A. ASPEK PSIKOMOTOR DALAM PEMBELAJARAN Menurut Arikunto (2010) psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”, “sensory motor”atau “perceptual-motor”. Dengan kata lain dapat diartikan ranah psikomotor ini berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagian-bagianya. Gerak yang dimaksud disini mulai dari gerak yang sederhana sampai yang lebih komplit. Hamid (2009) menambahkan bahwa psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk menggali potensi keterampilan atau penampilan sesorang dalam mengaplikasikan bidang keilmuannya. Penilaian aspek psikomotor lebih mengutamakan aspek proses bukan hasil, dimana akan banyak sekali aspek-aspek yang nantinya dapat dinilai dari psikomotor siswa setelah mereka menerima imformasi-informasi teoritik (Nitko ,2006 dalam Anwar, 2009). Anwar (2009) bahwa pada dasarnya penilaian psikomotor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif. Jadi penilaian psikomotor tidak berdiri sendiri tetapi mesti didahului dengan penilaian dari ranah kognitif bahkan afektif terlebih dahulu. Aspek-aspek untuk menilai ranah psikomotor ini juga dijelaskan oleh Hamid (2009) yang merumuskan kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek psikomotor diantaranya gerakan reflek, gerakan dasar, gerakan terampil, gerakan persepsi, gerakan kemampuan, gerakan indah dan kreatif. Dave (1967) dalam Lutfi ( 2011) juga membagi tingkatan hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: 1. Imitasi (meniru) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Kata operasionalnya yang digunakan pada tingkatan ini misalnya mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan, mengatur, mengumpulkan, menimbang, mengonstruksikan, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan. 2. Manipulasi Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini antara lain mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, mencampur, memilah, melatih, memperbaiki, membuat, menempatkan, mengidentifikasikan, mengisi, memanipulasi, mereparasi. 3. Presisi (Ketetapan) Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan hampir sama dengan kata kerja pada tingkatan manipulasi tetapi dengan control yang lebih dan kesalahan yang lebih sedikit. 4. Artikulasi Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini adalah mengalihkan, mengemas, memutar, menarik, mendorong, memindahkan, mengirim, memproduksi, mengoperasikan, mencampur, membungkus, menggantikan dan lain-lain. Contohnya peserta didik disuruh untuk membuat herbarium. 5. Naturalisasi (pengalamiahan) Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh apabila siswa tiba-tiba disuruh oleh gurunya untuk mengambar sebuah organel sel kedepan kelas Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengambar organel sel tersebut dengan bagus. Academia.edu no longer supports Internet Explorer. To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Penilaian Psikomotorik – Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan. Penilaian Psikomotorik dilakukan oleh pendidik melalui pengamatan terhadap perkembangan psikomotorik peserta didik. Mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan Penilaian psikomotorikAda beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik. Unsur penilaian psikomotorikSecara umum unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan dan penyusunan penilaian psikomotorik dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
Adapun dasar-dasar hukum yang menjadi landasan pentingnya penilaian psikomotorik sebagai berikut:
Baca Juga: Pengertian Variabel dan Macam-Macam Variabel Pengembangan penilaian psikomotorikBerikut ini adalah mekanisme pengembangan penilaian psikomotorik :
Instruksi KerjaAdapun instruksi kerja proses penyusunan instrumen penilaian psikomotorik sebagai berikut:
Contoh penilaian psikomotorikTeknik dan Instrumen Penilaian Keterampilan (psikomotorik) :
Contoh Instrumen Penilaian Psikomotor pada Mata Pelajaran Biologi Contoh Instrumen Menggunakan Mikroskop :
Skor hasil penilaian = x 100%Lembar Penilaian Psikomotorik: Menggunakan Mikroskop
Format Asesmen Kinerja Psikomotor
Daftar PustakaHayat, Bahrul. 2004. Penilaian Kelas dalam Penerapan Standard Kompetensi. Jurnal pendidikan Penabur No. 3 Desember 108-112. Kemendikbud. 2015. Penilaian Hasil Belajar (Perencanaan Penilaian, Penyusunan Instrumen, Dan Pelaksanaan Penilaian). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah , Direktorat Pembinaan SMP. Nurcahyani, Indah, Eko Setyadi, dan Sriyono. 2015. Pengembangan Penilaian Autntik Guna Mengukur Pengetahuan dan Kreativitas dalam Pembelajaran Fisika pada Peserta Didik SMA Negeri 6 Purworejo. Jurnal Radisi Volume 3 Nomor 1. Nurgiantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mutalazimah, dkk. 2008. Pengembangan Model Penilaian Autentik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Statistika. Jurnal Varia Pendidikan Volume 20 Nomor 2, 102-112. Rahayu, Yuni Sri dan Adi Rahmat. 2010. Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembalajaran Biologi SMA Transpor Sel. Direktorat Ketenagaan Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional. Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Penerbit Bumi Akasara, Jakarta Timur. Tirza. 2014. Makalah Penilaian Autentik. http://tirzapangkali2014.blogspot.co.id /2014/04/makalah-penilaian-autentik.html. Diakses pada tanggal 30 November 2015. Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta |