Sikap yang benar terhadap nikmat yang banyak adalah

PortalMadura.Com – “Dan Dia telah memberikan ke padamu dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan suka mengingkari (nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34).

Untuk itu, umat Islam sudah sepatutnya banyak bersyukur atas anugerah nikmat Allah SWT yang sangat tidak terbatas. Seandainya semua air di lautan dijadikan tinta untuk menuliskan sabda Allah SWT, mencakup rahmat, nikmat, pertolongan, peringatan, seruan kepada haq, dan lain sebagainya, lautan akan kering sebelum semuanya berhasil dicatat. Bahkan, jika didatangkan tinta tambahan sebanyak itu pula, tetap tidak akan cukup.

Itulah bukti kebesaran Allah SWT dengan limpahan nikmatnya yang sangat tidak terbatas. Sebagaimana firman Allah SWT: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS. Al-Kahf : 109).

Maka dari itu, dalam menyikapi nikmat karunia Allah yang tidak tepermanai itu, manusia terbagi ke dalam tiga kelompok. Apa saja?.

Mensyukuri nikmat Allah SWT untuk digunakan di jalan yang benar, sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Sikap syukur paling sederhana adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) setiap mendapat kenikmatan. Sikap syukur yang lebih luas diwujudkan dalam bentuk taat kepada Allah, mematuhi dan melaksanakan segala perintah-Nya, sekaligus meninggalkan segala larangan-Nya.

Jika mendapat nikmat kekuasaan, hal tersebut digunakan untuk menegakkan keadilan, melindungi orang-orang yang lemah teraniaya, membangun sarana-sarana kepentingan umum penuh ikhlas dan pengabdian, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jika mendapat nikmat kekayaan, sebagian dikeluarkan untuk zakat (jika sudah mencapai nisab dan haul), infak, sedekah, jariyah, dan amal kebajikan sosial lainnya.

Orang yang mensyukuri nikmat akan mendapat tambahan nikmat berlipat ganda. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Kelompok ini menggunakan nikmat yang mereka terima dari Allah SWT berupa kekuasaan atau kekayaan untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Contohnya adalah menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Mereka asyik melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT sekaligus meninggalkan segala perintah-Nya.

Kelompok tersebut adalah yang dimaksud dalam QS Ibrahim: 7, yakni mendapat azab amat pedih. Azab yang mungkin mereka terima langsung di dunia dan pasti akan diterima di akhirat kelak.

Kelompok Bimbang dan Ragu

Mereka tidak punya pendirian. Ibarat pucuk bambu, mengarah ke mana angin bertiup. Jika mendapat nikmat, mereka bergembira-ria. Bahkan, mereka lupa sama sekali untuk bersyukur. Namun, jika ditimpa kekurangan, mereka menggerutu, putus asa.

Firman Allah SWT: “Sebagian manusia ada yang menyembah Allah, dengan tidak sungguh-sungguh, sehingga kalau mendapat kebaikan, bersenang hati, tapi kalau mendapat cobaan, berputar ke belakang. Orang-orang demikian akan mendapat kerugian nyata di dunia dan akhirat” (QS. al-Hajj : 11).

Selain itu, kelompok semacam ini jika mendapat kesenangan maka merasa disayang dan di muliakan Allah. Namun, apabila mendapat ujian kesulitan, rezekinya surut, maka ia merasa dihinakan oleh Allah SWT.

Sebagaimana dalam firman-Nya: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” (QS. al-Fajr: 15-16). Wallahu A’lam. (republika.co.id/Salimah)

The post 3 Golongan Manusia Penerima Nikmat, Nomor 1 Paling Beruntung appeared first on PortalMadura.com.


Page 2

Ilustrasi syukur nikmat Foto: Jackson David on Unsplash

Segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap hamba, tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu, memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT merupakan amalan yang dianjurkan bagi umat Muslim.

Sebagaimana dijelaskan mengenai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, dalam surat An-Nahl ayat 16, yaitu.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dengan memiliki anggota tubuh yang lengkap saja sudah merupakan bentuk nikmat yang amat berharga dari Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim wajib mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan dan tidak menyerah setiap menghadapi cobaan dari Allah SWT.

Dalam buku Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah oleh M. Syafe’ el-Bantanie, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah yang dibuktikan dengan ketaatan kepada-Nya.

Lantas, bagaimana caranya umat Muslim bersyukur kepada Allah? Berikut beberapa cara mensyukuri nikmat dari Allah SWT yang dikutip dari buku Menggapai Kehendak-Nya karena Dia Sayang Kamu oleh Deddy Daryan.

Cara Bersyukur Kepada Allah

Imam Al Ghazali mengatakan bahwa cara bersyukur kepada Allah dapat dilakukan dengan empat cara, berikut penjelasannya.

1. Bersyukur dengan lisan

Apabila seseorang bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, maka hendaknya mengucapkan Allhamdulillah (segala puji bagi Allah).

Bersyukur dengan hati yaitu dengan menyadari sepenuhnya bahwa, segala nikmat dan rezeki yang didapatkan merupakan karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan begitu, akan timbul sikap menerima karunia yang diberikan dengan penuh rasa ikhlas tanpa kecewa atau keberatan meskipun nikmatnya hanya sedikit.

3. Bersyukur dengan Tindakan

Selanjutnya cara bersyukur dengan tindakan, yaitu setiap nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhai-Nya. Misalnya, apabila mendapatkan rezeki maka sebaiknya memberikan atau mengamalkan sebagian hartanya bagi yang membutuhkan.

Ketika sudah mendapatkan nikmat, usahakan untuk merawatnya agar tidak rusak. Contohnya seperti menjaga kesehatan yang telah diberikan oleh Allah SWT.