Apa yang patut kita lakukan terhadap sifat dan perilaku Abu Bakar dan Umar bin Khattab

Jakarta -

Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab menjadi Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat. Abu Bakar menjadi khalifah pertama selama kurang lebih 2 tahun yakni dari tahun 632-634 M atau tahun ke 11 hingga 13 Hijriah. Sementara Umar menjadi khalifah dari tahun 634 sampai 644 Masehi atau 13 sampai 23 tahun Hijriah.

Di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, penyebaran Islam diperluas hingga keluar dari jazirah Arab yakni wilayah Irak dan Suriah. Pun begitu di masa Umar bin Khattab, wilayah Islam kian diperluas hingga ke Libya, Persia, Irak, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra, Syria, Yordania, dan Baitul Maqdis di Yerusalem.

Meski menjadi Khalifah dengan daerah yang berhasil ditaklukkan sangat luas, namun Abu Bakar dan Umar bin Khattab hidup dalam kesederhanaan. Keduanya tidak tinggal di istana megah dan berpakaian mewah. Bahkan Abu Bakar yang semasa mudanya kaya raya, saat meninggal tak meninggalkan sepeserpun harta. Semua hartanya sudah disedekahkan untuk perjuangan Islam.

Hingga Aisyah bingung dengan kain apa nanti mengkafani Abu Bakar jika wafat. Aisyah istri Rasulullah SAW sempat menanyakan hal itu kepada sang ayah.

"Dengan baju yang biasa aku pakai saat makmum shalat bersama Rasulullah," jawab Abu Bakar.

Aisyah tahu, baju itu sudah usang. Maka dia pun menawarkan untuk membeli kain kafan baru. Namun Abu Bakar menolaknya. Menurut Abu Bakar, orang yang hidup lebih berhak menggunakan barang yang baru ketimbang orang yang meninggal.

Pada Senin 21 Jumadilakhir tahun ke-13 hijrah atau 22 Agustus 634 Masehi, Abu Bakar Ash Shiddiq wafat. Atas permintaanya, Abu Bakar dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW. Adalah Umar bin Khatab bersama dengan Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakar yang memakamkan jenazah Abu Bakar. Sang 'raja' itu dimakankan dengan kain kafan lusuh bekas baju yang biasa dia pakai makmum sholat bersama Nabi Muhammad SAW.

Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab menggantikannya sebagai khalifah. Sama seperti Abu Bakar, Umar juga hidup sederhana saat memimpin umat Islam, meski wilayah kekuasaannya kian luas.

Kesederhanaan Khalifah Umar ini sempat membuat warga Yerusalem terkecoh. Pada tahun 637 Masehi, saat pasukan Muslim berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Umar bin Khattab diundang ke Yerusalem. Dari Madinah, Umar hanya ditemani oleh seorang pembantunya. Mereka berdua mengendarai seekor unta secara bergantian.

Saat memasuki Yerusalem giliran Umar yang kebagian jatah memegang tali kekang Unta, sementara sang pembantu naik di punggung Unta. "Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya yang memegang tali Unta, Tuan seharusnya yang naik di punggung Unta," kata sang pembantu seperti dikutip dari buku, The Khalifah karya Abdul Latip Talib.

Namun, Umar menolak karena sesuai kesepakatan mereka berdua, kebetulan saat masuk wilayah Yerusalem giliran sang pembantu yang naik di punggung unta. Warga Yerusalem pun mengira bahwa yang berada di atas unta tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab, sementara laki-laki berbaju tambalan yang menarik unta itu adalah pembantunya.

Padahal justru laki-laki berbaju tambalan itulah Khalifah Umar bin Khattab. Kesederhanaan juga ditanamkan Umar kepada pasukan Islam waktu itu. Maka ketika dia melihat tentara Islam mengenakan baju dan mewah saat berhasil merebut kembali Baitul Maqdis, Umar sempat marah.

"Aku lihat kalian telah berubah karena telah terpengaruh kemewahan. Aku berhentikan kalian karena karena bermewah-mewah dengan pakaian. Sesungguhnya, untuk mencapai keberhasilan hanya bisa dilakukan dengan mengikuti sunah Rasulullah," kata Umar kepada pasukannya.

Namun rupanya pasukan Umar mempunyai alasan menggunakan pakaian tersebut saat itu. "Kami memakai pakaian ini karena dapat menahan tikaman senjata musuh. Karena itulah kami selalu memakainya," kata mereka kepada Khalifah Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab pun tak jadi marah. Dia mengizinkan pasukannya tetap menggunakan pakaian tersebut. Namun sang Amirul Mukminin yang mendapat julukan Al Faruq dari Rasulullah SAW itu tetap milih menjadi khalifah yang sederhana. Hingga wafatnya pada 27 Dzulhijjah tahun 23 hijriyah atau 644 Masehi, Umar tak menumpuk harta kekayaan.

Selama menjadi khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab tak pernah duduk di singgasana megah sebagaimana raja yang daerah kekuasaannya begitu luas. Mereka ibarat, dua raja tanpa singgasana.

(erd/erd)

Pendidikan Agama Islam Kelas V 88 Setelah kita membaca kisah Khalifah Abu Bakar r.a. dan Khalifah Umar bin Khattab r.a., kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah keduanya. Kedua khalifah tersebut memiliki perilaku terpuji yang dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku terpuji apa saja yang dapat kita teladani dari kedua khalifah tersebut? Marilah kita baca materi di bawah ini. Abu Bakar r.a. merupakan sahabat Nabi Muhammad saw. yang tertua. Abu Bakar r.a. mendapat gelar as Siddiq karena beliau adalah orang yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra dan Mikraj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Setelah Abu Bakar masuk Islam, seluruh harta bendanya digunakan untuk membantu Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan agama Islam. Abu Bakar dikenal sebagai seorang yang dermawan. Beliau sering kali mendermakan hartanya untuk menolong kaum muslimin yang membutuhkan, pertolongan memerdekakan budak, dan memuliakan para tamu. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau selalu meminta kepada kaum muslimin untuk mengawasi dan membantunya selama menjadi khalifah. Beliau tidak pernah marah apabila ada orang lain yang memberi saran dan mengkritiknya. Abu Bakar selalu mengajak para sahabat yang lain untuk bermusyawarah ketika akan memutuskan suatu permasalahan. Abu Bakar adalah seorang khalifah yang dikenal memiliki sifat penyabar. Hal itu ditunjukkannya ketika beliau menemani Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan agama Islam. Meskipun Abu Bakar sering mendapat cemoohan dan hinaan dari orang-orang kafir Quraisy, namun beliau selalu bersikap sabar. Di Saat menjabat sebagai khalifah, Abu Bakar selalu berusaha untuk berlaku bijaksana dan banyak memajukan umat Islam. Seluruh harta, tenaga, dan pikirannya dicurahkan untuk kepentingan dakwah Islam. Segala hal yang bertentangan dengan dakwah Islam dapat diselesaikannya dengan baik, seperti munculnya para nabi palsu, serta banyaknya orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Abu Bakar dapat menyelesaikan permasalahan dengan jiwa yang tenang dan tidak mudah emosi. Demikianlah beberapa perilaku terpuji dari Khalifah Abu Bakar r.a. yang dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus selalu membiasakan Gambar 9.1. Khalifah Abu Bakar selalu mengajak para sahabatnya untuk bermusyawarah ketika akan memutuskan suatu permasalahan. Perilaku Terpuji Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar bin Khattab 89 untuk berkata jujur, suka menolong orang lain, suka bermusyawarah, serta selalu berusaha bersikap sabar dan tidak mudah emosi.

Lihat dokumen lengkap (134 Halaman - 2.75MB)

Abu Bakar As Shiddiq ialah salah satu khalifah atau pemimpin setelah Rasulullah SAW wafat. Baliau memiliki sifat rendah hati yang membuatnya dicintai banyak umat. Dalam satu cerita, bahkan Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa Abu Bakar As Shiddiq merupakan sahabat yang paling dicintainya. Nah, Pinhome akan sebutkan sifat-sifat yang dimiliki Abu Bakar As Siddiq dalam artikel ini. Simak yuk!

Pinhome – Yuk, ketahui sifat-sifat Abu Bakar As Shiddiq beserta penggalan ceritanya yang Pinhome sebutkan dalam ulasan berikut. Bisa menjadi pandangan atau inspirasi untuk Pins supaya lebih mengenal para sahabat Rasulullah SAW.

Mengenal Abu Bakar As Shiddiq

Apa yang patut kita lakukan terhadap sifat dan perilaku Abu Bakar dan Umar bin Khattab
(Lazismu)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, sahabat Amr bin As pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang siapa yang paling beliau cintai. Lalu, Rasulullah SAW pun menjawab,”Aisyah.”

Kemudian, Amr bin As pun bertanya kembali, siapakah mereka yang dari golongan laki-laki. Tak lama, Rasulullah SAW pun menjawab,”Ayah Aisyah, Abu Bakar.”

Berkat riwayat tersebut, Abu Bakar As Shiddiq dikenal atau disebut sebagai kekasih Rasulullah SAW. Lantas, siapa sebenarnya Abu Bakar As Shiddiq? 

Abu Bakar As Shiddiq memiliki nama asli Abdullah bin Utsman atau Abu Quhafah. Beliau menjadi khalifah pada tahun 632-634 Masehi atau tepatnya ketika 11-13 Hijriah di Madinah. 

Sebelum memeluk Islam, Abu Bakar ialah seorang pedagang yang kaya. Menurut sebuah cerita dalam satu buku, Abu Bakar bahkan memiliki lebih dari 40.000 dirham tunai.

Namun setelah masuk Islam, seluruh harta yang beliau dapatkan digunakan untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat. Jika meruntut dari sejarahnya, Abu Bakar dan Nabi Muhammad SAW sebetulnya sudah lama bersahabat. Bahkan sebelum beliau masuk Islam.

Hubungan Rasulullah SAW dan Abu Bakar cukup dekat karena perbedaan usia mereka yang tidak terlalu jauh. Selain itu, Abu Bakar juga dikenal sebagai remaja yang sabar, cerdas, lembut, dan jujur.

Bahkan karena kedekatan tersebut, Abu Bakar merupakan orang pertama yang masuk Islam atau disebut assabiqunal awwalun.

Baca Juga: Sifat-Sifat Yang Dimiliki Oleh Umar Bin Khattab Adalah Sebagai Berikut!

Sifat-sifat Abu Bakar As Shiddiq yang Perlu Diteladani 

Apa yang patut kita lakukan terhadap sifat dan perilaku Abu Bakar dan Umar bin Khattab
(Pexels)

Sebagai seorang khalifah, Abu Bakar As Shiddiq memiliki beberapa sifat baik yang bisa diteladani oleh Pins. Di bawah ini ada beberapa sifat-sifat Abu Bakar As Siddiq yang Pinhome sebutkan dan bisa kamu contoh. Berikut uraiannya: 

1. Setia kawan atau memiliki loyalitas tinggi 

Abu Bakar merupakan salah seorang sahabat yang setia. Sikap ini terlihat saat Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Yasrib. Kala itu Abu Bakar melakukan persiapan dengan membawa bekal dan menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan. 

Abu Bakar pun menemani Nabi Muhammad SAW saat bersembunyi dari kejaran orang kafir. Kisah mereka ini termuat dalam salah satu surah di Al-quran. Berikut bacaan: 

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا 

Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita…” – QS At-Taubah ayat 40.

2. Selalu Membenarkan Ucapan Rasulullah SAW

Selain menjadi orang pertama yang memeluk Islam, Abu Bakar juga merupakan orang pertama yang percaya akan Isra Miraj. Padahal beliau tidak mengdengar hal tersebut langsung dari Nabi Muhammad SAW.

Berkat hal inilah, Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq atau orang yang membenarkan apa yang dikatakan Rasulullah SAW. 

3. Suka menolong 

Salah satu sifat Abu Bakar yang patut diteladani yakni kebiasaan menolong sesama. Dalam satu cerita disebutkan bahwa Abu Bakar kerap memerdekakan budak-budak yang disiksa oleh tuannya karena mereka memeluk Islam. Salah satu orang yang dimerdekakan oleh Abu Bakar yaitu Bilal bin Rabah al Habsyi. 

4. Tawadhu atau rendah hati

Tawadhu atau rendah hati adalah salah satu sifat yang disukai Allah SWT. Sifat ini pun ada pada pribadi Abu Bakar As Shiddiq. Dalam sebuah kisah, Abu Bakar As Shiddiw biasa mengunjungi rumah para janda dan memerahkan susu domba mereka.

Hal tersebut beliau lakukan sebelum menjabat menjadi khalifah. Selain itu, beliau juga biasa mengunjungi rumah anak yatim untuk memasak hidangan mereka. 

Setelah dilantik menjadi khalifah, ada seorang janda yang berkata,”Sekarang dia (Abu Bakar) sudah tidak pernah lagi memerah susu kambing untuk kita.”

Abu Bakar yang mendengar perkataan tersebut pun langsung menjelaskan bahwa beliau tetap akan memerah domba untuk mereka. Beliau pun berharap, semoga status yang beliau emban sekarang tidak mengubang kebiasaannya dulu. 

Dalam kisah tersebut tergambar watak Abu Bakar yang merupakan seorang tawadhu. Meski kini kedudukan dan kehormatannya cukup tinggi, beliau tetap berusaha untuk rendah hati dan membantu sesama umat lainnya. 

5. Dermawan

Pinhome sebutkan sifat-sifat yang dimiliki Abu Bakar As Siddiq lainnya, yaitu dermawan. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah.

Dari musyawarah tersebut diputuskan bahwa Abu Bakar ialah orang yang tepat untuk menjadi pemimpin baru umat Islam. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar pun sudah dikenal kedermawanannya. Lantas, saat menjabat, sifat dermawannya semakin tak terkira. 

Suatu hari, Abu Bakar pernah memberikan umatnya jatah dari kas negara atau baitul mal. Beliau memberikan harta tersebut tanpa membeda-bedakan.

Lalu, kaum muslimin pun mendatangi Abu Bakar dan berkata,“Wahai Khalifah Rasulullah, mengapa engkau memberikan harta pada rakyat tanpa dibeda-bedakan? Padahal di antara mereka ada yang memiliki keutamaan, dan lebih dahulu memeluk Islam.”

Tanpa pikir panjang, Abu Bakar pun menjawab,”Adapun keutamaan dan lebih dulunya mereka memeluk Islam tidak ada yang mengetahuinya daripadaku.

Namun semua itu pahala di sisi Allah. Adapun pembagian jatah penghidupan, maka pembagian yang sama ini lebih baik daripada mengutamakan sebagian kalangan.”

Melihat sifat Abu Bakar yang sangat mulia, semoga kiranya kita dapat menirunya. Bila bisa demikian, kita akan semakin dekat dengan rida dan surga Allah SWT.

Baca Juga: Hadist Tentang Sedekah Dalam Islam Dan Penjelasannya

Temukan beragam pilihan rumah terlengkap di daftar properti & iklankan properti kamu di Jual Beli Properti Pinhome. Bergabunglah bersama kami di aplikasi Rekan Pinhome untuk kamu agen properti independen atau agen kantor properti. 

Kamu juga bisa belajar lebih lanjut mengenai Properti di Property Academy by Pinhome. Download aplikasi Rekan Pinhome melalui App Store atau Google Play Store sekarang!

Hanya di Pinhome.id yang memberikan kemudahan dalam membeli properti. Pinhome – PINtar jual beli sewa properti.

Kontributor: Lea

Editor: Annisa