Mengapa yesus menyebut muridnya iblis

Jawaban: Iya, Iblis tahu dan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Allah.

* Para setan (iblis) mengakui dan mengetahui bahwa Yesus adalah “Anak Allah” (merujuk pada ke Allahan Yesus) yang akan menyiksa mereka sesuai waktu yang telah ditentukan. Dalam Matius 8:29-31, Dan mereka itu pun berteriak, katanya: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.”

* Para setan mengakui Yesus adalah “Anak Allah Yang Maha Tinggi.” Dan setan-setan pun mengakui Yesus adalah Allah sejati dibuktikan bahwa para setan menyembah Yesus dan meminta supaya Yesus tidak menyiksannya. Tugas Allah adalah menghukum dan menyiksa iblis sesuai dengan ketentuanNya.

Setelah orang yang kerasukan setan itu sadarkan diri, ia mengatakan Yesus adalah Tuhan kepada banyak orang sesuai pernyataan Yesus demikian :”beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!”.

Dalam Markus 5:6-10, 18-19 (TB) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!”
Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.

Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!”

https://alkitab.app/v/21798f5a90e6

* Setan-setan takluk kepada nama Yesus. Nama Yesus adalah nama di atas segala nama. Murid-murid pun memanggil nama Yesus sebagai Tuhan, dan Tuhan tak protes tentang hal itu.

Tuhan, juga setan-setan [the demons] takluk kepada kami demi nama-Mu.”
~Lukas 10:17

* Iblis tahu persis siapa Tuhan Yesus. Iblis tahu pasti bahwa Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi. Iblis tahu persis bahwa dia dicipta oleh Allah Bapa melalui Anak-Nya. Iblis tahu persis bahwa yang ia sedang cobai adalah Anak Allah yang dapat melakukan apa saja menurut kehendak-Nya.

Walaupun Iblis tahu dengan pasti siapa Yesus, dalam kelicikannya ia berkata: : “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”

Iblis mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi ia tidak mau menyembah-Nya. Iblis mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi mencobainya. Ia mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi menentang-Nya. Inilah Iblis; mengetahui kebenaran, tetapi tidak melakukannya.

* Setan-setan percaya bahwa hanya ada satu Allah di dalam Yesus Kristus hingga mereka gemetar sesesuai dalam Matius 8:29-31.

Yakobus 2:19 (TB) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Enyahlah Iblis

Matius 16:23 – Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”.

Tuhan Yesus menghardik Petrus dengan sangat keras, padahal Petrus adalah salah satu murid yang dekat dengan Yesus, bahkan di ayat sebelumnya (Mat 16:18-19), Yesus sendiri mengatakan bahwa Petrus adalah batu karang bahkan menerima kunci Kerajaan Surga. Lalu mengapa Yesus menyebut Petrus Iblis?

Lihat Matius 16:21-22, saat Yesus menyatakan rencana Bapa-Nya bagi-Nya, bahwa Dia harus dibunuh, untuk mati dan bangkit dan menang atas maut, Petrus menarik-Nya dan mengatakan kiranya segala hal buruk itu dijauhkan dari Yesus. Kita lihat apa yang dilakukan Petrus dari kacamata dunia adalah baik, dia tak mau Gurunya mati. Dan dia berharap Bapa di Surga menolong Yesus.

Dia punya empati, dia punya perasaan sayang kepada Yesus, tapi apa yang terjadi? Yesus menghardiknya sangat keras: “Enyahlah Iblis, engkau batu sandungan bagi-Ku…”.
Agak sulit memahami bagian ini tanpa memahami kebenaran yang sejati. Apakah Petrus iblis? Bukankah dia murid yang dikasihi Yesus?

Petrus percaya, Yesus berasal dari Allah ( Mat.16:16-17), tapi hanya sesaat saja dengan mudah dia dipakai Iblis untuk mencoba menggagalkan karya keselamatan Kristus. Kenapa? Karena di dalam pikirannya, ada 2 jenis pikiran; yang benar yang ilahi dan yang salah karena penuh dengan konsep dunia. Pikiran yang sesuai dengan firman Tuhan bisa mendatangkan hikmat Allah, tapi pikiran yang salah menjadi kendaraan Iblis.

Ini yang banyak terjadi pada orang Kristen hari ini, mengaku sudah bertobat, beribadah, bahkan melayani. Tapi seringkali masih ditawan Iblis dalam pola pikir salah yang belum ditanggalkan (2Kor 10:5).

Bukan hanya perbuatan tubuh yang harus bertobat dari semua dosa tapi yang terutama pola pikir, mind-set, konsep tentang hidup yang salah, yang mana sangat rentan disusupi Iblis.

Saat kita bertobat tanggalkan semua konsep pemikiran kita yang jelas-jelas dibentuk oleh dunia yang rusak ini. Kita harus kembali seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa, dengan kerendahan hati dan iman yang murni belajar kebenaran firman yang murni. Dan itu yang akan membebaskan dan memerdekakan kita dari segala ikatan. Karena Injil adalah kekuatan Allah. Tapi seringkali Injil tak dapat maksimal bekerja dalam hidup kita karena terhalang oleh semua konsep dunia yang terus kita pegang erat.

Ini perintah Yesus (Matius 16:24), bahwa setiap orang yang mau mengikut-Nya harus “menyangkal” dirinya. Menyangkal yang Yesus maksudkan bukan hanya berhenti dari perbuatan dosa lahiriah, tapi juga berarti meninggalkan, menanggalkan, menghancurkan semua konsep dan pola pikir yang salah, setinggi apapun pendidikan yang kita miliki sebelumnya. Dan dengan rendah hati belajar dan menerima kebenaran yang sejati, kebenaran yang sebenarnya sederhana, tapi karena tipu daya Iblis melalui semua konsep pikiran yang salah, dan kemudian kita anggap menjadi sebuah kebenaran, membuat kita menjadi sulit untuk memahami kebenaran yang murni.

Seperti Petrus, orang percaya juga masih dapat diperdaya iblis dan pintu masuknya adalah melalui pikiran yang belum seluruhnya benar. Belajar kebenaran yang utuh dan membongkar pikiran yang salah sungguh bukan hal yang mudah. Ada kalanya kita masih merasa bahwa ajaran Tuhan tidak sesuai dengan pendapat pribadi. Inilah bukti bahwa membongkar landasan lama bukan perkara mudah karenanya kita harus tekun dan berkesinambungan belajar dan melakukan kebenaran.

Tinggalkanlah semua pola pikiran yang salah, jangan biarkan pikiranmu dipakai Iblis bersarang. Mulai belajar kebenaran yang murni, kebenaran yang sejati, kebenaran yang tak mencari pembenaran buat semua konsep duniawi di pikiran kita.

Pastikanlah saat kita bertemu muka dengan Yesus, Dia tak berkata: “Enyahlah Iblis”. (CK)

Ps. Christian Kusdarta

Arti Enyahlah Iblis

Forum Tanya-Jawab: Ribka, Jakarta

Tanya: Di dalam Mat 16:23; Tuhan Yesus menegur Petrus dengan tegas, "Enyahlah Iblis." Padahal sebelumnya Tuhan Yesus sempat memuji sikap Petrus karena ia mengakui Tuhan Yesus sebagai Mesias. Apa maksud ungkapan "enyahlah Iblis"?Jawab: Perkataan Tuhan Yesus kepada Petrus diawali oleh pemberitahuan akan penderitaan yang akan Ia alami. Penderitaan yang berat tersebut dilakukan oleh pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat. Penderitaan yang akan dialami oleh Tuhan Yesus berujung pada kematian, namun Ia akan bangkit pada hari ketiga, "... lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Mat 16:21; Mrk 8:31)Mendengar penjelasan tersebut reaksi Petrus sebagai manusia biasa yang memiliki naluri peduli dan mengasihi Tuhan Yesus pun terlihat, ia langsung menarik Tuhan Yesus dan ia menegurNya. Tentu sebagai murid yang mengasihi Tuhan Yesus, inisiatif yang ia lakukan tersebut karena ia tidak mau Tuhan Yesus mengalami penderitaan berat seperti yang diceritakan olehNya. Tetapi respons Tuhan Yesus begitu tegas dan mungkin mengagetkan Petrus, "Enyahlah Iblis". Kelihatannya perkataan Tuhan Yesus ini begitu kasar dan keras, seolah-olah Petrus adalah Iblis. Benarkah demikian? Bukankah sebelumnya Petrus membuat pengakuan yang spektakuler bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias?Meskipun Petrus belum lama mengakui Tuhan Yesus adalah Mesias, Anak Bapa yang hidup (Mat 16:15-17), tetapi ia juga adalah manusia terbatas yang belum mengerti rencana Tuhan dan maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia. Reaksi wajar Petrus sebagai manusia yang berempati dan tidak menghendaki Tuhan Yesus menderita, sontak membuatnya bertindak ingin menghalangi penderitaan tersebut dengan menegur Tuhan Yesus, "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Perkataan Tuhan Yesus "enyahlah Iblis" bukan karena Petrus adalah Iblis, tetapi pikiran dan tindakannya yang tidak selaras dengan pikiran Tuhan Yesus. Meski bertindak berdasarkan empati atau kepeduliannya kepada Tuhan Yesus, jelas tindakannya tersebut adalah menentang rencana Bapa. Dari manakah pikiran Petrus tersebut sehingga ia bersikap demikian? Tentu karena adanya pendekatan Iblis yang terselubung kepada Petrus, yakni melalui pikirannya. Karena itu, Tuhan Yesus dengan tegas menegur sumber perkataan itu. Reaksi Tuhan Yesus yang keras tersebut karena Ia mengetahui bahwa Iblis memakai Petrus sebagai alatnya dan menempatkannya sebagai penggoda atau penghalang untuk Ia melakukan rencanaNya. Tujuannya jelas, yakni mengalihkan perhatian Tuhan Yesus supaya "memperoleh mahkota" tanpa melalui jalan salib. Jadi, ketika Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, kalimat itu ditujukan kepada Iblis yang membuat Petrus berpikir dan bertindak tidak selaras dengan apa yang dipikirkan Tuhan. Jadi, bukan karena Petrus itu Iblis atau Tuhan Yesus memberikan penekanan kepada keberdosaan Petrus, melainkan karena pikiran dan tindakan Petrus tidak sejalan dengan pikiran Tuhan. Tuhan Yesus tahu di balik semuanya itu ada Iblis yang telah memperdaya Petrus.

Pikiran dan tindakan Petrus di atas sering kali juga kita lakukan sebagai manusia yang terbatas, yang tidak tahu tentang kehendak Tuhan dan tidak mengerti rencanaNya. Besar kemungkinan pikiran dan tindakan kita malah bertentangan dan menyimpang dari kehendak Tuhan. Karena itu teruslah belajar Alkitab, setia beribadah, dan belajar mengerti kehendak Tuhan (Flp 2:5; Rm 12:1-2), agar pikiran dan tindakan kita selaras dengan pikiran Tuhan.


Page 2

artikel -

Poligami Di Alkitab

Forum Tanya-Jawab: NN, Jakarta Tanya: Mengapa di Perjanjian Lama orang Israel sebagai umat Tuhan tidak dilarang berpoligami? Apakah di Perjanjian Baru ada ayat tentang larangan untuk berpoligami atau perintah untuk bermonogami? Jika tidak ada, apakah itu berarti orang Kristen diperbolehkan untuk berpoligami? Jawab: Di Perjanjian Lama memang banyak laki-laki yang mempraktekkan pernikahan poligami (mempunyai banyak istri), sebagaimana umumnya para laki-laki di wilayah Timur Tengah, dan itu tidak dipandang sebagai dosa. Namun, bukan berarti bahwa berpoligamilah norma yang terbaik bagi sebuah pernikahan. Justru sebaliknya, monogamilah norma yang terbaik dan paling ideal bagi pernikahan manusia, khususnya umat Tuhan. Ada tiga alasan mengapa monogami, dan bukan poligami, yang menjadi norma terbaik bagi kita. Pertama, monogami adalah rencana Tuhan semula atas manusia. Sejak semula, sejak awal penciptaan manusia, monogami adalah norma pernikahan yang Tuhan tetapkan. Sebab, Tuhan menciptakan manusia di Taman Eden hanya dua orang saja, hanya satu pasang, satu suami dan satu istri (Kej 1:27). Tuhan tidak menciptakan Adam dengan banyak istri, tetapi hanya satu, yakni hanya Hawa. Jadi, di sini sudah tersirat adanya pernikahan monogami. Itulah yang paling ideal di dalam rencana Tuhan. Kedua, poligami menimbulkan banyak dosa dan masalah dalam kehidupan keluarga. Orang-orang yang mempraktekkan poligami jelas menimbulkan banyak dosa dan masalah dalam pernikahannya. Hal itu antara lain dapat kita lihat dalam hidup Abraham, Gideon, Daud, dan Salomo. Sara terpaksa mengusir Hagar, gundik Abraham (Kej 21:8-21); anak-anak Gideon saling membunuh (Hak 8:30-9:57); Daud terpaksa membunuh demi mendapatkan istri baru (2 Sam 11:1-27), dan dalam pernikahannya yang poligami terjadi perkosaan dan pembunuhan (2 Sam 13:1-39). Istri-istri Salomo membawanya pada penyembahan berhala sehingga Tuhan murka (1 Raj 11:1-13). Jadi banyak masalah jika orang berpoligami. Itulah sebabnya dalam Ul 17:17 diingatkan agar raja orang Israel tidak mempunyai banyak istri. Ketiga, monogami secara tersurat diajarkan dalam Perjanjian Baru. Pernikahan monogami secara tersirat banyak diajarkan dalam Perjanjian Baru. Misalnya dalam 1 Kor 7:1-2. Di situ Rasul Paulus berkata kepada jemaat Korintus agar setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri. Dari nada bahasanya dan bentuk kata yang dipakai, istri yang dimaksud di situ jelas adalah tunggal atau monogami. Kemudian dalam 1 Tim 3:2 dan Tit 1:6 disebutkan bahwa salah satu syarat pengangkatan para penatua atau pemimpin jemaat adalah bahwa ia harus monogami, hanya punya satu istri. Hal ini tidak berarti bahwa hanya para pejabat gereja yang diharuskan bermonogami sedangkan anggota jemaat tidak. Saat itu Paulus berbicara dalam konteks pengangkatan penatua gereja, karena itu hanya monogami para penatualah yang disebutnya. Jadi sejak manusia jatuh ke dalam dosa sampai pada masa PL, Tuhan membiarkan pernikahan poligami terus terjadi. Namun, ketika Kristus datang untuk memulihkan segala aspek hidup kita, Ia juga memulihkan bentuk pernikahan ke dalam rencanaNya yang semula, sejak awal penciptaan manusia, yaitu pernikahan monogami (Mrk 10:6-8). Jadi jelas, monogami adalah bentuk pernikahan yang Tuhan kehendaki bagi kita umatNya masa kini.

more article...


Page 3

artikel -

Cara Meninggal

Forum Tanya-Jawab: Ibu Yani, Depok Tanya: Mendiang kakak ipar saya adalah seorang hamba Tuhan. Dia meninggal karena tenggelam di sungai setelah terjatuh dari perahu kecil (perahu kelotok) yang dia naiki. Tanpa sengaja saya mendengar seseorang berkata, Kok bisa ya meninggal dengan cara seperti itu? Ibu itu pendeta kan? Pertanyaan tersebut sangat menggelitik hati saya. Timbul pertanyaan di dalam hati saya, Harus dengan cara seperti apa seorang hamba Tuhan meninggal? Apakah meninggal karena tenggelam menunjukkan bahwa dia tidak diperkenan Tuhan? Mohon penjelasannya tentang hal ini. Jawab: Perlu disadari bahwa kita hidup di negara religius. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama dan berkepercayaan. Oleh sebab itu, seringkali peristiwa yang terjadi disangkutpautkan dengan Tuhan atau sesembahan lain. Sayangnya, pemahaman iman dan wujud pengejawantahan iman tersebut berbeda antara satu agama atau kepercayaan dengan agama atau kepercayaan yang lainnya. Salah satunya adalah pandangan tentang cara orang meninggal. Ada yang berpendapat bahwa orang yang baik pasti meninggalnya dengan cara yang normal. Sebaliknya, orang yang tidak baik pasti meninggal dengan cara yang tidak normal. Tenggelam adalah salah satu cara meninggal yang tidak normal. Jadi, maklum saja kalau ada orang berpendapat seperti itu karena dia bukan orang Kristen. Tetapi, sangat disayangkan kalau ada orang Kristen yang berpendapat seperti itu juga. Pemahaman iman Kristen tidak sama dengan pendapat di atas. Secara umum, Alkitab tidak menjelaskan bahwa cara kematian seseorang sudah ditentukan sebelumnya. Alkitab tidak menegaskan bahwa Tuhan sudah menentukan cara meninggal yang baik bagi orang baik dan cara meninggal yang tidak normal bagi orang yang tidak diperkenan. Memang ada kasus-kasus khusus yang sepertinya cara kematiannya sudah ditentukan. Salah satu kematian terakbar yang sudah ditentukan Tuhan adalah kematian Yesus. Di Mazmur 22:17 dijelaskan, Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Ini merupakan nubuat kematian Yesus dengan cara disalib. Tetapi, sebagaimana kita tahu bahwa kematian Yesus yang tidak normal ini bukan berarti Yesus tidak diperkenan Tuhan. Sementara itu, bagi manusia, secara khusus orang percaya, cara meninggal berkaitan dengan kebijaksanaan hidup seseorang. Seseorang yang saat mudanya suka minum minuman keras atau merokok, sangat mungkin meninggalnya karena penyakit paru-paru atau TBC. Dan lain sebagainya. Demikian juga kalau mendiang kakak ipar Anda meninggal dengan cara tenggelam, bisa jadi itu karena ketidakhati-hatian darinya atau orang lain. Mungkin mendiang kakak ipar Anda kurang erat dalam berpegangan. Mungkin juga karena apa yang dipegangnya rapuh, artinya ini ketidakhati-hatian dari pemilik perahu. Bisa jadi karena faktor alam. Entah karena pusaran air, atau karena derasnya air sungai saat itu. Jadi, kalau kakak ipar Anda meninggal dengan cara tenggelam, itu bukan berarti Tuhan menentukan demikian. Di samping itu, kematian kakak ipar Anda karena tenggelam juga bukan berarti dia tidak diperkenan Tuhan. Perlu diperhatikan bahwa ada orang baik, bahkan orang benar yang meninggal dengan cara mengenaskan. Stefanus, orang yang penuh dengan Roh Kudus itu meninggal setelah dirajam batu. Jelas bahwa kematian karena tenggelam sama sekali tidak mengindikasikan bahwa kakak ipar Anda tidak diperkenan Tuhan. Jangan gelisah dan jangan dipercaya pandangan salah seperti di atas.


back

more article...

• Bahasa Yang Dipakai Tuhan Yesus

• Tidak Menerima Orang Yang Beda Ajaran?

• Privasi Suami - Istri, Perlukah?

• Yang Rendah, Yang Tinggi


Page 4