Sebutkan dan jelaskan syarat pendidikan menjadi ilmu

Sebutkan dan jelaskan syarat pendidikan menjadi ilmu

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latarbelakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan guna membangun nusa dan bangsa.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ada dalam makalah ini yaitu

  1. Apakah Defenisi dari Pendidikan?
  2. Apakah Defenisi dari Ilmu?
  3. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan sebagai Ilmu?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui defenisi dari Pendidikan

2.      Untuk mengetahui defenisi Ilmu

3.      Untuk mengetahui Pendidikan sebagai Ilmu

D.    Manfaat

Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah untuk penulis dan pembaca adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Pendidikan dan sangat pentingnya pendidikan bagi setiap warganegara, guna memecahkan permasalahan hidup yang mereka emban.

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Definisi Pendidikan

a.      Definisi Awam

Definisi awam: “Suatu Cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”.

“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

b.      Menurut Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia: “pendidikann proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik;”

c.       Menurut Undang-Undang

UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

d.       Menurut Bahasa (etimologi)

a)      Bahasa Yunani: berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedag ogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).

b)      Bahasa Romawi: berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.

c)      Bangsa Jerman: berasal dari kata Erziehung yang setara dengan educare, yaitu: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.

d)     Bahasa Jawa: berasal dari katapanggu lawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

e.        Menurut Para Ahli Pendidikan

a)      Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah “Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka” (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)

b)      Driyarkara, pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia muda.

c)      Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada masa anak baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.

d)     Crow and Crow, menyebutkan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. (Suprapto, 1975)

2.      Definisi Ilmu

a)      pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)

b)      Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). (Mohammad Hatta)

c)      Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan ——-Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia ——- Suatu Cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika, maka…” (Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran).

a.        Syarat - Syarat Ilmu

Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut:

Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang Sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.

a)      Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi.

b)      Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.

b.               Karakteristik Ilmu

Ilmu mempunyai beberapa karakteristik, adapun karakteristik ilmu menurut beberapa pakar ilmu dapat diuraikan sebagai berikut:

a)      Randall dan Buchker (1942)

Mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya:

a)    Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.

b)      Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.

c)    Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.

b)      Ernest van den Haag (Harsojo, 1977)

Mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :

a)      Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).

b)      Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.

c)Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.

d)     Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.

c)      Ismaun (2001)

Mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut:

a)      Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,

b)      Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;

c)      Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,

d)     Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,

e)      Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,

f)       Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan

g)      Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

3.      Pendidikan Sebagai Ilmu

Adapun pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah sebagai berikut:

a)      S. Brojonegoro, ilmu pendidikan yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

b)      Carter V. Good, suatu bangunan yang sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif, objektif dan proses belajar, menggunakan instrument secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman seringkali dalam eksperimental.

c)      Imam Barnadib, ilmu yang membicarkan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak teoritis dan bersifat praktis.

d)     Driyarkara, pemikiran ilmiah yang bersifat kritis, metodis, dan sistematis tentang realitas yang disebut pendidikan.

3.1  Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu

Suatu kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat- syarat:

3.1.1    Memiliki objek studi (formal dan material)

Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.   

      3.1.2   Memiliki sistematika

Sistematika ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

1) Pendidikan sebagai gejala manusiawi, dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan. Komponen pendidikan itu adalah:

(a)   Tujuan pendidikan,

(b)   Peserta didik,

(c)   Pendidik,

(d)   Isi pendidikan,

(e)   Metode pendidikan,

(f)   Alat pendidikan,

(g)   Lingkungan pendidikan.

2) Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian  dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu:

(a) Menumbuhkan kreatifitas peserta didik,

(b) Menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi,

(c) Menyiapkan tenaga produktif.

3) Pendidikan sebagai gejala manusiawi. Menurut Mochtar Buchori ilmu   pendidikan mempunyai 3 dimensi:

(a) Dimensi lingkungan pendidikan,

(b) Dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan,

(c) Dimensi waktu dan ruang.

3.1.3    Memiliki metode

Memliki metode-metode dalam ilmu pendidikan:

a)            Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.

b)            Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.

c)            Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

d)           Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.

e)            Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.

f)             Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.

3.1.4        Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan

Sifat – sifat pedidikan ada 4, yaitu:

a)      Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.

b)      Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan pesrta didik kepada keadaan alamnya.

c)      Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk. Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.

d)     Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman tertentu.

3.1.5    Pengembangan Pendidikan

Menurut Van Cleve Morris, fondasi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1.      Fondasi histories dan filosofis tentang pendidikan,

Sejarawan ingin mengetahui bagaimana kita sampai disini. Filsuf pendidikan ingin mengetahui bagaimana manusia memikirkan kehidupan secara keseluruhan akhirnya sejarawan dan filsuf pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat melihat pekerjaan profesionalnya dalam konteks suatu lingkungan masa sekarang mengenal ideologi pendidikan yang berkompetisi.

2.      Fondasi sosiologis dan psikologis.

Ahli sosilogi pendidikan ingin mengetahui bagaimana dampak masyarakat pada pertumbuhan anak. Ahli psikologi pendidikan ingin mengetahui apa yang terjadi apabila belajar terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan belajar terjadi setiap hari. Akhirnya ahli sosiologi dan psikologi pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat mengenal seberapa banyak anak belajar dan orang lain selain guru, dan memahami teori-teori belajar yang pokok dimana pengajaran modern didasarkan.

BAB III

PENUTUP

1.            Kesimpulan

1.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.      Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum.

3.      Pendidikan sebagai ilmu yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

4.      Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem pendidikan bertujuan”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah”process leading to the enlightement of mankind”. Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.

Saran yang bisa diambil dari makalah ini adalah tetap terus tingkatkan pendidikan kita,tetap semangat meski dalam kenyataan,negara kita tertinggal akan tingkat pendidikannya.Namun jangan juga menganggap bahwa negara kita tidak akan pernah maju dengan tingkat pendidikan yang rendah,akan tetapi yakinlah,perlahan negara kita menuju ke keadaan yang lebih baik. 

DAFTAR PUSTAKA

akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-

Menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/

blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-pendidikan-sebagai-disiplin-

Ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/

gudangmateri.com/2010/07/pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan.html

id.amma06.blogspot.com/2009/07/definisi-ilmu.html

id.shvoong.com/books/2083263-definisi-ilmu/

id.shvoong.com/books/2083263-definisi-ilmu/#ixzz1NF83OyH5

id.wanipintar.blogspot.com/…/definisi-pendidikan-secara-umum.html

ilmu1set.blogspot.com/2010/06/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu.html

scribd.com/doc/7592955/Definisi-Pendidikan

tristiono.wordpress.com/2009/03/16/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Ihsan Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Page 2