Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

pixabay

Nugget dimasak menggunakan minyak banyak dan mengandung pengawet, menjadikannya kurang cocok sebagai camilan anak.

Rep: Lintar Satria Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menggelar kuliah umum “Standarisasi Pangan Olahan Siap Saji dengan Teknik Radiasi Berbasis Pangan SNI Iradiasi”  Universitas Brawijaya. Pakar radiasi pada produk pangan BATAN Siti Zubaidah Irawati mengatakan ke depan teknik radiasi ini sangat diperlukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi masalah pangan. “Harus kita bedakan dahulu antara irradiation food dan food radiation. Irradiation Food adalah produk pangan yang teradiasi sementara food radiation adalah prosesnya, dimana suatu produk pangan akan diradiasi terkontrol untuk memperpanjang masa simpannya sekaligus memperbaiki keamanan pangannya," ujar dia, Jumat (23/10).Teknik radiasi ini berguna dalam proses pengawetan makanan tanpa menghilangkan kandungan  nutrisi serta cita rasa. Pangan siap saji berbahan baku hewani yang dimasak dengan resep tradisional umumnya hanya dapat bertahan pada suhu kamar kurang dari dua hari. Saat ini banyak teknologi yang dapat diterapkan  untuk membantu memperpanjang masa simpannya. Dan teknik radiasi merupakan salah satu alternatif lain yang dapat diterapkan untuk memperpanjang masa simpan sekaligus tetap menjaga mutu dan keamanan pangan.Siti mengatakan salah satu produk pangan yang telah BATAN coba adalah rendang. BATAN telah mengkaji bersama beberapa instansi terkait seperti BPOM, Kementrian Kesehatan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, BAPETEN, IAEA, WHO dan FAO. BATAN juga telah melakukan sampel pada korban bencana alam di Jawa Tengah dan  gempa bumi Nepal, April 2015 lalu. Dari 200 sampel yang datanya diambil datanya di Jawa Tengah, para korban yang kami beri rendang dengan teknik radiasi menyatakan lebih enak daripada rendang tanpa teknik radiasi. Untuk melakukan teknik radiasi ini, yang dibutuhkan adalah radionuklida penghasil sinar gamma (cobalt-60, cesium-137) pada dosis maksimal 5 MeV, mesin berkas elektron (maximal 10 MeV) serta sinar X (maximal 5 MeV) serta bahan pangan kering, beku ataupun segar. Pada dosis rendah (kurang atau sama dengan 2 MeV) teknik ini berguna untuk menunda pertunasan dan pematangan.

Sementara pada dosis sedang (3-10 MeV) berguna untuk membasmi reangga, dekontaminasi dan mengeliminasi mikroba (patogen) dan membasmi parasit. Sementara teknik radiasi dosis tinggi (diatas 10 MeV) berguna untuk sterilisasi. Saat ini telah terbit SNI dan RSNI Pangan Radiasi yaitu SNI ISO 14470-2011 tentang iradiasi pangan dan persyaratan indikator untuk pangan.

  • batan
  • teknik radiasi
  • pengawetan makanan
  • teknologi batan

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi


 

Pengawetan Produk Makanan Dengan Iradiasi

A.      PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri.

Dahulu makanan cepat saji (instant) menggunakan pengawet dari bahan kimia seperti natrium benzoat, asam sitrat, dll. Seiring berkembangnya zaman, ditemukannya bukti-bukti bahwa efek dari bahan pengawet tersebut berbahaya karena menggangu bagi kesehatan. Selain itu, bahan pengawet buatan tersebut juga mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut mendorong para peneliti untuk mencari teknik pengawetan makanan yang lebih praktis. Salah satu tekniknya yaitu dengan iradiasi.

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.

Penggunaan radiasi untuk pengawetan pangan mulai di pelajari secara intensif sejak tahun 1950 di Amerika Serikat dan beberapa negara eropa yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lain di dunia. Perhatian dunia yang demikian besar disebabkan pengawetan dengan iradiasi ternyata mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, bila dibandingkan dengan dengan proses pengawetan lain yang dikenal selama ini. Sifat-sifat sinar gama, sinar X, atau sinar elektron yang digunakan dalam proses ini mempunyai daya tembus besar serta merupan proses yang tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang diradiasi (Maha, 1981). Sifat ini menyebabkan dapat digunakan untuk pengawetan baha pangan yang telah dikemas dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah dibekukan, sehingga penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran bahan pangan tidak berubah  karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan (Goresline, 1973).

B.       PERKEMBANGAN MUTAKHIR

1.        Jenis radiasi

Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.  Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion adalah radiasi partikel a, b dan gelombang elektromagnetik g  Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).

Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik.  Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.

2.        Dosis iradiasi

Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan.  Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.  Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen

Tabel 5.  Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan

Tujuan

Dosis (kGy)

Produk

Dosis rendah (s/d 1 KGy)

Pencegahan pertunasan

Pembasmian serangga dan parasit

Perlambatan proses fisiologis

0,05 – 0,15

0,15 – 0,50

0,50 – 1,00

Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,

Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering

Buah dan sayur segar

Dosis sedang (1- 10 kGy)

Perpanjangan masa simpan

Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen

Perbaikan sifat teknologi pangan

1,00 – 3,00

1,00 – 7,00

2,00 – 7,00

Ikan, arbei segar

Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku

Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)

Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy)

Pensterilan industri

Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya

10 – 50

Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril

1 Hanya digunakan untuk tujuan khusus.  Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini.

3.        Prinsip pengawetan

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Gambar di atas terlihat bahwa sumber iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan. Apabila hal ini terjadi maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981).

4.        Efek pada produk makanan

Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.  Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.

5.        Keunggulan dan kelamahan

Keunggulan utama dari irradiasi adalah:

a.    Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik makanan,

b.    Dapat dilakukan pada makanan kemasan dan makanan beku,

c.    Dapat dilakukan pada makanan segar melalui satu kali operasi dan tanpa menggunakan tambahan bahan kimia,

d.   Hanya membutuhkan sedikit energi,

e.    Perubahan pada aspek nutrisi dapat dibandingkan dengan metoda pengawetan makanan lainnya, dan

f.     Proses otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah.

Adapun kelemahannya, yaitu

a.    Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual,

b.    Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan,

c.    Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan,

d.   Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi,

e.    Hilangnya nilai nutrisi makanan,

f.     Sampai sekarang, prosedur analitik dalam mendeteksi apakah makanan telah diirradiasi belum mencukupi, dan resistensi publik disebabkan oleh kekhawatiran akan pengaruh radioaktif atau alasan lain yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap industri nuklir.

6.        Contoh-contoh makanan instant yang diradiasi

Table 2. Jenis komoditas bahan pangan segar dan olahan yang telah dan sedang diteliti di PATIR – BATAN.

No.

Komoditas

Tujuan Iradiasi

Batas Dosis Maksimal (Kgy)

Keterangan

I. Makanan siap saji steril 

a.

Pepes ikan mas

Sterilisasi dan menghilangkan bakteri patogen aerob dan anaerob

45

Skala semi pilot

- Kemasan laminasi khusus vakum

- Iradiasi kombinasi dengan CO2 padat

- Penyimpanan suhu kamar (28 – 30˚ C)

b.

Pepes ayam

-   idem   -

45

-   idem   -

c.

Kare ayam

-   idem   -

45

-   idem   -

d.

Semur ayam

-   idem   -

45

-   idem   -

e.

Rendang daging sapi

-   idem   -

45

-   idem   -

f.

Empal daging sapi

-   idem   -

45

-   idem   -

g.

Semur daging sapi

-   idem   -

45

-   idem   -

II. Makanan olahan/ makanan ringan  

a.

Dodol

Dekomtaminasi dan memperpanjang masa simpan

3 -  5

Skala semi pilot

b.

Bakpia

-   idem   -

3 -  5

Skala laboratorium

III. Buah dan Sayuran

a.

Mangga

Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan

0,75

Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit

b.

Pepaya

-   idem   -

0,75

Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit

c.

Tomat apel

-   idem   -

1 - 2

Skala laboratorium

d.

Pisang ambon

-   idem   -

0,25

Skala laboratorium

e.

Brokolli

Memperpanjang masa simpan dan karantina

0,4

Skala laboratorium

f.

Asparagus

Memperpanjang masa simpan dan menunda pertunasan

1

Skala laboratorium
+ blansir air 55˚ C, 5 menit

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Makanan olahan

Buah segar

Sayuran segar

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Produk olahan hewan
(sosis, beef burger, dll)

Produk perikanan kering

Menunda pertunasan kentang
dan bawang putih

7. 

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Bagaimana cara pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

Pengawetan rimpang dan umbi-umbian

Pengawetan rempah-rempah

8.        Jurnal yang berkaitan


C.   

C.       PENUTUP

-       Kesimpulan

Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, yaitu sesuai dengan rekomendasi dari FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.

Teknik pengawetan dengan iradiasi dapat menjadi salah satu alternatif pengganti pengawetan dengan bahan pengawet.

-       Saran

Perlu diadakannya sosialisasi pengawetan bahan makanan dengan radiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan meliputi keamanan penggunaan radiasi, kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan pengawet dalam produk makanan.


DAFTAR PUSTAKA


Page 2