Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

DP3KB _ Penanggulangan masalah stunting bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sipil berbasis keagamaan berupaya membantu masyarakat mengatasi masalah stunting.

“Sebagai Organisasi Sosial Kemasyarakatan Keagamaan, Nahdlatul Ulama (NU) sangat peduli terhadap masalah kesehatan. Tiga aspek penting yang diperjuangkan NU adalah dakwah keislaman, pendidikan, dan pelayanan sosial (masyarakat),” Ketua Pengurus Cabang NU Brebes, Jawa Tengah KH Athoillah Syatori, Selasa, 20 Maret 2018.

Perangkat NU di bidang kesehatan adalah Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKPBNU) beserta badan-badan otonomnya seperti Muslimat, Fatayat, dan lainnya. Pelembagaan isu stunting menjadi program Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Brebes dengan penguatan jejaring dengan stakeholder setempat.

“Hal ini dilakukan agar penanggulangan masalah stunting bisa dilanjutkan oleh Pengurus NU Kabupaten (PCNU) dan pesantren-pesantren bekerjasama dengan stakeholder Setempat,” katanya.

Strategi pencegahan stunting yang dilakukan PC NU lainnya adalah mengadvokasi kebijakan publik untuk peningkatan kualitas dan kuantitas penanganan gizi buruk dan perbaikan pelayanan kesehatan masyarakat, terutama pos-pos kesehatan terpadu di tingkat masyarakat.

Kemudian yang tidak kalah penting, menurut Athoilah, yakni pengorganisasian dan peningkatan kapasitas tokoh agama mengenai isu stunting yang dilakukan dalam bentuk pemberian media KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), penguatan kapasitas untuk melakukan advokasi, peningkatan ketrampilan dalam melakukan penyuluhan (sosialisasi).

Adapun sasaran penanggulangan stunting adalah tokoh agama. Tokoh agama merupakan salah satu komponen penting di masyarakat untuk mempromosikan kesehatan dan gizi. Kekuatan jaringan yang luas dan kegiatannya yang aktif dari tokoh agama di akar rumput, dapat menyebarluaskan narasi agama yang membawa pesan-pesan, nilai, dan norma sosial yang dapat memberikan informasi mengenai stunting dan cara pencegahannya.

“Peran tokoh agama sangat berpengaruh penting dalam memberikan kontribusi bagi perubahan perilaku di masyarakat,” ujar Athoilah.

Sasaran selanjutnya adalah Masjid, Pesantren, dan Majlis Taklim. Setiap hari jum’at masjid

digunakan untuk sholat Jum’at, di mana proses transformasi informasi dan pengetahuan untuk membangun kesadaran masyarakat lebih mudah dengan media khutbah jum’at.

Pesantren tempat belajar dan melakukan pengajian keagamaan, dimana pengajian keagamaan fungsinya hampir sama dengan majlis taklim. Pesantren merupakan tempat strategis untuk melakukan interaksi dengan masyarakat melakukan penyadaran masyarakat. Majlis taklim biasanya dilakukan secara rutin seminggu sekali atau dua kali. Di sela-sela mengaji dan berzikir, biasanya ada ceramah dari

dai/daiah.

“Oleh karena itu, untuk memudahkan aktifitas, para tokoh agama diberikan panduan buku praktis mengenai stunting, media poster dan buku khutbah untuk materi ceramah di masjid, pesantren, dan majlis taklim,” pungkasnya. (Kuntoro)

Maksimalkan peran agen pelopor perubahan dan penguatan pusat-pusat perubahan GNRM di daerah, Nahdlatul Ulama (NU) gelar pelatihan pemimpin agama pelopor perubahan yang melibatkan madrasah kader NU di sejumlah provinsi Indonesia, salah satunya di Provinsi NTB .

Jakarta (09/11/2021) Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) terus berlanjut. Peran serta seluruh pihak termasuk organisasi masyarakat, sangatlah penting untuk menjadi pusat-pusat perubahan atau lingkungan yang turut membangun karakter dan mensosialisasikan GNRM. Dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar workshop “Pemimpin Agama Pelopor dan Penggerak Gerakan Nasional Revolusi Mental” yang melibatkan madrasah kader NU di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Jumat (1/10).

Ketua I Tim Ahli Gugus Tugas Nasional GNRM, Prof. Ravik Karsidi, menyebut NU sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia memainkan peran strategis sebagai pusat perubahan GNRM. Setali tiga uang, sambungnya, menjadi wadah perluasan kampanye publik nilai-nilai strategis instrumental Revolusi Mental yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan melalui lima gerakan perubahan (Gerakan Indonesia Melayani Bersih, Tertib, Mandiri, dan Bersatu) sebagaimana tertuang dalam Inpres No. 12 Tahun 2016 Tentang GNRM.

“Strategi implementasinya dapat dilakukan dengan mengorganisasikan program yang melibatkan pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, dari tingkat nasional sampai tingkat komunitas,” terang Prof. Ravik Karsidi yang hadir mewakili Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

Ia berharap melalui workshop “Pemimpin Agama Pelopor dan Penggerak Gerakan Nasional Revolusi Mental” melalui madrasah kader NU tersebut dapat mendukung sinergitas dalam membangun manusia Indonesia unggul yang damai, toleran, santun, dan berkarakter. Lebih lanjut, para pemimpin agama dan seluruh kader NU pun dapat menjadi agen pelopor perubahan yang mengedukasi nilai dan gerakan aksi Revolusi Mental pada komunitas masing-masing secara berkelanjutan.

“Semoga forum ini dapat melahirkan berbagai pemikiran ke-Islaman yang produktif bagi kemajuan bangsa. Semoga kita senantiasa dapat ikhtiar dalam menjaga semangat nasionalisme, menjaga NKRI, dan mengedukasi masyarakat menggunakan nilai-nilai ajaran agama,” tutur Prof. Ravik.

Workshop bagi madrasah kader NU di NTB ini merupakan rangkaian kedua dari 7 lokasi kegiatan pelatihan pemimpin agama pelopor perubahan yang menyasar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) di sejumlah provinsi Indonesia. Workshop yang berlangsung selama tiga hari pada 1-3 Oktober 2021 itu dilangsungkan secara luring di Hotel Grand Legi Mataram, NTB, dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Untuk diketahui, workshop ini merupakan salah satu rangkaian agenda kegiatan sepanjang tahun 2021 sebagai tindak lanjut nota kesepahaman bersama (MoU) antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Kemenko PMK. Diharapkan melalui kerja sama tersebut, sosialisasi dan aksi nyata GNRM menjadi lebih cepat, masif, dan mencakup sinergi lima pihak pemangku kepentingan (pentaheliks) yakni penyelenggara negara, dunia pendidikan, media, dunia usaha, dan masyarakat. #AyoBerubah #RevolusiMental #PeloporPerubahan

Reporter: Melalusa Susthira K.

Editor: Wahyu Sujatmoko

Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Diunggah oleh:

Administrator
Sekertariat Revolusi Mental

Satker Revolusi Mental

  • Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

  • Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

  • Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat


Jakarta, Kominfo – Sebagai organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) telah aktif berperan dalam meningkatkan pemberdayaan umat Islam. Gerakan NU di bidang perbaikan keagamaan (diniyah) sudah sangat dirasakan manfaatnya oleh seluruh komponen bangsa, namun dalam gerakan kemasyarakatan dinilai belum optimal. Oleh karena itu, NU perlu  memaksimalkan peran aktifnya dalam meningkatkan gerakan kemasyarakatan.

“Akan tetapi dalam gerakan kemasyarakatan NU perlu melakukan upaya-upaya yang lebih maksimal agar tidak tertinggal, terutama dalam bidang ekonomi dan teknologi informasi untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk warga NU,” ucap Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-98 melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2 Jakarta, Sabtu (27/02/21).

Lebih jauh Wapres mengimbau NU agar memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan para pengusaha kecil naik kelas, karena jumlah usaha mikro kecil di Indonesia mencapai 99%, dan sebagian besarnya warga NU.

“Langkah yang perlu dilakukan juga adalah menumbuhkan para pengusaha baru melalui inkubasi dari kalangan nahdliyin sesuai dengan semangat nahdlatu al tujjar (kebangkitan para pengusaha) yang telah digaungkan oleh para ulama pada tahun 1918,” pesan Wapres.

Sebagai organisasi kebangkitan ulama, Wapres menegaskan, NU juga harus mengambil peran aktif dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, yang mencakup pengembangan industri halal, bisnis syariah, keuangan syariah, penguatan tata kelola dana sosial yang Islami, baik zakat, infak, sedekah, maupun wakaf, yang juga sedang digencarkan oleh pemerintah.

Selain itu, Wqpres menambahkan, NU juga perlu segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang telah menimbulkan disrupsi di berbagai bidang kehidupan.

“Saya mengetahui bahwa NU sudah mengembangkan berbagai platform digital dalam banyak kegiatan yang dilakukan. Namun tetap perlu adanya penguatan terutama dalam rangka mengharmonisasikan platform digital dan kontennya sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakat khususnya kalangan milenial,” imbaunya.

Sebagai upaya melaksanakan program terkait perkembangan tersebut, Wapres mengatakan, perlu  menyiapkan tokoh-tokoh perubahan (rijalul ishlah/ reformers). Di samping itu, NU juga perlu membangun pusat-pusat perubahan/perbaikan (markazul ishlah) sebagai contoh-contoh yang nantinya dapat direplikasi di berbagai wilayah dan cabang.

“Untuk itu, saya mengajak segenap pengurus dan warga NU, untuk kembali membangun semangat ke-NU-an (hamasah nahdliyah) seperti yang ditanamkan oleh para pendiri dan perintis NU. Pelajaran dari para sesepuh kita pada masa itu,” ajaknya.

Selanjutnya Wapres mengungkapkan, survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang dilakukan pada Februari 2019, menyebutkan bahwa jumlah warga NU mencapai 49,5 persen atau sekitar 108 juta orang dari jumlah penduduk muslim Indonesia yang berjumlah sekitar 229 juta orang.

“Ini kekuatan besar apabila dapat dikonsolidasikan menjadi kekuatan ekonomi masyarakat dan negara,” ucap Wapres.

Dengan kuatnya pilar ekonomi gerakan NU, Wapres meyakini pilar pemikiran dan kebangsaan NU, yang selama ini sudah menjadi arus utama, juga akan makin kuat.

“Dengan modal pilar gerakan ekonomi yang semakin kuat, saya harapkan NU tidak sekedar memainkan peran penting dalam memulihkan dan membangun kembali perekonomian masyarakat dan negara Indonesia, tapi juga terus berperan penting dan dapat menjadi role model Gerakan Islam dalam skala global,” pesan Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres memberikan ucapan selamat Harlah ke-98 NU dan berharap NU tetap aktif membangun ekonomi umat.

“Sebagai penutup, sekali lagi saya ucapkan selamat Harlah ke-98 NU. Semoga semakin produktif menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dan semakin kokoh meneguhkan komitmen kebangsaan dan memberdayakan ekonomi umat,” pungkasnya.

Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Workshop KaTa Kreatif merupakan program pelatihan promosi dan pemasaran secara digital kepada pelaku UMKM ekonomi kreatif yang rutin dilakuk Selengkapnya

Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Islam mengajarkan kepada umatnya agar memanfaatkan apa yang ada di bumi untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia, tetapi juga melaran Selengkapnya

Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Presiden meminta agar para jemaah divaksinasi saat berada di asrama haji sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Selengkapnya

Bagaimana peran NU dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat

Kepala Negara juga memberikan sejumlah bantuan bagi para penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH), utamanya bagi yang memiliki usaha Selengkapnya