Apa yang dimaksud makna kesederajatan laki laki dan perempuan


Apa yang dimaksud makna kesederajatan laki laki dan perempuan

Kompetensi Dasar 3.3. Memahami kesederajatan sebagai laki-laki atau perempuan 4.3. Mengembangkan kesederajatan sebagai laki-laki atau perempuan dalam hidup sehari-hari Indikator Peserta didik mampu 1. Menjelaskan pandangan masyarakat tentang kedudukan perempuan dan laki-laki. 2. Memberikan contoh kasus yang memperlihatkan pandangan keliru tentang kedudu- kan perempuan dan laki-laki. 3. Menjelaskan makna kesederajatan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan kuti- pan Katekismus Gereja Katolik artikel 369, 371, 372; Yoh 8: 2–11 dan Mrk 15: 21-28. 4. Menyebutkan berbagai usaha untuk mengembangkan kesederajatan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kebudayaan tertentu di masyarakat kita masih banyak ditemukan pandangan yang menganggap laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan. Anak laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarga. Hal itu disebabkan karena laki-laki dianggap pribadi yang kuat dan dapat menguasai banyak hal. Laki-laki adalah kebanggan keluarga. Sebaliknya, anak perempuan dipandang sebagai pribadi yang lemah dan kurang mampu menjadi pemimpin dalam keluarga. Maka sering kita jumpai ada orangtua yang merasa kecewa ketika mengetahui bahwa anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Dalam banyak hal, anak laki-laki sering lebih banyak mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan yang tinggi, dan perempuan kurang memperoleh kesempatan yang sama. Inilah yang disebut budaya patriarkhi, yakni budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan. Situasi serupa terjadi pula pada zaman Yesus di kalangan bangsa Yahudi, sebagaimana banyak dikisahkan dalam Kitab Suci. Kaum perempuan menjadi kaum nomor dua dalam tatanan masyarakat. Maka tidak mengherankan jika banyak perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Perempuan yang tertangkap basah sedang berbuat dosa dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11). Peraturan- peraturan yang diterapkan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2: 11-14). Walaupun demikian, Yesus sangat menghargai dan membela kaum perempuan. Yesua memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi (lih. Yoh. 8: 2-11). Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya (lih. Mrk. 15: 21-28) dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Yesus selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat ketika laki-laki dan perempuan sederajat/setara. Sebagai pribadi-pribadi yang lahir dari berbagai budaya, kalian  juga mungkin pernah mengalami perlakuan tidak adil yang diberikan masyarakat kepada kaum perempuan. Melalui  pelajaran ini peserta didik diharapkan dapat memahami kesamaan martabat kaum perempuan danlaki-lakisehinggadapathidupberdampingansebagaipribadi-pribadiyangsalingmenghargai dan saling membantu. Beberapa gagasan berikut ini. a. Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi tatkala kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat. Pada masa itu, kaum perem- puan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil. b. Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11). Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14). c. Yesus sangat menghargai dan membela kaum perempuan. Yesus memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi (lih. Yoh. 8: 2-11). Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya (lih. Mrk. 15: 21-28) dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Ia selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat di mana laki-laki dan perempuan sederajat/setara. d. Sikap dan tindakan Yesus itu tampaknya dilandasi oleh pemahaman-Nya bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama di mata Allah karena Allah sendiri telah menciptakan mereka sebagai citra Allah yang saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan itulah, maka tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara mereka.

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 49

3. Pandangan Gereja tentang Kesederajatan Perempuan dan Laki-laki

Gereja menaruh perhatian yang cukup besar dalam memperjuangkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki. Perjuangan Gereja tersebut dilandasi oleh pandangan Gereja sendiri, sebagaimana terungkap dalam Katekismus Gereja Katolik berikut ini. Artikel 369 Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. ”Kepriaan” dan ”kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama ”menurut citra Allah”. Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta. Artikel 371 Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” Kej 2:18. Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia Kejadian 2:19-20. Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” Kejadian 2:23. Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia. 50 Kelas VII SMP Artikel 372 Pria dan wanita diciptakan ”satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi ”penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi ”tulang dari tulangku”, sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan, Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka ”menjadi satu daging” Kejadian 2:24 dan dapat meneruskan kehidupan manusia: ”Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” Kej 1:28. Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus. Pandangan dan perjuangan Gereja itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari pandangan dan sikap Yesus yang dalam upaya-Nya mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah, juga berusaha menegakkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sebagaimana nampak dalam Yohanes 8: 2-11 dan Markus 15: 21-28 a. Baca kedua kutipan tersebut dengan teliti b. Buatlah daftar pertanyaaan terhadap hal-hal yang belum kamu pahami dari ke dua kutipan tersebut c. Bahaslah pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama teman-temanmu dan guru d. Buatlah kesimpulan apa kesederajatan yang terungkap dari kedua kutipan tersebut Untuk Dipahami • Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi yang diwarnai dengan kebudayaan di mana kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat. Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil. Ketidak adilan itu misalnya nampak dalam beberapa kasus berikut: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa lih. Yoh. 8:2-11, Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 51 • Yesus sangat menghargai dan membela kaum perempuan. Yesus memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi lih. Yoh. 8: 2-11. Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya lih. Mrk. 15: 21-28 dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Ia selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat di mana laki-laki dan perempuan sederajatsetara. • Sikap dan tindakan Yesus itu tampaknya dilandasi oleh pemahaman-Nya bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama di mata Allah karena Allah sendiri telah menciptakan mereka sebagai citra Allah yang saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan itulah, maka tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara mereka.

4. Releksi

Laki-laki dan Perempuan Sederajat

Sebagaimana telah di sebutkan dalam bagian-bagian sebelumnya bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sederajat. Manusia laki-laki dan perempuan tidak dibedakan satu sama lain oleh Allah.

Meskipun laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda, namun laki-laki dan perempuan sederajat, kesederajatan tersebut setidaknya terlihat dalam hal-hal berikut:

Citra Allah

Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menyatakan bahwa Ia akan menciptakan manusia seturut gambar dan rupanya artinya manusia menjadi citra-Nya sendiri. Sebagai citra Allah manusia tidak dibedakan, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai citra Allah.

Tugas

Tugas manusia juga tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan mempunyai tugas utama yang sama yaitu beranakcucu dan berkuasa atas ciptaan yang lain.

Martabat

Martabat dapat diartikan sebagai kedudukan manusia dihadapan Allah dan dihadapan sesama. Manusia laki-laki dan perempuan tidak pernah dibedakan kedudukannya oleh Allah.

Dengan derajat yang sama, maka manusia tidak dapat membedakan satu sama lain meskipun mereka memiliki peran yang berbeda-beda dalam kehidupannya.

Peran manusia dalam hidupnya dapat disebut sebagai peran sosial. Dalam mana peran sosial seseorang melekat dalam setiap pribadi laki-laki atau perempuan.

Peran sosial yang dimiliki oleh laki-laki atau perempuan tidak hanya satu, masing-masing pribadi bisa memiliki lebih dari satu peran sosial. Berikut beberapa contoh peran sosial yang dimiliki laki-laki dan perempuan:

Laki-laki

Perempuan

Bapak

Ibu

Mencari nafkah

Merawat anak

Guru

Ibu rumah tangga

Anak

Anak

Kakak/adik

Kakak/adik

Peran sosial yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan bukan merupakan peran yang membeda-bedakan diantara mereka, peran sosial yng dimiliki hendaknya saling mengutkan satu sama lain.

Pada zaman dahulu, peran sosial seorang perempuan sangat dibatasai. Perempuan hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah dan tidak diperbolehkan. Namun saat ini, semuanya sudah berubah. Perempuan dapat mengambil peran sosial seorang laki-laki.

Ibu Kartini, Cut Nyak Dhien dan Dewi Sartika adalah contoh perempuan yang berjuang menuntut kesederajatan antara laki-laki dan perempuan. Berkat mereka, perempuan Indonesia kemudian dapat memiliki peran sosial yang kurang lebih sama dengan laki-laki.