Jakarta - Capres Prabowo Subianto meminta publik tidak cepat menyimpulkan suatu kejadian, contohnya adalah peristiwa teror. Dia menyebut ada otak jahat di dunia intel."Saya belajar ilmu militer, ilmu perang, di situ ada ilmu macem-macem, intel, ilmu sandi yudha, jadi kadang-kadang karena saya mengerti paham pelaku, jadi saya mengerti kalau ada kejadian jangan serta merta percaya pada kejadian itu," kata Prabowo. Hal itu disampaikan Prabowo di konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (3/3/2019). Sejumlah tokoh hadir, di antaranya Amien Rais. "Karena di dunia ini banyak otak-otak kejam, otak-otak jahat banyak yang berkumpul di dunia intelijen," sambungnya. Prabowo lalu menjelaskan pernyataannya itu dengan mengambil contoh kasus teror. Pelaku kasus teror bisa dicap dari kelompok tertentu padahal hal itu belum bisa dipastikan."Jadi umpamanya, ada aksi teror, ledakan, ledakan bom. Langsung sudah dicap yang melalukan adalah umat Islam. Padahal belum tentu, bisa umat Islam, bisa juga bukan umat Islam," ucap Ketum Gerindra ini. Menurut Prabowo, ada yang menggunakan strategi untuk memecah belah suatu kesatuan. Dia mengambil contoh soal bom."Untuk mengadu domba, kadang di suatu negara ada Islam Sunni, Islam Syiah. Nanti ada pihak ketiga, dia bom Masjid Sunni dan bom Masjid Syiah," kata Prabowo."Itu klasik, namanya pelajaran itu adalah divide et impera, divide and rule, pecah belah," pungkasnya. BIN Selalu Tegaskan Netral detikcom telah menghubungi juru bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto untuk meminta tanggapan soal pernyataan Prabowo ini. Namun, Wawan belum bisa dikontak. Dalam berbagai kesempatan, BIN menegaskan selalu taat asas dan netral. Seperti pada tahun 2018, BIN menjawab tudingan Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait dugaan pelanggaran netralitas saat pilkada. "Kita tetap taat pada asas intelijen yang sudah ada aturannya, sudah ada hukumnya, sudah ada etikanya dan disumpah. Selama itu tidak berubah, saya kira asas penyelenggaraan intelijen tetap pada relnya," kata Direktur Perencanaan dan Pengendalian Kegiatan dan/atau Operasi BIN Antonius Hudidaya Bhakti di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (26/6/2018).Anton kemudian menegaskan netralitas menjadi satu hal utama yang selalu dipegang oleh BIN. "Jadi netralitas itu adalah hal yang utama dan kita juga di dalam etika ini diwajibkan untuk berperilaku, bersikap profesional, objektif, dan netral tadi," imbuhnya.Simak Juga ' Prabowo soal Defisit BPJS: Jika Saya Memimpin, Ini Masalah Kecil ': [Gambas:Video 20detik] (imk/dhn) Prabowo Subianto (Foto: Faecbook/Prabowo Subianto)Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melanjutkan siaran live dalam akun Facebook pribadinya. Dalam kesempatan kali ini Prabowo melakukan tanya jawab dengan beberapa kadernya. Dalam kesempatan itu, Prabowo menceritakan berbagai pengalaman dan kisah mudanya. Salah satu kisah yang ia ceritakan adalah pengalamannya saat Tragedi 1998. Prabowo menceritakan pengalamannya saat pertama kali pensiun menjadi prajurit TNI. Prabowo bercerita, setelah Tragedi 1998 terjadi, ia banyak dituduh macam-macam. Hal itu membutnya sedih dan syok. "Tahun 1998-1999, waktu itu saya keluar dari dinas tentara. Saya dituduh macam-macam sehingga pensiun lebih cepet. Jadi shock, sedih, tapi ada bagusnya, ingatlah kalau ditinggal pacar sedih. Tapi di ujungnya ada pilu, jadi saya jalan di Singapura pilu, sedih," kata Prabowo dalam siaran live di akun Facebook-nya, Selasa (19/6). Selalu saya ingat sudahlah percayalah sing becik ketitik sing olo ketoro, yang baik itu akan keliatan yang tidak baik, jahat akan ketara Segala tuduhan itulah yang paling diingat Prabowo hingga saat ini. Sebab saat itu ia dituduh bersalah atas sejumlah kejadian pelanggaran HAM di tahun 1998. Dari pengalamannya tersebut, Prabowo mengingatkan kepada kadernya, bahwa biarkan orang lain menuduh apa pun, suatu saat akan kelihatan siapa yang benar dan siapa yang salah. "Selalu saya ingat sudahlah percayalah sing becik ketitik sing olo ketoro, yang baik itu akan keliatan yang tidak baik, jahat akan ketara," ujar Prabowo. Prabowo mengatakan bahwa dari segala fitnah saat itu, ia hadapi dengan tenang. Sebab ia yakin hidupnya untuk bangsa dan negara. "Jadi hadapi fitnah saya tenang, hidup saya untuk bangsa saya tenang," tutupnya. |