Kamis, 28 Juni 2012 | 22:22 WIB Kebiasaan minum kopi di pagi hari, pengaruh lingkungan sosial, stres dan agar tak kantuk saat mengemudikan kendaraan. Meskipun merokok berbahaya bagi kesehatan perokok itu sendiri dan orang lain, tetapi masih saja banyak orang yang tak mau berhenti dari kebiasaan buruknya itu. Tidak dapat dipungkiri, bahwa merokok merupakan kebiasaan dari kondisi mental yang sulit dihindari oleh sebagian orang. Merokok sendiri dapat disebabkan oleh beberapa situasi psikologis seperti kecemasan dan stres. Larangan merokok dengan berbagai dampak buruk bagi kesehatan sudah gencar dipublikasi oleh pemerintah di berbagai belahan dunia. Tak hanya itu, sebagai upaya untuk menekan jumlah perokok, pemerintah dari berbagai negara pun banyak yang menaikkan pajak dan produk olahan tembakau lainnya. Namun, mengapa masih banyak orang yang tetap merokok meski harganya terus-menerus naik? Berikut adalah enam alasan orang tergoda dan sulit berhenti merokok: Kopi di Pagi Hari Mengemudikan Kendaraan Mengemudi kendaraan adalah pemicu rokok yang sangat umum. Suasana tenang selama mengemudikan mobil terkadang menggoda kita untuk merokok untuk mencegah kantuk. Jika Anda sering melakukan ini saat mengemudi, cobalah untuk menyalakan radio atau Compact Disk (CD), lalu Anda ikut menyanyikan lagu-lagu yang sedang diputar itu. Bisa juga Anda mengunyah permen karet. Aktivitas positif ini dapat mencegah Anda dari rasa kantuk tanpa harus merokok. Lingkungan Sosial Tekanan Untuk membantu mengurangi stres, beberapa orang menggunakan rokok untuk meredakannya. Tak hanya itu, merokok juga sering digunakan untuk orang yang sedang menjalani program diet. Mengapa ini bisa terjadi? karena merokok dapat membuat orang merasa kenyang dengan mudah.Saat Istirahat di Jam Kerja waktu istirahat di sela-sela Anda bekerja di kantor juga menjadi pemicu umum untuk merokok. Untuk menguranginya, Anda dapat berjalan-jalan mencari udara segar di luar kantor, atau Anda dapat menghabiskan waktu istirahat dengan rekan-rekan Anda yang tidak merokok.Emosi Negatif Perasaan marah, sedih dan kesepian dapat menyebabkan orang menjadi kecanduan rokok. Sangat penting untuk belajar bagaimana menghadapi emosi negatif.Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Selasa, 01 Jun 2021 18:39 WIB
Ilustrasi merokok. (cherylholt/morgueFile) Jakarta, CNN Indonesia --Anak-anak dan remaja harus dilindungi dari rokok, sebab dampak kecanduan nikotin untuk mereka lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Spesialis penyakit dalam dr. Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan, salah satu kandungan kimia yang ada pada rokok adalah nikotin yang bisa menimbulkan kecanduan. "Semakin dini mulai merokok, maka akan semakin sulit untuk berhenti. Selain itu, kecanduan rokok bisa menjadi pintu gerbang untuk mencoba narkoba jenis lainnya," kata dia kepada ANTARA, Selasa (1/6). Bukan cuma itu, semakin muda seseorang mulai merokok, semakin besar pula risiko kerusakan organ paru-paru dan organ lain seperti pembuluh darah dan jantung. Dokter spesialis penyakit dalam di Primaya Hospital Sukabumi itu juga mengingatkan bahaya paparan nikotin terhadap tumbuh kembang anak, yakni gangguan kecerdasan dan tingkah laku hingga gangguan konsentrasi karena ada kerusakan pada korteks cerebri. Orangtua harus menyadari kebiasaan merokok tak cuma berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, termasuk buah hati mereka. Seorang anak bisa jadi perokok perokok pasif bila dikelilingi lingkungan orang-orang perokok, baik di rumah, sekolah atau tempat bermain. "Bahkan anak dalam kandungan bisa disebut menjadi perokok pasif bila ibu yang mengandungnya merokok saat hamil," katanya. Anak juga bisa jadi perokok tangan ketiga, yakni mereka yang menghirup racun dari asap rokok yang diembuskan perokok, kemudian menempel dan mengontaminasi benda-benda atau tubuh. Kementerian Kesehatan mencanangkan sebanyak 5 juta orang berhenti dari kebiasaan merokok melalui serangkaian program kerja yang digaungkan pada peringatan Hati Tembakau Sedunia 2021 yang jatuh pada 31 Mei. Prevalensi perokok pada kelompok usia anak-anak 10-18 tahun, meningkat 7,2 persen 2013 menjadi 9,1 hingga 2018. Kebiasaan merokok menyumbang persentase angka kematian terbesar kedua di Indonesia setelah hipertensi, sebab merokok menyebabkan banyak penyakit tidak menular yang berhubungan erat dengan merokok seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit paru oktsotivcoronis, stroke, serta penyakit yang berhubungan dengan kanker lainnya. Pada 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penggunaan tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun yang terdiri atas 7 juta orang pengguna aktif tembakau, sedangkan 1,2 juta orang merupakan perokok pasif. (ANTARA/ard)Saksikan Video di Bawah Ini:
TOPIK TERKAIT Selengkapnya
Merdeka.com - Semua orang tahu bahwa yang namanya kebiasaan tentu tak mudah dihentikan atau diubah menjadi kebiasaan lainnya. Begitu juga dengan kebiasaan merokok. Meski mengetahui bahwa merokok buruk untuk kesehatan, namun masih banyak orang yang kesulitan berhenti merokok. Ketika mereka sudah mencoba berhenti, dalam beberapa waktu ke depan, mereka akan tergoda kembali untuk mencoba rokok. Data menunjukkan bahwa hampir 80 persen perokok yang mencoba berhenti akan mencoba merokok lagi. Dengan kata lain, mereka gagal menahan diri untuk benar-benar berhenti merokok. Lantas, apa yang menyebabkan orang sangat sulit berhenti merokok? Penelitian terbaru mengungkapkan alasannya. Peneliti menemukan bahwa nikotin yang terdapat dalam rokok secara perlahan mengubah cara kerja otak seseorang dan melemahkan kemampuan seseorang untuk mengontrol keinginan mereka merokok. Hasil ini didapatkan peneliti setelah melakukan pemindaian otak terhadap 37 perokok berusia 19 sampai 61 tahun. Scan otak dilakukan dua kali yaitu setelah mereka merokok, dan setelah mereka dilarang merokok selama 24 jan dan merasakan adanya efek kecanduan nikotin, seperti dilansir oleh Healthy Living (14/03). Peneliti menemukan bahwa gejala penarikan nikotin dari tubuh akan melemahkan koneksi otak yang membuat perokok tak bisa mengendalikan keinginan mereka untuk merokok. Hal ini lah yang membuat mereka semakin kesulitan untuk berhenti merokok, karena tak bisa mengendalikan keinginan mereka untuk menyentuh rokok kembali. "Gejala penarikan diri dari nikotin berkaitan dengan perubahan pada otak perokok," ungkap peneliti Caryn Lerman dari Brain and Behavior Change Program di University of Pennsylvania. Selanjutnya peneliti akan mengidentifikasi cara yang lebih efektif untuk membantu perokok berhenti. Mereka akan melakukan perawatan yang berbasis pada aktivitas otak dan konektivitas otak perokok. (mdk/kun) Peneliti ungkap alasan baru orang susah berhenti merokok! Masih banyak PNS langgar peraturan rokok di kantor Jokowi Ini bahaya mengerikan merokok di depan anak Dishub gelar kampanye larangan merokok di dalam angkutan umum Awas, jadi perokok pasif bisa sebabkan keguguran! Merokok sebatang sehari, risiko sakit jantung naik 3 kali lipat! |