Musik yang dapat digunakan sebagai pengiring arak-arakan pengantin sunat adalah

Liputan6.com, Jakarta: Keberadaan budaya Betawi, termasuk kesenian tradisionalnya dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, nyanyian, musik, serta sebagainya mulai terpinggirkan. Selain besarnya pengaruh globalisasi, generasi muda Betawi juga sedikit yang mau belajar atau bahkan meneruskan kesenian tradisi mereka.

Kini, warga banyak yang tidak tahu tentang budaya mereka sendiri. Menyunat, misalnya. Padahal tradisi ini sangat unik dan berbeda. Keunikan tradisi sudah terlihat dari cara mengundang tamu. Tradisi Betawi sangat terlihat saat pesta sunatan karena menampilkan ondel-ondel, marawis, dan tanjidor yang mengiringi manten sunat.

Dalam mengundang tamu, pemilik hajat pertama-tama menyiapkan satu setengah kuintal ikan, empat kuintal beras, serta puluhan kilogram sayur dan bumbu. Nasi lengkap dengan lauk pauk seperti ikan talang-talang, semur telor, dan bekakak ayam ini biasa disebut jotan.

Namun tak semua tamu diundang dengan cara jotan. Hanya sesepuh, tokoh masyarakat saudara tua atau dituakan, dan keluarga besan. Pihak yang diundang dengan jotan berarti mendapat amanat dari pemilik hajat untuk meneruskan undangan ke saudara dan tetangga lain. "Mempererat persaudaraan," kata Ridwan Saidi, budayawan Betawi.

Selanjutnya malam dua hari menjelang hari H, keluarga besar berkumpul merangkai janur. Inilah inti syukuran. Dalam acara ini dilantunkan shalawat atau marawis. Pemilik hajat berharap berkah melimpah bagi manten. Tradisi ini sebenarnya bukan dari Betawi, tapi bernuansa Islami. Maklum warga Betawi kebanyakan beragama Islam.

Sementara pada hari H, perayaan dimulai pagi dengan mengarak sang manten. Rombongan keluarga berjalan membawa serangkaian kembang sedangkan pengantin sunat ditandu dengan kursi kayu sebagai pengganti kuda. Namun ada juga yang menggunakan delman yang dihias kertas warna-warni.

Saat arak-arakan berlangsung, shalawat terus dikumandangkan diiringi dengan musik marawis yang cukup memekakkan telinga. Hal ini untuk mempertahankan nuansa Islami. Selain itu, iring-iringan pengantin juga kadang disertai ondel-ondel setinggi dua meter dan rombongan tanjidor.

Sepulang berkeliling, sang manten disambut dengan taburan bunga dan uang. Hal ini bertujuan untuk keberkahan bagi si bocah juga agar kelak dia suka beramal. Pesta syukuran baru dimulai setelah petasan dibakar. Iringan musik gambus sebagai hiburan menambah kental nuansa Islami.

Ratusan tamu datang atau yang kondangan silih berganti pada pesta khitan yang digelar sehari semalam ini. Bagi pemilik hajat, tak ada tujuan lain dari gelar pesta ini selain usaha melestarikan tradisi juga membahagiakan anak.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

Ilustrasi alat musik tradisional masyarakat Betawi. Foto: dok. https://unsplash.com/

Musik tradisional yang fungsinya untuk arak-arakan pengantin pada masyarakat Betawi adalah gambang kromong. Alat musik tradisional yang cukup dikenal oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Betawi ini memiliki sederet keunikan tersendiri. Berikut ini adalah pemaparan lengkap mengenai alat musik gambang kromong beserta susunan alat musik yang digunakannya.

Setiap masyarakat yang mendiami suatu wilayah di penjuru Indonesia tentu memiliki kesenian dan kebudayaan tradisional yang menjadi ciri khas suatu daerah. Hal ini dapat kita lihat dari adanya musik tradisional yang fungsinya untuk arak-arakan pengantin pada masyarakat betawi adalah gambang kromong. Bagaimana bentuk gambang kromong?

Ilustrasi alat musik tradisional masyarakat Betawi. sebagai pengiring pengantin Foto: dok. https://unsplash.com/

Gambang kromong adalah musik tradisional dari Betawi yang memadukan alat musik gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa. Lebih lanjut, penjelasan mengenai kesenian gambang kromong dipaparkan dalam buku berjudul Mengenal Kesenian Nasional 6: Ondel-Ondel yang ditulis oleh Kustopo (2020: 25).

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa bahwa gambang kromong musik tradisional betawi. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Alat musik ini terbuat dari bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bila dipukul.

Ilustrasi alat musik tradisional masyarakat Betawi. yang ditampilkan dalam berbagai pertunjukan Foto: dok. https://unsplash.com/

Kromong sendiri umumnya terbuat dari perunggu atau besi dengan jumlah 10 buah. Maka dari itu alat musik gambang kromong merupakan dua alat musik yang menjadi satu kesatuan. Sebuah grup musik gambang kromong yang lengkap terdiri dari beberapa alat musik, antara lain gambang, kromong, kendang, gong, kecrek, suling, kinghayan, tehyan, kenong dan sukong.

Biasanya alat musik gambang kromong ditampilkan sebagai pengiring pengantin dengan adat Betawi. Tak hanya itu, kesenian musik tradisional ini juga banyak dimainkan dalam pertunjukan lenong serta tari cokek. Formasi dalam kesenian gambang kromong ini juga banyak dilengkapi dengan penyanyi sebagai penyempurna tampilan kesenian khas masyarakat Betawi ini.

Penjelasan lengkap mengenai gambang kromong sebagai musik tradisional yang fungsinya untuk arak-arakan pengantin pada masyarakat Betawi lengkap dengan susunan alat musik dan contoh pertunjukan seni yang menampilkannya dapat memperkaya pengetahuan kita tentang keragaman budaya di Indonesia khususnya dalam bidang seni musik. (DAP)

Tanjidor adalah musik atau orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat musik barat terutama alat musik tiup. Biasa disingkat tanji. Tanji artinya menabuh. Karena yang ditabuh adalah tambur yang berbuji dor dor dor, maka digabunglah menjadi tanjidor. Konon, seni ini berasal dari Belanda dan masuk ke tanah Betawi di masa VOC. Fungsi tanjidor biasanya untuk memeriahkan acara-acara seperti pesta perkawinan, arak-arakan pengantin sunat, bebesanan, pawai hari-hari besar, dan sebagainya. Ahli musik dari Belanda bernama Ernst Heinz (1975) berpendapat bahwa tanjidor berasal dari para budak yang ditugaskan bermain musik untuk tuannya. Begitupun menurut sejarawan Belanda, F. De Haan, bahwa tanjidor berasal dari orkes budak pada masa kompeni. Pendapat tersebut turut ditegaskan oleh Mona Lohanda.Pada abad ke-18, Kota Batavia dikelilingi benteng tinggi dan tidak banyak tanah lapang. Para pejabat tinggi kompeni membangun vila di luar Kota Batavia. Vila-vila itu terletak di Cililitan Besar, Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng, dan Cimanggis. Di vila-vila inilah terdapat budak. Budak-budak itu mempunyai keahlian, di antaranya ada yang mampu memainkan alat musik. Alat musik yang mereka mainkan antara lain klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambur, dan simbal. Para budak pemain musik bertugas menghibur tuannya pada saat pesta dan jamuan makan. Pada tahun 1860, perbudakan dihapuskan. Para budak yang merdeka dan dapat bermain musik pun berinisiatif membentuk perkumpulan musik, yang kemudian masyhur dengan nama Tanjidor. Tanjidor berkembang di daerah pinggiran Jakarta, Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Di daerah-daerah itu dahulu banyak terdapat perkebunan dan vila milik orang Belanda.Hingga sekarang, Tanjidor menjadi orkes pengiring pawai atau arak-arak pengantin, pengantin sunat, pawai hari-hari besar, memeriahkan ulang tahun, dan sebagainya. Lagu-lagu yang biasa dibawakan orkes tanjidor antara lain berjudul Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, Cakranegara. Judul-judul lagu itu berbau Belanda, meskipun dengan ucapan Betawi. Lagu-lagu tanjidor bertambah dengan dibawakannya lagu-lagu Betawi, yang biasanya dibawakan dalam Gambang Kromong seperti Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, Cente Manis, Stambul, Persi serta lagu-lagu Sunda, seperti Kang Haji, Sulanjana, Daun Pulus, dan sebagainya. Kini, grup tanjidor yang cukup menonjol adalah Putra Mayangsari pimpinan Marta Nyaat di Cijantung, Jakarta Timur; grup Pusaka Tiga Sudara pimpinan Ma?ah Piye, Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur; grup Aljabar pimpinan Jaip Jabar, Sewan Kongsi, Tangerang; dan grup Tiga Saudara pimpinan Said, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010