Uji Kinerja – PLPG SD 2016 Saya sangat senang setiap kali bisa bertemu dengan Ibu dan Bapak guru Sekolah dasar pada kesempatan PLPG, kesempatan yang memungkinkan saya bisa belajar dari pengalaman mereka, dan sebaliknya kesempatan bagi mereka untuk mempertimbangkan pengetahuan yang mungkin telah lama mereka ketahui tetapi mungkin belum menjadi kesadaran yang kuat sehingga jarang dipraktikkan. Dalam konteks ini, meskipun saya telah diberi nama instruktur yang memiliki kewajiban memerintah atau memberikan instruksi, saya lebih nyaman memposisi diri sebagai fasilitator. Dengan demikian, tugas saya adalah menfasilitasi kehendak mereka untuk menjadi guru harapan bangsa, guru profesional yang diperintah oleh cita-cita mulia, bersama-sama pihak lain menyiapkan generasi bangsa ini agar Indonesia yang lebih baik tetap ada di muka bumi. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah telah menerapkan kurikulum 2013 atau yang biasa disingkat Kurtilas, sebuah kurikulum berbasis kompetensi yang berbasis pada tiga aspek: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penyataan ini ditegaskan dalam paragraf pertama buku pelajaran kelas 1 Sekolah Dasar (SD). SD diharapkan menjadi benteng pertahanan melawan krisis moral yang kini dialami bangsa kita. Oleh karena itu, sikap itu harus diketahui dan dilaksanakan. Sikap bukan hanya sebatas teori tetapi harus terwujud dalam praktik kehidupan. Perubahan kurikulum juga memerlukan perubahan sikap mental para guru. Perubahan yang tampaknya sangat sulit bagi guru adalah perubahan cara menyikapi buku pelajaran. Buku pelajaran yang berbasis Kurtilas ini berbeda dari buku berbasis kurikulum sebelumnya yang masih berorientasi pada pengetahuan yang cenderung kognitif dan terpusat. Buku berbasis kurtilas hanya berisi model-model aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan keberagaman karakteristik sekolah dan lingkungan sosial serta budaya murid-muridnya. Kurikulum ini memerlukan peran guru untuk belajar menyusun bahasa ajar dan media pembelajaran sesuai dengan kisi-kisi pedagogik dan profesional yang diamahkan oleh Kemdikbud. Buku berbasis Kurtilas itu hanya contoh. Buku tersebut memberikan bahan-bahan yang sebaiknya digunakan dalam setiap jenjang. Bapak dan Ibu guru diharapkan berkreasi membuat bahan-bahan sendiri yang bersifat kontekstual dan relevan dengan pedoman kisi-kisi kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Pelajaran bahasa Indoensia memiliki peran strategis dalam membangun manusia yang punya sikap, berpengetahuan, dan terampil. Ketiga aspek itu memerlukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia bukan sebatas untuk diketahui kaidah-kaidahnya, tetapi siswa harus terampil menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam komunikasi lisan dan tulisan. Di kelas rendah, pembelajaran harus lebih menekankan kelisanan dalam kondisi murid yang mungkin belum bisa membaca. Dalam konteks pembentukan sikap, guru harus terlebih dahulu memiliki kemampuan untuk menjadi model pengguna bahasa yang baik karena sifat anak-anak yang cenderung meniru. Jika guru tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik, siswa bisa tertular. Aplikasi konsep bahwa guru adalah sosok yang digugu dan ditiru sangat tampak di pendidikan dasar. Memori anak-anak akan merekam sikap bahasa guru mereka. Saya belum tahu, Bapak dan Ibu guru pembaca tulisan ini mengajar di kelas rendah atau tinggi. Harus kita ingat kembali bahwa karateristik pembelajaran di dua tingkat kelas ini sangat berbeda. Saya juga tidak tahu bagaimana karakteristik dan latar belakang sosial murid-murid di kelas Bapak dan Ibu. Apakah Ibu dan Bapak memiliki data matrik sosial murid-murid di kelas? Dari latar belakang sosial dan ekonomi seperti apa? Dari latar belakang budaya seperti apa? Saya yakin bahwa mengetahui hal-hal tersebut berpengaruh pada ketepatan menyiapkan bahasan ajar dan media pembelajaran yang tepat. Tidak ada satu media yang paling hebat yang bisa digunakan untuk semua murid SD di dunia. Mari kita perhatikan beberapa guru di berapa negara yang berbeda dalam menggunakan media pembelajaran. Sedikitnya ada liam aspek yang perlu dipenuhi oleh media pembelajaran yang baik, yaitu:
Media-media tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber sebagai berikut: (1) lingkungan kelas/sekolah, (2) lingkungan rumah siswa, (3) internet (gambar, video, audio), (4) buku, dan (5) tubuh guru/siswa. Berikut ini beberapa video pembelajaran yang media pembelajaran dari beragam sumber tersebut:
Di dalam dunia pendidikan, media pembelajaran sangat penting. Dengan menggunakan media tersebut, pengajar bisa lebih leluasa dalam menyampaikan materi yang diberikan kepada peserta didik. Karena itu, media sangat penting dan pengajar harus tahu contoh media pembelajaran yang menarik apa saja yang bisa diterapkannya. Tujuan dari media pembelajaran adalah memberikan kemudahan dalam mengajar dan menarik minat peserta didik untuk belajar. 1. Media ReliaContoh dari penggunaan media yang satu ini terdapat dari bendanya yaitu menggunakan benda nyata. Media relia tidak harus ada di depan mata peserta didik, tetapi guru bisa mengajak langsung peserta didik untuk pergi mengamati benda nyata yang relevan dengan materi yang diajarkan di dalam atau luar ruangan. Contohnya, pelajaran tentang fotosintesis yang pastinya perlu contoh benda nyata untuk bisa memahaminya, dalam hal ini, daun adalah benda yang cocok untuk menjadi media pembelajaran materi fotosintesis. 2. Media Papan TulisMedia yang satu ini terbilang cukup umum. Papan tulis sendiri sebenarnya memiliki banyak macam, ada yang terbuat dari kayu, kain, plastik, dan lainnya. Keunikan dari papan tulis adalah bisa digunakan sebagai papan flanel yang sangat cocok untuk pengajaran quantum di Sekolah Dasar atau TK. Contoh dari papan flanel yaitu menempelkan potongan kertas yang sudah dibentuk terlebih dahulu menjadi kata-kata atau angka dengan tujuan untuk menarik minat baca peserta didik. Akan lebih efektif jika potongan kertas ini diwarnai terlebih dahulu. 3. Media GrafikGrafik merupakan gabungan angka dan garis untuk menunjukkan suatu trafik. Media pembelajaran ini sangat cocok untuk mata pelajaran matematika atau penggambaran data kuantitatif di suatu pembelajaran. Sebagai seorang pengajar, media grafik tidak harus dibuat dengan penggaris dan spidol saja, guru bisa membuatnya lebih kreatif seperti menggunakan spidol berwarna di masing-masing garis atau menggunakan metode grafik aksir dengan spidol berwarna. Bisa juga ditempelkan kertas bergambar untuk memikat minat belajar siswa. 4. Media GambarBisa juga disebut sebagai media grafis yaitu menunjukkan gambar-gambar yang relevan dengan mata pembejalaran seorang guru. Misalnya, guru sedang mengajarkan bagian-bagian organ tubuh dalam pada siswa. Tentunya, siswa akan kesulitan memahami terutama lokasi bagian dalam tubuh dan bagaimana bentuknya. Dengan menyediakan media gambar organ tubuh manusia di depan kelas, guru bisa menjelaskan lebih mudah dan siswa bisa menangkap materi dengan cepat. Selain itu, media gambar juga berperan di mata pelajaran seni lukis karena siswa akan lebih banyak menggambar atau menciptakan karya sendiri dari media lukis. 5. Media VideoVideo juga termasuk dalam media berbasis grafis. Berbeda dengan gambar, media video bisa meproyeksikan visual dan sound sehingga penangkapan materi oleh siswa bisa lebih efektif lagi. Salah satu media pembelajaran jenis video bisa ditemukan di YouTube yang menyediakan begitu banyak tutorial pendidikan. Media video sangat efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa karena semua indra akan tertuju kepada satu tujuan. 6. Media ManipulatifSederhananya, media ini menggunakan apa saja yang ada di sekitar untuk menjelaskan materi yang dibawakan. Seperti misalnya, guru sedang mengajar perhitungan dan pulpen akan dijadikan contoh dalam perhitungan tersebut. Dengan menggunakan media manipulatif yang lebih kreatif lagi, pengajar bisa memberikan edukasi kepada peserta didik lebih baik lagi. Media ini tidak berpatokan pada satu atau beberapa mata pelajaran saja, tetapi bisa digunakan di hampir semua mata pelajaran yang ada. KesimpulanMedia pembelajaran merupakan tempat yang menjadi pendukung usaha pengajar untuk memberikan pelajaran lebih baik lagi kepada peserta didik. |