Kesenian wayang lebih efektif sebagai penyebaran agama islam di indonesia, mengapa demikian

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

30 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Wayang dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran Islam.

Antara/Septianda Perdana

Wayang dan Penyebaran Islam . Foto: Pertunjukan wayang kulit (ilustrasi)

Rep: Heri Ruslan Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wayang secara harfiah berarti bayangan. Ia merupakan istilah untuk menunjukkan teater tradisional di Indonesia. Ada yang berpendapat, wayang berasal dari India dan rekaman pertama pertunjukan wayang telah ada sejak 930 M.Namun, ada pula yang meyakini wayang kulit sebagai salah satu dari berbagai akar budaya seni tradisional Indonesia. Ada yang menginterpretasikan bahwa wayang berasal dari India, meskipun apabila kita menunjukkan wayang kepada orang-orang India, mereka tidak tahu apa-apa,” ujar Dr  Suyanto, pengajar ISI Surakarta beberapa waktu lalu.

R Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, mengungkapkan bahwa wayang adalah kebudayaan asli Indonesia, khususnya  Pulau Jawa. Ada yang berpendapat, kata wayang  berasal dari Wad an Hyang, artinya ‘leluhur’.

Menurut Suyanto, sejatinya wayang merupakan media yang digunakan Wali Songo, untuk menyebarkan Islam di nusantara. Cikal bakal wayang berasal dari wayang beber -- yang gambarnya mirip manusia dan lakonnya bersumber dari sejarah sekitar zaman Majapahit.Saat itu, menurut Suyanto,  Kerajaan Demak, sebagai kerajaan Islam,  melarang wayang dipertunjukkan dengan gambar mirip manusia.  Lalu, papar dia, Wali Songo berinisiatif mengubah gambar wayang menjadi gambar karakteristik. Apa ada manusia yang hidungnya sangat panjang dan tangannya hampir mencapai kaki?’’ tuturnya.Wayang dinilai sebagai media dakwah Islam  yang sukses di Indonesia.  Menurut Suyanto, keberhasilan wayang sebagai media dakwah dan syiar Islam pada zaman Walisongo terletak pada kekuatan pendekatannya terhadap masyarakat. Wayang, kata dia, mampu mengenalkan Islam kepada masyarakat yang saat itu animisme, dinamisme, serta menganut Hindu, karena menggunakan pendekatan  psikologi, sejarah, paedagogi, hingga politik.Dulu, wayang dipertunjukkan di masjid, masyarakat bebas untuk menyaksikan, namun, dengan syarat, mereka harus berwudhu dan mengucap syahadat dulu sebelum masuk masjid,” ungkap Suyanto.Hal senada diungkapkan  dosen Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widodo MSn. Menurut dia, perkembangan wayang sebagai media dakwah Islam ditopang oleh sekelompok tokoh ulama yang besar peranannya dalam mendirikan Kerajaan Demak. Mereka yang dikenal dengan sebutan Walisongo (sembilan wali).Kesembilan wali yang bergelar sunan itu adalah Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, dan Syeh Siti Jenar. Mereka adalah para ulama yang sangat terkenal khususnya di Jawa, sebagai penyebar ajaran Islam.Menurut  Widodo, para wali tak hanya berkuasa di dalam keagamaan, tetapi juga berkuasa dalam pemerintahan dan politik. Selain itu, mereka juga pengembang kebudayaan dan kesenian yang andal. Oleh mereka kesenian Jawa berkembang hingga mencapai puncaknya yang kemudian dikenal dengan seni klasik. Salah satu kesenian yang hinga kini tetap populer adalah wayang kulit purwa,” paparnya.Memang, wayang kulit merupakan produk budaya yang  telah ada sebelum Islam berkembang di Pulau Jawa. Namun, sejak Islam datang dan disebarkan, wayang telah mengalami perubahan.  Menurut Widodo, budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tak hanya dijumpai pada wujudnya saja, tetapi juga pada istilah-istilah dalam bahasa padalangan, bahasa wayang, nama tokoh wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.

Menurut Widodo, pengaruh Islam dalam wayang kulit purwa tidak saja pada bentuknya, tetapi telah merambah pula pada aspek simbolisasi dan berkaitan pula dengan aspek lainnya yang berhubungan dengan pergelaran wayang kulit purwa. Sehingga, kelestariannya patut untuk dijaga, karena merupakan salah satu bagian dari seni budaya bangsa yang menjadi saksi sejarah perkembangan bangsa, khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia.

Baca Juga

Kesenian wayang lebih efektif sebagai penyebaran agama islam di indonesia, mengapa demikian

sumber : Pusat Data Republika


KETIKNEWS.ID,-- Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota Walisongo yang mempunyai peranan besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Bila mendengar nama Sunan Kalijaga maka tidak dapat dilepaskan dengan “wayang”. Karena dalam perjalanannya Sunan Kalijaga memainkan peran besar dakwahnya melalui kesenian wayang.

Merujuk pada sejarah perjalanan hidup Sunan Kalijaga ketika beliau singgah dan berdakwah di suatu tempat kemudian masyarakat memberi gelar pada Sunan Kalijaga. Di Padjajaran beliau dikenal dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di Tegal dikenal Ki Dalang Bengkok, di Purbalingga dikenal Ki Dalang Kumendung, di Majapahit dikenal Ki Unehan.

Baca Juga: Wayang Golek, Berikut 17 Dalang Muda Jebolan Giri Harja

Sejatinya wayang bukan produk budaya asli Islam, namun produk budaya Hindu-Budha. Sebelum masa Walisongo wayang sudah menjadi kesenian Hindu-Budha. Seni pertunjukan tertua ini tercatat dalam prasasti Balitung yang terdapat angka 829 Saka (907 Masehi), yakni wayang yang digelar untuk Tuhan.

Kesenian wayang lebih efektif sebagai penyebaran agama islam di indonesia, mengapa demikian

Sejatinya wayang bukan produk budaya asli Islam (Dok. hengki5484)

Kemudian dalam prasasti Wilasrama yang berangka tahun 852 Saka (930 Masehi) telah menyebut keberadaan seni pertunjukan yang dalam bahasa kuno disebut dengan Wayang Wwang. Artinya kesenian wayang sudah ada sebelum masa Walisongo.

Pertunjukan Wayang Wwang merupakan pertunjukan ritual keagamaan yang mempunyai tujuan supaya bebas atau terhindar dari bencana-bencana bersifat ghaib. Oleh karena pertunjukan bersifat spiritual kemudian dalang mempunyai kedudukan suci layaknya pendeta, bahkan dewa-dewa.

Pada masa sebelum Walisongo pertunjukan wayang banyak unsur yang tidak sejalan dengan Islam. Seperti cerita dalam pertunjukan wayang yang mengandung kesyirikan (percaya selain Allah SWT) serta beberapa unsur lainnya yang tidak sejalan dengan Islam.

Baca Juga: Dedi Mulyadi: Benar Wayang Haram, Jika Dimakan

Melihat kesenian wayang yang tidak sejalan dengan nilai Islam, Walisongo tidak langsung klaim bahwa wayang sebagai musuh yang harus dihilangkan. Namun Walisongo melihat potensi lainnya dalam wayang yaitu sebagai sarana komunikasi, dan transformasi informasi pada masyarakat, kemudian dibuatlah kesesuaian wayang supaya sejalan dengan Islam.


Page 2

Kesesuaian tersebut dibuat oleh Sultan Demak pertama dan Walisongo dan menghasilkan sembilan ketetapan. Antara lain berbicara mengenai Wayang harus menyesuaikan zaman, alat dakwah, reformasi wayang yang mirip arca, dan perubahan cerita yang memuat unsur kesyirikan.

Juga wayang harus diisi cerita keimanan, menerima tokoh wayang dan kejadian-kejadian hanya sebagai lambang yang mempunyai tafsiran yang sesuai dengan ajaran Islam, pagelaran wayang disertai sopan santun dan jauh dari maksiat, dan memberi makna seluruh unsur seni wayang.

Baca Juga: Ceramah Soal Wayang, Ustadz Khalid Basalamah akan Dilaporkan ke Polisi

Sunan Kalijaga mempunyai keahlian dan posisi dalam berbagai bidang. Yaitu sebagai penggubah tembang, pamancangah menmen (tukang dongeng keliling), penari topeng, desainer pakaian, perancang alat-alat pertanian, penasihat sultan dan pelindung ruhani kepala-kepala daerah, guru ruhani tarekat Syathariyah dari Sunan Bonang, tarekat Akmaliyah dari Syekh Siti Jenar.

Keahlian yang sering dikenal oleh masyarakat adalah sebagai dalang dengan berdakwah berkeling dari tempat ke tempat lain.

Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Walisongo yang konsen terhadap wayang sebagai upaya penyebaran agama Islam pada masyarakat. Dakwah Sunan Kalijaga menggunakan media wayang mempunyai andil besar terhadap penyebaran Islam di Jawa khusunya. Beliau berdakwah keliling dari tempat ke tempat untuk menyebarkan agama islam..


Page 3


KETIKNEWS.ID,-- Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota Walisongo yang mempunyai peranan besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Bila mendengar nama Sunan Kalijaga maka tidak dapat dilepaskan dengan “wayang”. Karena dalam perjalanannya Sunan Kalijaga memainkan peran besar dakwahnya melalui kesenian wayang.

Merujuk pada sejarah perjalanan hidup Sunan Kalijaga ketika beliau singgah dan berdakwah di suatu tempat kemudian masyarakat memberi gelar pada Sunan Kalijaga. Di Padjajaran beliau dikenal dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di Tegal dikenal Ki Dalang Bengkok, di Purbalingga dikenal Ki Dalang Kumendung, di Majapahit dikenal Ki Unehan.

Baca Juga: Wayang Golek, Berikut 17 Dalang Muda Jebolan Giri Harja

Sejatinya wayang bukan produk budaya asli Islam, namun produk budaya Hindu-Budha. Sebelum masa Walisongo wayang sudah menjadi kesenian Hindu-Budha. Seni pertunjukan tertua ini tercatat dalam prasasti Balitung yang terdapat angka 829 Saka (907 Masehi), yakni wayang yang digelar untuk Tuhan.

Kesenian wayang lebih efektif sebagai penyebaran agama islam di indonesia, mengapa demikian

Sejatinya wayang bukan produk budaya asli Islam (Dok. hengki5484)

Kemudian dalam prasasti Wilasrama yang berangka tahun 852 Saka (930 Masehi) telah menyebut keberadaan seni pertunjukan yang dalam bahasa kuno disebut dengan Wayang Wwang. Artinya kesenian wayang sudah ada sebelum masa Walisongo.

Pertunjukan Wayang Wwang merupakan pertunjukan ritual keagamaan yang mempunyai tujuan supaya bebas atau terhindar dari bencana-bencana bersifat ghaib. Oleh karena pertunjukan bersifat spiritual kemudian dalang mempunyai kedudukan suci layaknya pendeta, bahkan dewa-dewa.

Pada masa sebelum Walisongo pertunjukan wayang banyak unsur yang tidak sejalan dengan Islam. Seperti cerita dalam pertunjukan wayang yang mengandung kesyirikan (percaya selain Allah SWT) serta beberapa unsur lainnya yang tidak sejalan dengan Islam.

Baca Juga: Dedi Mulyadi: Benar Wayang Haram, Jika Dimakan

Melihat kesenian wayang yang tidak sejalan dengan nilai Islam, Walisongo tidak langsung klaim bahwa wayang sebagai musuh yang harus dihilangkan. Namun Walisongo melihat potensi lainnya dalam wayang yaitu sebagai sarana komunikasi, dan transformasi informasi pada masyarakat, kemudian dibuatlah kesesuaian wayang supaya sejalan dengan Islam.