa Tengah, Jawa Tengah, dan DIY.

Baca juga: Perang Gerilya, Taktik Perang Melawan Penjajah

Jahe menjadi salah satu komoditas rempah unggulan Indonesia. Jahe memiliki khasiat bagi kesehatan terutama digunakan sebagai bahan obat herbal.

Kunyit merupakan tanaman yang dipakai untuk pengobatan. Di Asia Tenggara, kunyit tidak hanya digunakan untuk bumbu utama tetapi juga sebagai komponen upacara religius.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Bangsa Eropa datang ke Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah disebabkan oleh beberapa faktor pendorong. 

Mulainya ekspedisi negara-negara Eropa pada abad ke-15 untuk mencari rempah-rempah disebabkan karena pedagang Islam yang menguasai pusat perdagangan rempah Asia. 

Selain itu, daya tarik Indonesia seperti rempah-rempah, beras, hingga perhiasan, menyebabkan bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Indonesia. 

Selain datang, banyak dari bangsa Eropa yang berusaha untuk memonopoli kekayaan dan menjajah Indonesia. 

Berikut ini beberapa faktor pendorong bangsa Eropa datang ke Indonesia serta negara-negara mana saja yang pernah menjajah Bumi Nusantara.

Baca Juga: Teori-Teori Masuknya Ajaran dan Kebudayaan Islam ke Indonesia serta Buktinya

Faktor pendorong bangsa Eropa datang ke Indonesia

Salah satu penyebab bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia adalah jatuhnya Konstatinopel ke Turki Utsmani. 

Penaklukan Konstatinopel (Istambul) ke tangan bangsa Turki yang pimpin oleh Sultan Muhammad II, membuat jalur perdagangan terputus. 

Bersumber dari Modul Sejarah Indonesia Kelas 11 Kemendikbud Ristek, pedagang dari Eropa dilarang masuk ke dalam Istambul. 

Hal ini menyebabkan bangsa Eropa kesulitan mendapatkan berbagai barang termasuk rempah dari Indonesia. 

Selain jatuhnya konstatinopel, penyebab lain yang membuat bangsa Eropa datang ke Indonesia diantaranya:

  • Semangat penaklukan atau reconquista terhadap orang beragama Islam
  • Keinginan untuk mengetahui rahasia alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa lain di belahan bumi lain
  • Kisah penjelajahan Marcopolo (1254-1324), yaitu seorang pedagang asal Venesia, Italia, yang datang ke Cina. Kisahnya tertuang dalam buku Book of Various Experience.
  • Keinginan mendapatkan remah-rempah dari negara penghasil
  • Ingin mendapatkan keuntungan atau kekayaan yang melimpah
  • Ingin membuktikan teori dari Copernicus dan Galileo Galilei yang menyatakan bumi bulat
  • Semangat 3G yaitu Gold (emas), Glory (kejayaan), dan Gospel ( penyebaran agama Nasrani). 
  • Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kapal dan navigasi. 

Negara barat yang pernah menjajah Indonesia

1. Portugis

Bangsa Portugis merupakan bangsa atau negara Barat pertama yang datang ke Indonesia. 

Bersumber dari Buku IPS Paket B Kemendikbud Ristek, Bartolorneus Diaz pertama kali berlayar meninggalkan Portugis  pada tahun 1487. Ekspedisi selanjutnya dimulai pada tahun 1497 dipimpin oleh Vasco da Gama. 

Pada tahun 1551, ekspedisi yang dipimpin Afonso de Albuquerque, berhasil datang dan menaklukkan Malaka dan menguasai jalur rempah pada masa itu. 

2. Spanyol

Negara barat selanjutnya yang pernah menjajah Indonesia adalah Spanyol. Ekspedisi untuk menemukan Pulau Rempah, Maluku, pertama kali dilakukan pada ekspedisi yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan. 

Namun, Magellan terbunuh dalam peperangan di Filipina pada tahun 1521. Ekspedisi ini kemudian dilanjutkan oleh Sebastian del Cano yang berhasil sampai di Kepuluan Maluku pada tahun 1521. 

Kedatangan bangsa Spanyol ini menimbulkan persaingan dengan Portugis yang lebih dulu datang ke Maluku. 

Untuk menghindari perang, dibuat sebuah perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa pada 22 April 15229 yang berisi:

  • Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan memusatkan kegiatannya di Filipina.
  • Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku

Baca Juga: Pajak di Indonesia: Pengertian, Ciri-Ciri, Manfaat, dan Jenis Tarif Pajak

3. Belanda

Perjalanan bangsa Belanda untuk datang ke Indonesia dimulai pada April 1595, dipimpin oleh Cornelis de Houtman. 

Ekspedisi ini menggunakan rute Pantai Barat Afrika - Tanjung Harapan - Samudra Hindia - Selat Sunda - Banten. 

Kedatangan Belanda pada tahun 1596 awalnya disambut baik oleh masyarakat Banten, namun karena sikap yang kurang baik, rombongan Cornelis de Houtman kemudian diusir dari Banten. 

Pada ekspedisi selanjutnya yang dipimpin oleh Jacob Corneliszoon van Neckpada tahun 1598, berhasil mencapai Maluku dan mendapatkan keuntungan besar. 

Belanda merupakan bangsa Eropa yang paling lama menjajah Indonesia. Bahkan Belanda juga mendirikan serikat dagang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada tahun 16022. 

Serikat dagang ini memiliki hak-hak istimewa selama menjajah Indonesia yang bernama Hak Ocktrooi.

4. Inggris

Bangsa Eropa selanjutnya yang pernah menjajah Indonesia adalah Inggris. Bangsa Inggris pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1602 dipimpin oleh Sir James Lancaster.  

Pada tahun 1811, Inggris berhasil merebut Batavia (sekarang Jakarta) dari Belanda. Thomas Stamford Raffles, kemudian ditugaskan oleh Kerajaan Inggris untuk mengatur pemerintahan Inggris di Indonesia. 

Raffles kemudian menghapus beberapa kebijakan Belanda seperti sistem tanam paksa, kerja rodi, menciptakan sistem sewa tanah, hingga menjadikan bupati sebagai bagian pemerintahan. 

Inggris hanya menjajah Indonesia selama 3 tahun saja. Pada tahun 1814, Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda setelah kekalahan Napoleon. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News