Tuliskan tiga konsekuensi yang diterima penduduk Boston akibat peristiwa tersebut

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by ### on Sun, 24 Jul 2022 06:39:42 +0700 with category Sejarah and was viewed by 345 other users

Jawaban:

Dampaknya adalah Pemerintah Inggris menetaplkan berbagai keutusan untuk menghukum warga Boston dan koloni Massachussets, seperti menutup pelabuhan Boston, mengambil alih pemerintahan koloni, dan memungut pajak.

Hal ini menimbulkan dampak lebih lanjut yaitu meningkatnya perlawanan warga koloni-koloni di Amerika Serikat terhadap Inggris, yang berujung pada Revolusi Amerika.

Penjelasan:

semoga membantu ya ^_^

Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat!​


en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.


Tika Permata Sari /PIS

            The Boston Tea Party adalah sebuah bentuk protes masyarakat Boston yang menolak cukai teh yang dilakukan koloni Inggris karna mereka mulai menghapus semua bentuk cukai undang- undang kecuali cukai teh yang merupakan barang mewah bagi koloni, dan hanya dikonsumsi oleh sekelompok kecil orang sebagai akibat dari pergolakan perlawanan terhadap Undang-Undang Townshend yang dianggap merugikan pihak pedagang koloni. Hal ini merupakan awal dari dimulainya embargo kolonial terhadap "teh inggris" dan akan terus berlanjut, hingga sampai pada peristiwa yang memicu terjadinya coercive act, yaitu peristiwa Boston Tea Party.

Boston Tea Party atau Pesta Teh Boston  merupakan salah satu bentuk revolusi Amerika Serikat yang terjadi di pelabuhan Boston yang terjadi pada 16 Desember 1773. Pesta teh Boston berawal dari perlawanan penduduk Boston karena adanya perdagangan teh oleh perusahaan Hindia timur yang mengakibatkan kerugian yang besar penduduk Boston. Insiden ini berawal dari komoditas perdagangan teh perusahaan Hindia Timur masih memiliki jumlah persediaan teh yang banyak sehingga mengakibatkan perusahaan tersebut hampir mengalami kebangkrutan.

 Awalnya pedagang koloni telah menutup perdagangan teh Inggris di sepanjang pesisir Atlantik sehingga kapal-kapal pemuat teh tersebut harus kembali ke Inggris atau gudangnya. Namun, para agen menolak desakan para koloni dan tetap berlayar dan melabuhkan kapal ke pelabuhan Boston. Karena perlakuan tersebut, penduduk Boston ingin melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal yang akan berlabuh di pelabuhan Boston. Pada malam tanggal 16 Desember 1773, dengan menyamar sebagai Indian Mohawk, kaum kolonis yang dipimpin oleh Samuel Adam beserta rekan- rekannya menaiki tiga kapal Inggris bermuatan teh yang sedang berlabuh dan membuang tiga kargo teh kapal-kapal itu ke pelabuhan Boston.

 Samuel mengambil langkah ini karena mereka takut  jika teh-teh tersebut mendarat, para penduduk koloni akan terpaksa membayar pajak dan membeli teh tersebut dengah harga yang tinggi. Mahalnya pajak dan harga teh tersebut bukanlah tanpa alasan, Perusahaan Hindia Timur yang pada saat itu merupakan sekutu koloni inggris meminta tolong parlemen inggris untuk memonopoli semua teh yang diekspor ke koloni dikarenakan Perusahaan Hindia Timur yang mengalami situasi keuangan yang sulit. Dampak dari monopoli tersebut secara tidak langsung juga mempengaruhi kebijakan pajak dan harga teh yang memang cukup populer dan hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil orang.  Setelah tahun 1770, terjadi maraknya perdagangan ilegal sehingga sebagian besar teh yang dikonsumsi koloni Amerika berasal dari negara asing, diimpor secara ilegal dan bebas pajak sehingga lebih murah. Hal itu  merupakan ancaman bagi pedagang-pedagang kolonial independen yang menjadi kalah saing dengan teh dari hasil monopoli perusahan Hindia Timur yang lebih murah. Karena itulah para pedagang kolonial yang tergabung kedalam kelompok radikal memboikot teh dari perusahaan Hindia Timur, proses pemboikotan ini mencapai puncaknya pada peristiwa Tea Boston Party yang dipelopori oleh Samuel Adam bersama para rekan-rekannya.

Insiden Boston Tea Party tidak berakhir sampai disitu saja. Insiden tersebut membuat  kemarahan Inggris tersulut. Parlemen Inggris mengeluarkan peraturan-peraturan bagi koloni Amerika sebagai dampak dari perbuatan yang telah dilakukan oleh koloni Amerika. Peraturan-peraturan yang oleh para kolonis disebut sebagai undang-undang paksaan. Undang-undang paksaan tersebut berisi tentang :

(1) menutup pelabuhan kota Boston sampai muatan tehnya selesai dibayar

(2) anggota dewan rakyat Massachussetts akan ditunjuk oleh raja Inggris yang sebelumnya dipilih oleh rakyat koloni itu sendiri

(3) anggota dewan juri dalam pengadilan ditunjuk oleh Sherif yang merupakan bawahan gubernur, yang  sebelumnya dipilih oleh rapat koloni

(4) rapat kota diadakan hanya dengan gubernur, sedangkan sebelumnya tidak diperlukan.

Koloni Amerika terutama penduduk Boston tidak bisa menerima peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, sehingga penduduk koloni lain pun ikut memberikan dukungan melawan Inggris dengan mengadakan rapat antar koloni pada tanggal 5 Desember 1774, yang kemudian dikenal dengan istilah Kongres Kontinental.

Perang Kemerdekaan Amerika pada mulanya hanya merupakan penetang kebijakan Pemerintah Inggris yang dianggap semena-mena. Pada saat itu belum ada tujuan untuk mencapai kemerdekaan. Pertempuran pertama terjadi di Lexington,kemudian di Boston. Inggris meminta bantuan kepada penduduk Kanada untuk melawan penduduk Koloni Amerika. Namun permintaan itu di tolak dengan alasan senasib sebagai penduduk koloni. Bahkan paksaan Inggris terhadap penduduk Kanada malah menimbulkan pertempuran.keadaan tersebut dimanfaatkan oleh Bangsa Amerika dan mereka menyiapkan tentera yang dipimpin oleh George Washington yang pernah berjasa kepada Inggris dalam perang Tujuh Tahun.

Pada Tahun 1776, Thomas Paine mengutarakan pendapatnya dalam sebuah karangan yang berjudul Comon Sense yang berisi tentang gagasan Kemerdekaan . Pendapat Paine itu menyadarkan penduduk Koloni Amerika untuk mengubah tujuan perjuangan mereka dari menentang kebijakan Pemerintah Inggris menjadi perjuangan mencapai kemerdekaan. Tulisan tersebut mengejutkan banyak pihak, baik itu pihak kolonis maupun kolonial, sebab Thomas Paine merupakan seorang pemikir politik dan penulis dari Inggris yang menerbitkan pamfletnya dengan tujuan untuk membantu masyarakat koloni.  Efek dari 'Common Sense' ini semakin membulatkan tekad seluruh koloni untuk memisahkan diri. Namun hal itu tidak segera terwujud karena harus ada kesepakatan dari seluruh koloni demi terwujudnya pencetusan deklarasi kemerdekaan. Akhirnya pada tanggal 10 Mei 1776, setahun setelah pertemuan pertama Kontinental Kongres Kedua, sebuah resolusi disepakati oleh seluruh koloni untu memisahkan diri. Peristiwa tersebut diikuti oleh munculnya gagasan untuk mendeklarasikan kemerdekaan atas Inggris pada tanggal 7 Juni 1776 oleh Richard Henry Lee, seorang delegasi dari negara bagian Virginia yang disampaikan pada Kontinental Kongres Kedua.

Selanjutnya diadakan kongres Philadelphia yang dihadiri oleh wakil-wakil 13 daerah ( negara bagian ). Mereka sepakat untuk menanadatangani sebuah deklarasi yang dikenal dengan Declaration of Independence yang telah disusun oleh Thomas Jefferson pada tanggal 4 Juli 1776 yang dijadikan Hari Kemerdekaan Amerika. Kongres pun kemudian menyepakati adanya Articles of Confederation sehingga terbentuklah United States of America (USA). deklarasi ini disebutkan bahwa hak-hak tiap individu dalam memperoleh kebebasan adalah sama. Bahwa setiap orang memiliki hak asasi masing-masing yang patut diperjuangkan tanpa harus diinjak-injak satu sama lain. Semua yang diperjuangkan sebagai kemerdekaan adalah demi terciptanya kebahagiaan atas nama hak-hak dasar seseorang. Oleh karena itu, hal diatas sebenernya menjelaskan bahwa pengahapusan perbudakan besar-besaran di Amerika diperlukan adanya. Tidak ada yang berhak menjadi tuan atas lainnya dan mempekerjakannya secara tidak manusiawi. Namun, hak-hak tersebut perlu dipertanggungjawabkan. Dalam artian, harus ada yang mengontrolnya yaitu pemerintah. Pemerintah tersebut berasal dari yang diperintah atau dengan kata lain, demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mustopo,M.Habib dkk.2007. Sejarah SMA Kelas XI Program IPS. Jakarta:Yudhistira

Ismawati, Nur Siwi. 2011. LKS Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS . Klaten : VIVA Pakarindo



Page 2

tirto.id - 16 Desember 1773, tepat hari ini 246 tahun silam, puluhan orang yang berpakaian ala suku Indian menyerang kapal-kapal milik Inggris di Pelabuhan Boston, Amerika Serikat.

Pelaku banyak yang tergabung dalam organisasi rahasia Sons of Liberty. Mereka membuang ratusan peti kayu dari atas kapal sebagai bentuk protes terhadap monopoli serta penetapan pajak tinggi.

Peristiwa yang dikenang sebagai Boston Tea Party itu berujung dengan kemerdekaan Amerika Serikat pada tiga tahun setelahnya. Akar persoalannya bisa dilacak pada obsesi warga Inggris terhadap komoditas dalam peti yang ramai-ramai dibuang ke laut itu: daun Camellia sinensis, alias teh.

Markman Ellis dan kawan-kawan dalam bukunya Empire of Tea: The Asian Leaf that Conquered the World (2015) mencatat bahwa orang Eropa mula-mula mencicipi teh pada abad ke-17.

Di Britania Raya, popularitasnya meledak mulai abad ke-18. Sejak saat itu pula Inggris menjadi salah satu negara peminum teh terbesar di dunia. Rata-ratanya mencapai 1,9 kg per kapita.

Markman menegaskan, teh tidak akan populer di Inggris jika tidak terjadi peningkatan pasokan yang membuatnya lebih mudah diakses.

Inggris mengandalkan produksinya dari wilayah koloni seperti Cina dan India. Kegiatan mengimpor teh dilakukan oleh korporasi bernama British East India Company. Pada awal hingga pertengahan 1700-an, aktivitas impor mereka tercatat mengalami peningkatan hingga empat kali lipat.

Pada satu titik, Parlemen Inggris bahkan sampai melarang impor tekstil siap pakai dari Asia agar bisa fokus mengimpor teh. Kebijakan ini lambat laun mengganti popularitas mengonsumsi kopi yang harganya kian mahal, sementara harga teh makin terjangkau terutama pada era 1750-an.

Konsumsi teh berkembang di kalangan kelas menengah Inggris setelah penemuan gula. Tak lama setelahnya, meminum teh menjadi semacam kegiatan khusus yang terasa elite, bahkan patriotik.

Problem muncul saat konsumsi teh mulai meningkat di wilayah koloni, yakni ditandai dengan kemunculan korporasi-korporasi pesaing East India Company. Beberapa korporasi asal Belanda dikenal menjual teh selundupan ke Eropa maupun Amerika dengan harga jauh lebih murah. Pengepul maupun pedagang lebih menyukai transaksi dengan mereka, dan otomatis mengganggu dominasi Inggris.

Untuk menjaga praktik monopolinya, pada tahun 1721 Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang mengatur jual beli teh di wilayah koloni hanya boleh dilakukan melalui barang impor dari Britania Raya.

Baca juga: Sejarah Hidup George Washington, Tuan Tanah yang Jadi Presiden AS

Namun, aturan ini tidak menuai hasil yang diharapkan karena penjualan teh selundupan dari Belanda tetap berjaya di pasaran. Ditambah kondisi keuangan kerajaan Inggris yang mulai bobrok. Parlemen Inggris kemudian membuat dan menjalankan Undang-undang Townshend sebagai solusi.

Benjamin Woods Labaree dalam buku klasiknya yang berjudul The Boston Tea Party (1979) menjelaskan, Undang-undang Townshend adalah aturan penetapan pajak pertama yang Inggris tetapkan di wilayah koloni dengan tujuan untuk menambah kas kerajaan.

Undang-undang ini ditentang kelompok patriot Amerika seperti Whigs. Mereka berargumen bahwa Undang-undang tersebut adalah pelanggaran konstitusi Inggris yang menyatakan pajak hanya bisa dikenakan jika koloni memiliki perwakilan di parlemen—yang hingga saat itu belum terwujud.

Kelak argumen ini dikokohkan melalui slogan “no taxation without representation" (menolak pajak tanpa perwakilan), dan menjadi basis filososi para patriot yang menghendaki kemerdekaan ke-13 koloni Amerika.

Saat protes anti-Undang-undang tersebut kian meluas, Parlemen Inggris mencabutnya pada tahun 1770. Namun, mereka tetap mempertahankan sub-pasal mengenai cukai teh. Parlemen beralasan bahwa kerajaan Inggris memang punya hak untuk menetapkan pajak kepada rakyat Amerika.

Cukai ditarik saat peti-peti teh mendarat di Pelabuhan Boston yang menjadi pusat importir teh kolonial terbesar di dunia. Sementara penyelundupan teh ilegal tetap terjadi di Pelabuhan New York dan Philadelphia.

Aturan cukai teh hanya bertahan hingga tahun 1772. Oleh karena itu Parlemen Inggris segera mengesahkan Undang-undang Teh untuk melanggengkan penetapan cukai teh.

Rakyat Amerika yang makin muak karena tingkat kerugian semakin besar kemudian memulai aksi-aksi protes yang lebih luas. Whigs, yang kadang menyebut diri sebagai Sons of Liberty, menjadi kelompok pelopor. Mereka menggalang kampanye di pelabuhan-pelabuhan untuk sosialisasi sekaligus merekrut para korban kebijakan pemerintah Inggris.

Di koloni-koloni lain, massa aksi mampu memaksa kapal pengangkut teh untuk kembali ke Britania Raya. Misi yang sama tidak bisa terwujud di Massachussetts karena gubernurnya bersikeras menjalankan aturan Undang-undang Teh.

Baca juga: Gara-Gara Pajak, 13 Koloni Berontak dan Lahirlah Amerika Serikat

Tuliskan tiga konsekuensi yang diterima penduduk Boston akibat peristiwa tersebut

Infografik Mozaik Pesta Teh Boston

Minum Teh Tidak Patriotik, Ganti dengan Kopi

John K. Alexander dalam buku Samuel Adams: America's Revolutionary Politician (2002) menerangkan situasi itu mendorong pentolan Sons of Liberty, Samuel Adams, untuk menggagas semacam petisi bagi gubernur agar menjalankan tuntutan warga koloni.

Petisi lambat laun berubah menjadi ultimatum. Saat sang gubernur tidak mau merealisasikan tuntutan hingga 15 Desember 1773, keesokan harinya Adams dan kawan-kawan menginisiasi Boston Tea Party.

Aksi dijalankan menjelang malam hari. Massa yang tergabung dalam Sons of Liberty memakai kostum suku Indian, lebih tepatnya orang Mohawk, agar tidak dikenali karena aksi bersifat ilegal.

Kostum Indian juga diniatkan sebagai simbol perlawanan karena Sons of Liberty mengasosiasikan diri sebagai patirot asli Amerika—yang juga ironis sebab yang suku Indian lawan adalah pendatang kulit putih Eropa.

Total ada 342 peti berisi teh yang dibuang ke laut dari tiga kapal: Dartmouth, Eleanor, dan Beaver. Peristiwa berlangsung selama tiga jam. Terdapat kesimpangsiuran jumlah pelaku. Sejarawan memberikan perkiraan yang tidak spesifik: antara 30 hingga 130 orang.

Keesokan harinya, Samuel Adams muncul ke publik untuk membela aksi tersebut. Ia berargumen bahwa aksi tersebut bukan jenis gerombolan tanpa hukum (lawless mob), melainkan bentuk protes yang didasarkan pada prinsip yang jelas, serta jalan satu-satunya untuk mempertahankan hak konstitusional rakyat Amerika.

Parlemen Inggris meresponsnya dengan menerbitkan Undang-undang Tindakan yang Tak Bisa Dimaklumi (Intolerable Act). Undang-undang ini ditujukan untuk menghukum koloni Massachussetts. Tapi terbitnya Undang-undang tersebut justru makin mengobarkan semangat perlawanan dari para aktivis di 13 koloni.

Sejarawan bersepakat dalam menetapkan Boston Tea Party sebagai batu loncatan dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Amerika Serikat, hingga benar-benar terwujud melalui deklarasi tanggal 4 Juli 1776.

Uniknya, banyak orang Amerika yang menghentikan konsumsi teh pasca peristiwa Boston Tea Party. Minum teh dianggap sebagai perilaku yang tidak patriotik. Keputusan ini berdampak pada makin lesunya perdagangan teh di berbagai pelabuhan di pesisir pantai timur Amerika.

Presiden AS ke-2, John Adams, mendukung gerakan tersebut. Melalui surat kepada istrinya, Abigail, ia menyatakan akan mengganti minuman panasnya dengan kopi. Dan bisa ditebak: penjualan kopi di AS pun meningkat pada awal berdirinya negara tersebut.

Baca juga artikel terkait BRITANIA RAYA atau tulisan menarik lainnya Akhmad Muawal Hasan
(tirto.id - awa/irf)


Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Irfan Teguh

Subscribe for updates Unsubscribe from updates