Admin dinsos | 17 Oktober 2016 | 62373 kali Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Download disini Ilustrasi Tawuran Pelajar. ©2015 Merdeka.com
JABAR | 19 Mei 2021 12:45 Reporter : Novi Fuji Astuti Merdeka.com - Di zaman yang semakin berkembang semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama masalah remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini sedikit banyak telah memberi pengaruh buruk yang menyeret remaja dalam pergaulan bebas. Pergaulan bebas atau kenakalan remaja tidak lepas dari hubungannya dengan orang tua. Selain itu, pengaruh lingkungan pertemanan juga menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan. Tentunya kita sudah sering mendengar keluhan-keluhan tentang betapa sulitnya menemukan solusi atas masalah tersebut. Keluhan tersebut tak hanya datang dari orang lain, tetapi juga dari orang tua sendiri yang dalam hal ini seharunya menjadi orang terdekat anak yang memahami kondisi mereka dan bisa membimbing mereka untuk tak terjerumus pergaulan bebas. Meskipun memang ada begitu banyak penyebab yang melatarbelakangi anak hidup dalam pergaulan bebas. Maka dari itu sebagai orang tua penting bagi kita untuk memahami apa itu pergaulan bebas begitu pun dengan dampak yang ditimbulkan dan cara mengatasinya. Ketika kita sudah mengerti maka komunikasikan dengan anak sebaik mungkin agar mereka memahami risiko yang ditimbulkan bila memilih pergaulan bebas. Dengan begitu hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah sedini mungkin. Lebih jauh berikut ini informasi mengenai pengertian pergaulan bebas, lengkap dengan dampak dan cara mengatasinya telah dirangkum dari Liputan6.com: 2 dari 4 halaman
Istilah pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam kehidupan masyarakat, tanpa melihat jenjang usia kata pergaulan bebas sudah sangat populer, artinya bahwa ketika masyarakat mendengar kata pergaulan bebas maka arah pemikirannya adalah tindakan yang terjadi di luar koridor hukum yang bertentangan terutama bagi aturan Agama. Pergaulan bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tidak terkontrol dan tidak dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Pergaulan bebas dalam pemahaman keseharian identik dengan perilaku yang dapat merusak tatanan nilai dalam masyarakat. Berikut ini adalah pengertian pergaulan bebas menurut para ahli yaitu: 1. Katono 2. Santrock 3. B. Simanjuntak 3 dari 4 halaman ©2018 Merdeka.com/istimewa Adapun bentuk-bentuk pergaulan bebas yang penting untuk diwaspadai adalah seks bebas, merokok dan minum-minuman keras di kalangan remaja, tawuran, konsumsi obat-obatan terlarang. Di mana pergaulan bebas tersebut bila tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan berbagai dampak buruk, yaitu sebagai berikut:
4 dari 4 halaman
1. Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri antara lain pendidikan agama, moral, dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orang tua dan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai tersebut sangat diperlukan agar mudah diserap oleh remaja. Pendidikan hendaknya tidak hanya mengajarkan kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan kemampuan emosional agar dapat melatih kepercayaan diri dan mengambil keputusan yang tepat. 2. Penyuluhan pada remaja Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas mengenai batas-batas penyimpangan yang masih dianggap dalam batas-batas normal. Semua itu dikemukakan dengan latar belakang norma-norma yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat. Kalau gerakan sederhana ini dimulai dari keluarga, maka persoalan pergaulan bebas dapat diminimalisir sekecil mungkin, karena keluarga adalah dasar pertama untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan. (mdk/nof) |