Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah

Fase-fase bulan dapat dipahami sebagai bagaimana bentuk bulan yang terlihat dari bumi. Fase-fase bulan terdiri dari bulan baru (new moon), bulan sabit (waxing crescent), bulan perbani (first quarter), bulan cembung (waxing gibbous), dan bulan purnama (full moon). Bentuk bulan yang terlihat berbeda dari bumi dikarenakan hanya bagian bulan yang mendapat sinar matahari. Sementara sisi bulan yang tidak mendapat sinar matahari tidak terlihat dari bumi.

Bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Sinar bulan yang terlihat dari bumi merupakan sinar matahari yang dipantulkan oleh bulan. Bentuk bulan beberapa kali akan terlihat berbeda-beda dalam satu bulan menurut sitem penanggalan komariah/hijriah. Ada lima bentuk bulan berbeda yang terlihat dari bumi dalam satu periode putaran bulan. Kelima bentuk tersebut meliputi bulan baru, sabit, perbani, cembung, dan purnama seperti gambaran fase-fase bulan berikut.

Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah

Baca Juga: Tahapan Terjadinya Gerhana Bulan Total, Sebagian, Penumbra

Bulan menjadi satu-satunya satelit alami yang dimiliki bumi. Orbit bulan mengelilingi bumi dengan lintasan oval. Adanya revolusi bulan inilah yang juga membuat bentuk bulan yang terlihat berbeda pada waktu tertentu. Bagaimana bentuk bulan dari bumi di setiap fase bulan? Sobat idschool dapat mencari tahu lebih lanjut melalui ulasan di bawah.

Table of Contents

Baca Juga: 2 Bentuk Gerakan Bulan dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan di Bumi

Bentuk Bulan dari Bumi di Setiap Fase-Fase Bulan

Revolusi bulan membuat bentuk bulan terlihat berbeda dari permukaan bumi. Bentuk bulan yang berbeda ini kemudian disebut sebagai fase-fase bulan yang terlihat seperti gambar berikut.

Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah

Bentuk bulan terdiri dari lima fase dalam satu kali periode bulan mengelilingi bumi (revolusi bulan). Kelima fase tersebut adalah bulan baru (new moon), bulan sabit (waxing crescent dan waning crescent), perbani (first quarter dan third quarter), cembung (waning gibbous dan waxing gibbous), dan purnama. Penjelasan masing-masing bentuk dan fase bulan diberikan pada ulasan berikut.

1) Bulan Baru (New Moon)

Bulan baru disebut juga bulan mati merupakan fase bulan pertama. Fase bulan baru ini terjadi pada saat Bulan berada antara Matahari dan Bumi dalam posisi sejajar. Bulan baru biasanya terjadi pada siang hari sehingga tidak dapat melihatnya karena sinar matahari lebih terang.

Pada fase bulan ini, bagian permukaan bulan yang terkena sinar matahari matahari berada di bagian belakang (permukaan bulan yang tidak menghadap bumi). Bagian bulan yang lain yaitu bagian yang tidak mendapat sinar matahari menghadap Bumi. Sehingga, bentuk bulan pada fase pertama tidak terlihat seluruhnya.

2) Bulan Sabit (Waxing Crescent dan Waning Crescent)

Sinar matahari mengenai bagian bulan yang menghadap bumi semakin bertambah pada pekan pertama awal fase bulan. Pada fase bulan sabit, bagian bulan yang mendapat sinar matahari kurang dari setengahnya.

Bentuk bulan sabit yang terlihat dari bumi dapat terlihat saat dua fase yaitu fase waxing crescent (bulat sabit awal) dan waning crescent (bulat sabit akhir). Bentuk bulan pada fase waxing crescent dan waning crescent terlihat mirip dari permukaan bumi. Perbedaan antara keduanya terlihat pada kekuatan sinar yang dipancarkan bulan.

Pada fase bulan sabit akhir atau waning crescent, sinar bulan semakin memudar karena sinar matahari semakin menjauh dari posisi menerangi bulan yang bisa terlihat dari bumi.

3) Bulan Perbani (Kuartal Pertama/First Quarter dan Seperempat Ketiga/Third Quarter)

Bentuk bulan perbani dalam satu peride fase bulan terjadi dalam dua fase yaitu pada kuartal pertama (first quarter) dan seperempat ketiga (third quarter). Fase bulan ini terjadi ketika bulan berada pada sudut 90o antara bumi dan matahari.

Pada fase ini, bentuk Bulan dari permukaan bumi terlihat setengah bulan terang dan setengah bulan dalam bayangan. Sehingga, fase bulan perbani biasa juga disebut sebagai fase setengah bulan.

Posisi bulan di fase ini yang menyebabkan pasang air laut terendah/surut yang disebut disebut pasang perbani. Peristiwa tersebut disebabkan posisi matahari, bumi, dan bulan membentuk sudu 90⁰ sehingga gaya tarik bulan dan matahari tidak optimal.

4) Bulan Cembung (Waxing Gibbous dan Waning Gibbous)

Bentuk bulan cembung terlihat hampir pada seluruh bagian bulan yang menghadap bumi. yang disinari oleh matahari terlihat bersinar. Bentuk bulan cembung dapat terlihat dalam dua fase pasa satu periode fase bulan yaitu pada bagian awal (waxing gibbous) dan bagian akhir (waning gibbous).

Bentuk bulan cembung pada fase waning gibbous dan fase waxing gibbous terlihat sama. Meskipun demikian, fase waxing gibbous dan waning gibbous memiliki perbedaan.

Pada fase waxing gibbous, sebagian kecil pada sisi kiri bulan terlihat gelap. Sedangkan pada fase waning gibbous, sebagian kecil pada sisi kanan bulan terlihat gelap. Bagian gelap tersebut merupakan bagian permukaan bulan menghadap bumi yang tidak mendapat sinar matahari.

5) Bulan Purnama (Full Moon)

Pada bulan purnama, bulan, bumi, dan matahari juga berada pada posisi yang sejajar seperti bulan baru. Posisi pada fase ini bulan berada pada sisi yang berlawanan dari bumi sehingga seluruh bagian bulan yang diterangi matahari menghadap ke bumi. Bagian yang tidak diterangi tersembunyi sepenuhnya.

Bulan purnama biasanya terjadi di antara hari ke–14  dan hari ke–5 dalam kalender lunar. Pada fase ini, posisi bulan menyebabkan pasang air laut terbesar di bumi yang disebut pasang purnama.

Peristiwa pasang purnama terjadi karena posisi matahari, bumi, dan bulan berada pada satu garis lurus. Kondisi tersebut menyebabkan gaya tarik bulan dan matahari menjadi optimal, sehingga permukaan bumi mengalami pasang tertinggi.

Urutan fase-fase bulan dalam satu periode: Bulan Baru (New Moon) → Bulan Sabit Awal (Waxing Crescent) → Bulan Perbani (First Quarter) → Bulan Cembung Awal (Waxing Gibbous) → Bulan Purnama (Full Moon) → Bulan Cembung Akhir (Waning Gibbous) → Bulan Perbani (Third Quarter) → Bulan Sabit Akhir (Waning Crescent)

Baca Juga: Gerhana Matahari Total, Cincin, dan Sebagian

Contoh Soal dan Pembahasan

Beberapa contoh soal di bawah dapat membantu sobat idschool dalam memahami materi fase-fase  bulan di atas. Setiap contoh soal dilengkapi dengan pembahasan soal. Pembahasan tersebut dapat sobat idschool gunakan sebagai tolak ukur keberhasilan mengerjakan soal. Selamat Berlatih!

Contoh 1 – Soal Menentukan Fase-Fase Bulan yang Sesuai Gambar

Perhatikan gambar berikut!

Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah

Fase bulan sabit ditunjukkan oleh posisi bulan nomor ….A. 1 dan 5B. 2 dan 8C. 3 dan 7

D. 4 dan 6

Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah
Fase-fase Bulan. Kredit: Fred Espenak, AstroPixels.com
Info Astronomy - Bulan, satu-satunya satelit alami yang mengelilingi Bumi, memiliki peran penting dalam kalender Hijriah. Setiap hari dalam penanggalan ini menandakan satu lokasi Bulan dalam berevolusi terhadap Bumi, sehingga menjadi dasar dalam perhitungan kalender Hijriah. Bulan diketahui berotasi terhadap porosnya dalam periode sekitar 27,3 hari. Ia pun juga diketahui berevolusi terhadap Bumi selama 27,3 hari. Efek dari perputaran yang kala periodenya sama ini membuat permukaan Bulan yang terlihat dari Bumi tidak berubah dari waktu ke waktu, alias yang itu-itu saja. Nah, fase Bulan atau perubahan bentuk Bulan terjadi akibat perubahan sudut dari garis yang menghubungkan Matahari-Bumi-Bulan sewaktu Bulan mengorbit Bumi. Bulan memiliki banyak fase, yang umum kita ketahui di antaranya adalah Bulan baru, sabit, dan purnama. Perubahan dalam bentuk fase ini diakibatkan oleh kondisi pencahayaan dari Matahari yang berbeda. Jumlah yang berbeda dari sinar Matahari, tercermin oleh Bulan ke Bumi. Karena Bulan terus berputar mengelilingi Bumi, maka dari itu munculah bentuk yang berbeda. Seperti misalnya saat fase Bulan kuartal awal, Bulan akan tampak separuh karena ia berada 90 derajat dari Matahari di langit Bumi. Dengan begitu, dalam pandangan kita dari Bumi, Bulan akan tampak separuh saja, separuh lainnya yang membelakangi Matahari akan tampak gelap. Berbeda dengan fase Bulan Purnama, di mana Bulan berada 180 derajat dari Matahari di langit Bumi. Hal itu tentu membuat seluruh permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi tersinari sepenuhnya oleh Matahari. Kadang kala, posisi ini bisa menyebabkan gerhana Bulan, sayangnya tidak selalu terjadi saat purnama karena orbit Bulan miring 5 derajat dalam mengelilingi Bumi.
Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah
Geometri bagaimana fase Bulan bisa terbentuk. Kredit: Istimewa

Pergerakan Bulan

Setidaknya, diketahui ada dua macam pergerakan Bulan. Pertama adalah gerak sideris, yakni periode yang dibutuhkan Bulan untuk berputar 360 derajat mengelilingi Bumi, lamanya 27,3 hari. Yang kedua adalah gerak sinodis, yakni periode yang dibutuhkan antara satu Bulan baru ke fase Bulan baru berikutnya, lamanya 29,5 hari atau tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Ada perbedaan sekitar 2 hari dalam dua gerakan Bulan ini. Hal ini disebabkan karena Bumi juga berevolusi terhadap Matahari pada arah yang sama, sehingga untuk mencapai konjungsi berikutnya, Bulan memerlukan tambahan waktu. Dari kedua gerak tersebut, yang umum digunakan dalam penentuan kalender Hijriah adalah gerak sinodis. Arah revolusi Bulan terhadap Bumi sama dengan arah revolusi Bumi terhadap Matahari, yaitu dari barat ke timur. Akibat dari revolusi Bulan ini dan kombinasinya dengan revolusi Bulan mengelilingi Matahari, penduduk Bumi dapat menyaksikan berbagai macam fase Bulan seperti yang telah disinggung di atas sebelumnya. Setiap awal bulan kaleder Hijriah, selalu terjadi peristiwa yang dikenal sebagai konjungsi (ijtimak), di mana Matahari, Bulan dan Bumi berada dalam satu garis bujur yang sama dilihat dari arah timur maupun barat. Peristiwa penting inilah yang menjadi patokan awal bulan baru, meskipun tidak semua aliran atau komunitas Muslim menjadikan konjungsi sebagai tanda dimulainya awal bulan dalam kalender Hijriah.

Kalender Hijriah

Penanggalan yang mengikuti fase Bulan lumrah disebut dengan kalender lunar. Namun, mayoritas kalender lunar adalah kalender yang bukan murni mendasarkan perhitungan tanggalnya pada fase Bulan saja, melainkan juga memperhitungkan pergantian musim yang dipengaruhi oleh peredaran Bumi terhadap Matahari. Kalender sejenis ini disebut sebagai kalender lunisolar. Satu dari sedikit kalender yang murni mendasarkan perhitungannya pada fase bulan adalah kalender Hijriah dan kalender Jawa Islam. Bila jumlah hari dalam kalender solar atau lunisolar berkisar antara 354 hari sampai 384 hari pertahunnya, maka dalam kalender lunar murni, jumlah hari pertahunnya tetap 354 hari.
Gambarkan bentuk bulan dan sebutkan fase bulan yang dialami pada tanggal 15 Bulan hijriyah
Hilal, penanda awal bulan baru dalam kalender Hijriah. Kredit: Anthony Ayiomamitis
Kalender Hijriah memiliki kesamaan dengan kalender Gregorian; memiliki 12 bulan dalam satu tahun. Dengan berdasarkan gerak sinodis Bulan, hal itu membuat dalam waktu 12 bulan di kalender Hijriah maka akan mencapai sekitar 354,367 hari. Namun sebenarnya, perputaran Bulan yang hakiki selama satu tahun adalah 354,367 hari, berbeda 0,367 hari dari jumlah hari dalam 12 bulan kalender Hijriah. Untuk menyiasati hal ini, maka peredaran sinodis Bulan yang 29 menit 12 jam 44 menit 2,8 detik tadi angka 2,8 detiknya diabaikan karena sangat kecil sehingga tidak berarti. Dengan demikian, rata-rata hari dalam satu tahun kalender Hijriah adalah 29,5 hari x 12 = 354 hari 44 menit x 12 = 528 menit. Dengan kata lain, alam setahun ada 354 hari 528 menit. Tapi berhubung manusia tidak mungkin menggunakan kalender dengan jumlah hari 0,5, maka untuk menyiasatinya lagi bilangan pecahan 29,5 hari dalam periode sinodis dikalikan dengan 2 sehingga menjadi 59 hari (hitungan 2 bulan). 30 hari diberikan kepada bulan-bulan ganjil dalam kalender Hijriah, sementara 29 hari diberikan kepada bulan-bulan genap. Sehingga, dalam satu tahun ada 6 bulan yang berjumlah 30 hari dan 6 bulan yang berjumlah 29 hari. Apabila dijumlahkan, maka akan didapatkan angka 354 hari. Itulah sedikit tentang kalender hijriah dan fase Bulan. Selamat tahun baru Islam 1439 Hijriah! Sumber: Live Science, NASA.