Bagian organ pernapasan yang rusak pada penderita penyakit radang paru-paru / pneumonia adalah

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Bakteri bisa menetap di dalam tubuh, tapi tidak aktif menginfeksi atau disebut dengan kondisi TB laten. Saat aktif menginfeksi (TB aktif), bakteri akan menimbulkan gejala seperti batuk kronis.

Meskipun bakteri pada awalnya menyebabkan infeksi di paru-paru, bakteri juga bisa menyebar ke berbagai organ tubuh, seperti kelenjar getah bening, tulang, dan menyebabkan komplikasi.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjalani pengobatan tuberkulosis dengan teratur. Pasalnya, risiko kebal antibiotik bisa terjadi jika Anda tidak minum obat sesuai dengan anjuran dokter.

6. Efusi pleura

Istilah paru-paru basah memang sering digunakan pada penyakit pneumonia, tapi terdapat juga gangguan lain yang bisa menunjukkan kondisi yang sama, yakni efusi pleura.

Efusi pleura terjadi ketika ada penumpukan cairan di rongga pleura yang terletak di antara paru-paru dan dinding dada. Kondisi ini bisa terjadi akibat masalah kesehatan tertentu seperti gagal jantung, infeksi paru-paru, kanker, atau pankreatitis.

Pada pleura memang normalnya terdapat cairan yang dapat membantu pergerakan paru-paru dalam proses pernapasan. Akan tetapi, kelebihan cairan di paru-paru justru dapat mengakibatkan seseorang kesulitan bernapas.

Selain sakit di paru-paru, kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya sulit bernapas, batuk, demam, dan memiliki kadar oksigen dalam darah yang rendah.

7. Pleuritis

Bagian organ pernapasan yang rusak pada penderita penyakit radang paru-paru / pneumonia adalah

Pleuritis adalah peradangan yang menyerang pleura, yaitu selaput yang memisahkan kedua sisi paru dan dinding dada.

Peradangan pada pleura ini bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri yang menyerang saluran napas, tumor, patah tulang rusuk, kanker paru, luka di dada, hingga lupus. Radang selaput paru bisa menyebabkan sakit di dada saat bernapas disertai dengan gejala batuk dan demam.

Namun, rasa sakit pada paru-paru bisa bertambah parah dan menyebar ke tubuh bagian atas, memengaruhi bagian bahu dan punggung.

Gangguan paru seperti efusi pleura bisa ikut muncul akibat pleura yang meradang. Selain itu, komplikasi berbahaya berisiko terjadi akibat paru-paru tertekan oleh cairan dan nanah dan menyebabkan gagal napas.

Jika peradangan menyerang paru kiri, Anda dapat merasakan sakit yang cukup tajam pada paru-paru atau dada sebelah kiri.

8. Emboli paru

Emboli paru adalah kondisi saat salah satu arteri di paru-paru tersumbat oleh gumpalan darah. Penyebab penyakit paru-paru ini adalah terdapatnya gumpalan beku di pembuluh darah yang mengalir dari kaki ke arah paru-paru.

Akibatnya, gumpalan beku ini menghalangi aliran darah yang menuju paru-paru. Emboli paru bisa menyebabkan nyeri dada, sesak napas, tekanan darah rendah, hingga batuk darah.

Umumnya, penyakit paru ini dialami oleh lansia (usia lebih dari 70 tahun) dan orang-orang yang menderita obesitas. Kondisi yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah ke paru-paru ini dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

Anda perlu segera mencari pertolongan medis jika mengalami sakit pada dada yang tidak tertahankan dan gejala lain dari emboli paru.

9. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah kondisi yang terjadi akibat bocornya udara dari paru-paru dan masuk di antara paru-paru dan dinding dada. Udara yang bocor bisa memberi tekanan dan membuat paru-paru rusak.

Gangguan kesehatan ini bisa terjadi secara tiba-tiba pada orang sehat dan orang yang mengalami komplikasi penyakit paru. Penyebab lain penyakit ini adalah kanker paru-paru, PPOK, cedera dada, dan operasi dada atau perut.

Pneumotoraks sebenarnya menandakan bahwa paru-paru tidak dapat berfungsi dengan optimal dalam mengalirkan udara. Maka dari itu, kondisi ini biasanya menimbulkan gejala, seperti nyeri dada, gagal napas, hingga gagal jantung.

10. Hiperventilasi

Bagian organ pernapasan yang rusak pada penderita penyakit radang paru-paru / pneumonia adalah

Hiperventilasi adalah kondisi saat kadar karbon dioksida dalam tubuh berkurang secara drastis. Kondisi ini biasa terjadi saat seseorang mengalami serangan panik (panic attack).

Kondisi ini sangat memengaruhi kerja paru-paru, ditandai dengan perubahan fase pernapasan seperti bernapas terlalu cepat serta rasa nyeri di dada.

Banyaknya karbon dioksida yang terbuang memicu penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Akibatnya, Anda akan merasa pusing, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, mati rasa dan kesemutan pada jari, hingga hilang kesadaran atau pingsan.

Penyebab lainnya yang bisa memicu hiperventilasi adalah ketakutan berlebihan atau fobia, stres, efek samping obat-obatan, kehamilan, dan infeksi di paru-paru.

Serangan panik bisa datang berulang kali, tapi Anda bisa mengatasinya dengan melakukan teknik pernapasan dalam, mengelola stres, dan jika diperlukan pengobatan antidepresan yang dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.

11. Kanker paru

Kanker paru merupakan penyakit paru berbahaya. Beberapa gejala kanker paru, yaitu sakit paru-paru sebelah kiri atau sakit dada, batuk terus-menerus, mengi, batuk berdarah, suara serak, hingga peradangan di paru-paru.

Namun, tingkat keparahan gejala bisa berbeda tergantung dari tahapan atau stadium perkembangan sel kanker.

Setiap orang berisiko mengalami kanker paru, tapi perokok aktif dan pasif mempunyai risiko yang lebih tinggi. Selain itu, penyakit ini tak hanya bisa menyerang paru, tetapi juga menyebar ke bagian tubuh lainnya.

12. Kostokondritis

Kostokondritis terjadi ketika tulang rawan pada tulang rusuk mengalami peradangan hingga menyebabkan rasa nyeri. Sakit paru-paru sebelah kiri bisa menjadi salah satu gejalanya jika tulang yang meradang berada di kiri dada.

Rasa nyeri ini tak hanya terjadi di dada saja tetapi juga menyebar ke belakang. Kostokondritis tidak mengancam nyawa, akan tetapi rasa sakit yang menyerang bisa mengganggu. Kondisi ini terjadi akibat mengangkat beban terlalu berat.

Terdapat berbagai penyakit yang dapat menyebabkan gangguan di paru-paru. Meskipun memiliki gejala yang serupa seperti batuk dan sesak napas, setiap penyakit bisa memiliki tingkat keparahan gejala yang berbeda.

Setiap penyakit ini perlu diantisipasi, tapi Anda perlu mewaspadai penyakit yang memberikan dampak serius seperti kerusakan pada paru-paru. Apabila mengalami gangguan pernapasan yang tidak kunjung sembuh, segera berkonsultasi ke dokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat.

Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas.

Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.

Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari mulutnya dengan menggunakan masker.

 

Penyebab Pneumonia

Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit. 

Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:

1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum

Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati.

Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara lain:

  • Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.
  • Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
  • Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
  • Virus.

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit

Beberapa orang dapat terkena gangguan pada paru-paru ini saat dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik. 

Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu penyakit. Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan

Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang dirawat di fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal. Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.

Faktor Risiko Pneumonia

Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena pneumonia, seperti:

  • Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.
  • Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
  • Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
  • Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
  • Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
  • Merokok.
  • Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian pengobatan kemoterapi.
 

Gejala Pneumonia

Indikasi dan juga gejala ringan dari pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

  • Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
  • Batuk berdahak.
  • Mudah lelah.
  • Demam dan menggigil.
  • Mual dan muntah.
  • Sesak napas.
  • Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
  • Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami hipotermia.

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.

 

Diagnosis Pneumonia

Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah dialami, termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, dokter akan mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.

Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan adalah:

  • Tes darah.
  • Rontgen dada.
  • Oksimetri nadi.
  • Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:

  • Tes gas darah arteri.
  • Bronkoskopi.
  • CT Scan.
  • Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto rontgen dada. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengobatan Pneumonia

Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

  • Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
  • Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.

Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

  • Mengalami gangguan kesadaran.
  • Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
  • Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
  • Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
  • Suhu tubuh di bawah normal.
  • Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.
 

Komplikasi Pneumonia

Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang mungkin bisa terjadi yaitu:

  • Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
  • Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
  • Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah.
  • Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat serius.
 

Pencegahan Pneumonia

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:

  • Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya pneumonia. Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang penyakit ini semakin kecil. Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan jenis yang berbeda. Perlu juga untuk memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.
  • Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan ini dengan mencuci tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
  • Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi infeksi pernapasan.
  • Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur, serta mengonsumsi makanan sehat.
 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala di atas, segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. 

Untuk mendapatkan pemeriksaan terkait gejala pneumonia, kamu bisa lho melakukannya melalui aplikasi Halodoc. Dengan fitur janji medis, segala kemudahan dalam pemesanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan di berbagai rumah sakit rekanan Halodoc. Maka dari itu, segera download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia.
NHS. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Pneumonia.

Diperbarui pada 20 Juni 2022