Sebutkan cerita tradisional yang dapat dijadikan dasar atau sumber bagi penyusunan naskah lakon

tirto.id - Naskah lakon atau skenario dibuat untuk tujuan pertunjukan dan memerlukan pemantapan mengenai tema, alur, latar, hingga penokohannya.

Sebelum sebuah cerita sampai ke tangan sutradara dan para pemeran, diperlukan penyusunan naskah lakon terlebih dahulu. Naskah lakon disebut pula dengan skenario. Naskah ini menjadi bentuk penuangan ide cerita ke dalam alur cerita dan susunannya.

Awal pembuatan naskah lakon adalah membuat tema. Lantas, melalui tema disusun peristiwa-peristiwa yang mempunyai alur jelas. Ukuran dan panjang cerita dibuat dengan memperhitungkan kebutuhan sebuah pertunjukan.

Dalam buku Seni Budaya (2015) yang diterbitkan Kemdikbud disebutkan, filsuf Aristoteles membagi struktur naskah lakon terdiri dari pemaparan, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan konklusi. Struktur ini tidak berlaku secara kaku dan lebih bersifat fungsional. Struktur lebih sederhana memuat pemaparan, konflik, dan penyelesaian.

Menyusun naskah lakon

Langkah awal dalam menyusun naskah lakon memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Menentukan tema

Tema merupakan gagasan atau ide cerita yang berfungsi sebagai inti cerita. Penulis cerita dapat menemukan ide dari mana pun dan kapan pun. Cara yang dipakai dalam memperoleh ide yaitu melalui pengamatan segala hal yang ada di sekitar.

Tema dapat pula disebut muatan intelektual pada sebuah permainan. Tema bisa menjadi premis atau rumusan intisari cerita yang menjadi landasan untuk menentukan arah tujuan cerita. Oleh sebab itu, tema menjadi ide dasar, gagasan, atau pesan pada naskah lakon dan menjadi penentu arah jalannya cerita.

2. Menentukan plot atau kerangka

Plot atau alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin sedemikian rupa, sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perumitan masalah menuju klimaks atau penyelesaian. Dalam membuat plot menerapkan hubungan sebab akibat.

Plot disebut pula sebagai kerangka cerita yang di dalamnya terdiri dari beragam peristiwa . Peristiwa-peristiwa ini lantas membentuk rangkaian peristiwa dan mampu menjalankan gerak cerita sampai akhir.

Plot biasanya terdiri dari beberapa bagian. Misalnya, bagian awal berisi penjelasan atau perkenalan tokoh cerita. Bagian tengah mulai muncul masalah-masalah yang dihadapi pemeran termasuk sampai ke klimaks dari masalah.

Bagian terakhir akan mengemukakan solusi atas konflik yang dihadapi pada bagian tengah. Rangkaian dari beragam peristiwa ini membuat jalan cerita menjadi bisa dinikmati.

3. Menentukan latar atau setting

Dalam menulis naskah lakon, latar cerita akan memberikan gambaran tentang situasi tempat kejadian, gambaran tempat kejadian, hingga aktu terjadinya peristiwa. Situasi, tempat, dan waktu merupakan hasil imajinasi penulis yang bisa diperoleh idenya berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.

Apapun keadaan suatu tempat dapat dijadikan latar cerita. Misalnya tempat sepi, ramai, bising, keadaan sibuk, menakutkan, kotor, sampai tempat bau dapat dituliskan untuk mendukung isi cerita.

Kepekaan penulis cerita dalam mengamati lingkungan cukup berpengaruh pada penggambaran latar. Sudut pandang setiap penulis juga akan berbeda-beda pada pengamatan tersebut. Agar mengasah ketajaman dan makin kaya dalam menggambarkan latar, penulis perlu lebih sering untuk melakukan pengamatan.

4. Menentukan tokoh

Tokoh atau peran adalah makhluk hidup yang mempunyai hidup dan kehidupan di dunia lakon hasil rekaan penulis cerita. Para tokoh ini diberikan karakternya masing-masing sehingga tampak hidup di dalam cerita. Misalnya ada tokoh jahat, baik, kaya, miskin, pintar, dan sebagainya.

Di samping karakter, perlu pula diberikan identitas pada tokoh seperti nama, jenis kelamin, fisik, jabatan, dan sebagainya. Dalam memilih tokoh dan segala hal yang melekat padanya, penulis bisa melakukan pengamatan dari kehidupan. Semua detail tokoh dituliskan sehingga bisa mendeskripsikan tokoh tersebut.

Baca juga:

  • Apa Saja Keunikan Seni Peran Teater Tradisional
  • Proses Perancangan Pementasan Seni Teater Tradisional: Ada 5 Tahap
  • Mengenal Seni Peran Teater Tradisional dan Karakteristiknya

Baca juga artikel terkait NASKAH LAKON atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/ale)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Naskah Fragmen adalah istilah umum yang merujuk pada hasil dari rasterisasi primitif suatu bagian dari keseluruhan. Fragmen juga berarti cuplikan atau petikan sebuah cerita atau lakon utuh yang dipentaskan dalam karya seni.

Menurut tim Kemdikbud, fragmen juga sering disebut sebagai pementasan teater dengan durasi singkat. Pementasannya terdiri dari beberapa adegan inti dan jalan cerita yang relatif sederhana.

Salah satu contoh pementasan fragmen, termasuk Mahabarata sebagai cerita utuh dan dibuat terpisah yang merupakan hasil pengembangan dari cerita Ramayana.

Sebelum mengenali fragmen lebih jauh, Anda perlu memahami pengertian naskah fragmen, fungsi dan langkah-langkah penulisan naskah fragmen.

Pengertian Naskah Fragmen

Fragmen bisa dijadikan sebagai pentas sederhana pada suatu pertunjukan teater. Pertunjukan teater biasanya akan membutuhkan naskah drama yang cukup panjang dengan banyak adegan atau babak. Naskah untuk pertunjukkan inilah disebut naskah fragmen.

Naskah fragmen merupakan naskah yang berkaitan dengan seni teater atau pertunjukkan drama dengan kisah yang sudah dipersingkat. Umumnya, fragmen adalah pentas seni yang berisi dialog dan plot yang dipersingkat.

Tapi, teknik penulisan naskah fragmen harus tetap memiliki plot yang lengkap dari awal sampai masuknya konflik dan penyelesaiannya. Seorang aktor atau aktris bisa memainkan cuplikan adegan yang diambil dari naskah fragmen, sebelum memerankan semua adegan dalam naskah fragmen yang panjang dan rumit.

Anda perlu mengingat bahwa pentas seni fragmen akan berhasil bila didukung dengan naskah fragmen yang menarik. Karena itu, seorang penulis naskah fragmen harus menguasai beberapa teknik penulisan naskah fragmen yang kuat dan menarik.

Di samping itu, Anda juga perlu memahami bahwa pementasan fragmen itu tidak selalu di atas panggung teater besar yang biasa dilakukan oleh grup teater. Para pemain teater profesional pun bisa memainkan adegan fragmen di area yang lebih kecil dan sempit, seperti ruangan sanggar atau rumah.

Bahkan, pementasan fragmen terkadang dilakukan di ruangan kecil di ruangan sekolah atau kampus dengan penonton terbatas. Karena itu, setiap adegan dalam naskah fragmen bisa dilakukan di ruangan kecil.

Baca juga: Pengertian Naskah

Langkah-langkah Menulis Naskah Fragmen

Naskah merupakan salah satu bagian penting dalam pementasan teater, termasuk fragmen. Karena, naskah ini yang akan menggambatkan setiap karakter, tokoh dan alur cerita yang tertulis jelas dalam sebuah naskah. Supaya, naskah ini memudahkan pemain dan sutradara untuk menafsirkan watak yang diinginkan oleh pengarang.

Dalam hal ini, naskah fragmen merupakan skenario untuk menggelar pertunjukkan yang menarik untuk membuat alur drama semakin hidup dan menghibur penonton.

Menurut Kemendikbud (2017), penulisan naskah atau skenaio yang menarik harus memperhatikan penulisan naskah fragmen. Adapun beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan naskah ini, termasuk tema, plot cerita, penokohan atau aktor dan setting atau latar cerita.

Penulis juga bisa mengangkat satu kisah nyata atau imajinasinya untuk membuat naskah fragmen. Jadi, sumber penulisan naskah ini tergolong beragam tapi harus memiliki konflik, yang menjadi kunci penting dalam pementasan fragmen.

Konflik adalah pertentangan yang terjadi antara satu tokoh dengan tokoh lainnya, baik yang bersifat pertentangan batin maupun fisik. Konflik sebuah cerita ini pastinya membutuhkan tokoh protagonis sebagai tokoh utama maupun tokoh antagonis yang bertentangan dengan tokoh utama.

Baca juga: Apa itu cerpen?

Konflik juga bisa terjadi pada satu orang, misalnya seseorang yang mengalami pertentangan antara idealisme dalam dirinya dan kebutuhannya sehari-hari. 

Tapi, satu yang terpenting adalah konflik tidak bisa muncul begitu saja. Konflik bisa muncul berdasarkan orientasi yang tepat agar lebih terasa dan memuat tema yang jelas juga agar dapat tersampaikan dengan baik.

Berikut ini, langkah-langkah untuk menciptakan naskah fragmen yang baik, menarik dan kuat.

1. Menentukan tema

Tema merupakan gagasan pokok atau ide pikiran suatu cerita. Tema merupakan  hal utama yang harus ditentukan sebelum menyusun sebuah cerita, naskah drama maupun naskah fragmen.

Karena, tema merupakan ide dasar dari keseluruhan naskah dan pesan yang ingin disampaikan melalui tulisan oleh pengarangnya. Sehingga, langkah pertama menulis naskah ini yang harus dilakukan adalah menentukan temannya.

Penentuan tema ini sangat penting untuk keseluruhan naskah fragmen yang utuh, kuat dan menarik. Di samping itu, naskah ini juga bertujuan menentukan setiap tahapan dalam penyusunan plot, pemilihan tokoh dan latar belakang suatu cerita.

2. Menyusun alur

Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka untuk menggerakkan jalan cerita dari awal, tengah, mencapai klimaks hingga akhir cerita sehingga membentuk satu cerita yang utuh. Alur juga merupakan jalan cerita dari tema yang sudah ditentukan. 

Umumnya, naskah fragmen terdiri dari enam adegan yang meliputi pengenalan tokoh, kemunculan konflik, peningkatan konflik, puncak konflik atau klimaks, konflik menurun dan penyelesaian.

Tahap penyusunan alur cerita ini juga mempertimbangkan tempat kejadian peristiwa dan tokoh yang mengisi cerita, baik tokoh utama yang protagonis, tokoh antagonis dan tokoh pendukung cerita.

3. Menentukan tokoh dan penokohan

Tokoh adalah pelaku atau aktor yang mengalami peristiwa dan persoalan-persoalan dalam cerita dan rekan sehingga peristiwa itu bisa menjadi suatu cerita yang menarik. Sedangkan, penokohan adalah cara pengarang menampilkan karakter setiap tokoh dalam sebuah cerita.

Langkah ketiga menulis naskah fragmen adalah menentukan tokoh dan penokohan. Penentuan tokoh dan penokohan ini sesuai dengan tema dan alur tertentu dalam sebuah skenario. Lazimnya, penokohan digambarkan berdasarkan kondisi fisik dan psikologisnya.

4. Menentukan latar

Langkah keempat menulis naskah fragmen adalah menentukan latar cerita, termasuk keterangan waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan di dalam sebuah karya sastra.

Umumnya, penentuan latar cerita berkaitan dengan tempat terjadinya suatu peristiwa. Tapi, latar cerita juga bisa ditentukan dari waktu terjadinya peristiwa.

5. Menyusun Adegan

Langkah penulisan berikutnya adalah menyusun adegan. Adegan adalah bagian dari drama atau film yang menunjukkan perubahan peristiwa. Perubahan peristiwa ini ditandai dengan pergantian tokoh atau latar cerita.

Anda bisa menyusun setiap adegan yang akan ditampilkan dalam setiap babak setelah rangkaian naskah ini sudah terbentuk secara utuh. Adanya adegan ini akan membantu mengetahui urutan tokoh-tokoh yang akan tampil.

6. Membuat Dialog Tokoh

Langkah terakhir menulis naskah ini adalah membuat dialog setiap tokoh. Dialog adalah sebuah literatur dan teatrikal yang terdiri dari percakapan secara lisan atau tertulis antara 2 orang atau lebih.

Salah satu hal yang bisa membedakan naskah ini dengan karya sastra lain adalah dialog antar tokoh. Dialog setiap tokoh harus disesuaikan dengan karakteristik tokoh yang berperan, seperti tokoh orang tua pastinya berbeda karakter dengan tokoh anak-anak.

Pembuatan dialog tokoh juga harus ditentukan oleh latar belakang Lingkungan masing-masing karakter. Misalnya, orang yang tinggal di pedesaan pasti memiliki gaya bahasa dan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang tinggal di perkotaan. Anda bisa menggambarkan perbedaan karakter setiap tokoh ini dalam naskah fragmen agar unik dan menarik.

Contoh Naskah Fragmen

Judul : patuh pada orangtua.

Tema : sosial.

Jumlah pemeran : Drama 3 orang.

1. Tomy

2. Lisa

3. Sinta

Sinopsis drama

Tomy sedang ngobrol dengan Lisa di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Tomy dan Lisa adalah dua remaja yang sangat patuh pada orangtua. Tidak lama kemudian datanglah Sinta. Sinta adalah sosok remaja yang kurang memperhatikan perintah orangtua dan sering melanggarnya.

Sinta : Eh.. ada apa kok kelihatannya lagi pada serius gitu?

Tomy :Eh kamu Sinta.. nggak kok, Lisa cerita ke aku kalau dia kemarin disuruh Ibunya untuk beli barang kebutuhan dapur, tapi dia kelupaan.

Lisa : Iya, Sinta.

Sinta : Terus? Kenapa gitu aja kok kayak jadi masalah serius gitu buat kamu Lisa?

Lisa : Ya iya dong, itu namanya kan aku nggak ngendahin perintah Ibu aku. Kan nggak baik kalau seorang anak sering nggak memperhatikan perintah orang tuanya.

Tomy : Betul tu.. harusnya Lisa nggak suka lupa gitu.

Sinta : Yea elah.. kalau cuman gutu aja mah aku sering. Ngapain juga urusan kecil gitu aja kalian pikir sampe segitunya.

Tomy : Kok kamu seperti itu sih Sinta? Ya sudah seharusnya dong Lisa menyesal, kan itu nggak bagus namannya. Nggak memperdulikan perintah orangtua.

Sinta : Kalau aku sih, bukan sekali-dua kali saja begituan. Lagian yang namanya nggak ingat mau gimana lagi. Masak setiap orang tua nyuruh kita harus dipenuhi, nggak juga kan?

Lisa : Ya harus dong Sinta. Yang namanya orangtua kalau udah nyuruh kita yang kita harus kerjakan.

Tomy : Ah.. aku sih kalau sempat yang aku kerjain, kalau nggak yang nggak.

Lisa : Itu nggak baik Sinta. Itu namanya kamu anak yang tidak patuh pada perintah orang tua. Kamu harus bisa merubah sikap kamu, ntar kamu jadi anak yang durhaka lagi.

Tomy : Betul kata Lisa itu Sinta. Kamu harus berubah. Jangan membiasakan diri meremehkan perintah Ibu/Ayah kamu. Nggak baik itu.

Sinta : Iya deh.. aku ngerti.

Baca juga artikel lainnya disini

  • Pengertian Ensiklopedia
  • Kalimat Deklaratif adalah
  • Pidato persuasif