Persiapan 40 hari bayi apa saja?

Kelahiran anak manusia baru ke dunia pastinya membawa kebahagiaan tersendiri bagi orang tua dan keluarganya. Hal itu juga berlaku buat orang Jawa. Bahkan, orang Jawa punya tradisi sendiri untuk menyambut kelahiran kehidupan baru. Semuanya punya tahapan masing-masing dengan filosofi serta doa baik untuk bayi maupun orang tuanya.

Dari bayi lahir ke dunia sampai umur bayi ‘selapan‘ yang artinya adalah 35 hari, orang tua dan bayi biasanya mengadakan ritual khusus sesuai tradisi Jawa. Apa saja sih ritualnya? Yuk orang tua baru yang asalnya dari Suku Jawa sama-sama baca biar paham.

1. Setelah bayi lahir, ayah bayi harus menguburkan ari-ari bayinya. Nggak sembarangan, mengubur ari-ari ada aturannya lo

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Hamish Daud pun melaksanakan tradisi mengubur ari-ari lo

Bayi lahir bersama dengan ari-arinya yang ikut keluar. Menurut orang Jawa, ari-ari bagaikan saudara bayi yang menemani bayi selama dalam kandungan. Lagipula, bayi kan selama di perut ibu mendapat nutrisi melalui ari-ari itu. Makanya ari-ari nggak boleh dibuang sembarangan tapi dikubur. Bahkan buat menguburnya, ada ritual khusus dan letaknya pun sudah ada aturannya.

2. Selanjutnya, tetangga dan saudara akan datang untuk mendatangi acara Brokohan. Ini bermakna agar bayi diberi berkah dan keselamatan

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Makanan dibagikan pada acara Brokohan

Kemudian, tetangga dan saudara akan datang membawa hadiah untuk bayinya dalam acara Brokohan. Kata Brokohan sendiri diambil dari kata ‘Barokah’ yang artinya ‘Berkah’. Acara ini memohonkan berkah atas keselamatan dan kelahiran bayi.

3. Ketika bayi usianya lima hari, orang tua mengadakan acara Sepasaran. Biasanya acara disertai makan-makan dan pengumuman nama bayi tersebut

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Sepasaran biasanya dirayakan dengan kenduri

Acara sepasaran dilaksanakan setelah bayi berusia lima hari. Pihak orang tua menyiapkan acara syukuran dan jamuan makan bersama alias kenduri. Biasanya nama bayi juga diumumkan dalam acara ini. Semuanya sekaligus mendoakan bayi yang telah dilahirkan.

4. Percampuran budaya Jawa dengan agama Islam menghasilkan ritual Aqiqah. Setelah tujuh hari, kambing disembelih. Jumlahnya sesuai jenis kelamin bayinya

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Jumlah kambing yang disembelih sesuai jenis kelamin bayinya

Setelah usia bayi tujuh hari, orang tua biasanya mengadakan acara Aqiqah. Acara ini sebenarnya sih percampuran adat Jawa dengan agama Islam dan dilakukan dengan menyembelih kambing. Kalau anaknya perempuan, kambing yang disembelih hanya satu ekor sedangkan anak laki-laki sih yang disembelih ada dua ekor.

5. Setelah bayi berusia 35 hari, acara Selapanan pun dilaksanakan. Yang dilakukan salah satunya adalah memotong rambut dan kuku bayi

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Bayi dipotong rambutnya

Tiga puluh lima hari setelah bayi lahir, selapanan dilakukan dengan mengadakan bancakan. Bancakan adalah sebuah tradisi menikmati jamuan makan bersama. Lalu, rambut di kepala bayi dicukur hingga habis dan kukunya dipotong. Untuk potong rambut, saat ini kebanyakan sih melakukannya secara simbolik saja. Proses menggundulinya dilakukan terpisah.

6. Kalau tali pusar bayi sudah lepas, ada acara bernama Puputan. Tapi sekarang kebanyakan Puputan dilaksanakan bersama dengan Sepasaran atau Selapanan

Persiapan 40 hari bayi apa saja?
Tali pusar biasanya dibiarkan lepas. Saat sudah lepas, acara puputan bisa dilaksanakan

Bayi yang tali pusarnya sudah lepas akan menjalani acara Puputan. Biasanya acara ini dilakukan dengan penyediaan sesaji. Tapi demi kepraktisan, acara puputan kebanyakan digabungkan dengan acara Sepasaran atau Selapanan, menyesuaikan waktu tali pusarnya lepas.

Saat ini sih nggak banyak yang masih melakukan semua tradisi tersebut secara lengkap. Kebanyakan hanya melakukan tradisi mengubur ari-ari, Aqiqah, serta Selapanan. Yang jelas semuanya punya filosofi unik yang intinya adalah mendoakan agar bayi tumbuh sehat dan baik.

Pertanyaan

Kami mempunyai kebiasaan (adat) dan kami juga tidak tahu apakah hal itu termasuk sunnah atau bid’ah ?, yaitu; keluarga masak besar pada saat bayi berumur 40 hari lalu membagikannya kepada kerabat dan tetangga. Perbuatan itu disebut dengan “Thulu’” di daerah kami, maka bagaimanakah perbuatan seperti yang sesuai dengan syari’at ?, apakah termasuk sunnah atau bid’ah yang wajib dijauhi ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Yang disyari’atkan setelah dilahirkannya seorang bayi agar keluarganya menyembelihkan kambing baginya yang dinamakan dengan “aqiqah” yang disembelih pada hari ke tujuh, bagi bayi laki-laki sebanyak dua kambing dan bagi bayi perempuan sebanyak satu kambing, keluarganya bisa membagikan semua dagingnya atau sebagiannya, sebagaimana juga bisa dimasak semuanya atau sebagiannya lalu dibagikan kepada keluarga, kerabat dan para tetangga.

Namun jika pihak keluarga belum mampu untuk melaksanakan aqiqah pada hari ke tujuh, maka pada hari ke-14, kalau belum mampu juga maka pada hari ke-21, jika mereka belum mampu juga maka kapan saja sampai diberikan kemampuan untuk melaksanakannya.

Baca juga hukum aqiqah pada jawaban soal nomor: 20018 dan dibolehkannya membagi daging aqiqah dalam keadaan mentah atau sudah dimasak pada jawaban soal nomor: 26046, 8423 dan 8388.

Pada hari ke-40 baik dari kelahiran maupun kematian tidak ada kaitan apa-apa, hal itu merupakan kebiasaan fir’auniyah, bagi seorang muslim tidak boleh menunggu-nunggu hari tersebut untuk melakukan amalan tertentu yang berkaitan dengan ibadah atau ketaatan.

Pada jawaban soal nomor: 12552 telah kami nukilkan dari Syeikh Ibnu Baaz berkaitan dengan empat puluh hari, kebiasaan itu berasal dari adat fir’auniyah yang dilestarikan oleh para fir’aun sebelum datangnya Islam, kemudian tersebar luas sampai di banyak tempat, hal itu termasuk bid’ah mungkar yang tidak mempunyai dasar dan telah dijawab dengan hadts Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد " متفق على صحته .

“Barang siapa yang  melakukan sesuatu yang baru pada urusan kami ini (dalam masalah agama) yang tidak berasal darinya, maka tertolak”. (Disepakati keshahihannya).

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah memberikan peringatan terkait dengan bid’ah dalam sabdanya:

( وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ) رواه أبو داود (4607)، وصححه الألباني في صحيح أبي داود . وزاد النسائي (1578) (وكل ضلالة في النار (

“Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam masalah agama); karena sesungguhnya setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat”. (HR. Abu Daud:4607 dan telah dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Abu Daud, Nasa’i: 1578 telah menambahkan dalam riwayatnya:

(وكل ضلالة في النار(

“Dan setiap yang sesat berada di neraka”.

Wallahu A’lam.

Apa saja acara 40 hari bayi?

Adat kami di Jawa, apabila kelahiran seorang anak sudah 40 hari, maka dilaksanakan acara yang di kenal dengan nama wisuh (= Disucikan dari segala kotoran). Alur dari acara wisuh tersebut, sang dukun bayi menyiapkan air dari cucian beras, kemudian kembang 7 rupa, ada mawar, melati, kenanga, dan kembang yang lain.

Syukuran bayi apa saja?

Berikut Ini Upacara untuk Menyambut Kelahiran Bayi dalam Adat Jawa.
Mendhem Ari-ari. Foto: Tumpi.id. ... .
2. Brokohan. ... .
Upacara Kelahiran Bayi: Sepasaran. ... .
Puputan. ... .
Upacara Kelahiran Bayi: Aqiqah. ... .
6. Selapanan/Cukur Rambut Bayi..

Selamatan apa saja untuk bayi baru lahir?

Selamatan untuk kelahiran bayi dalam adat Jawa umumnya meliputi ritual brokohan, sepasaran, dan selapanan. Sebenarnya, di zaman dulu terdapat banyak bentuk selamatan kelahiran bayi, mulai dari brokohan, sepasaran, puputan, selapanan, limang lapanan, dan setahunan.

Brokohan bayi apa saja?

Brokohan ini berupa telur ayam mentah, gula jawa setengah tangkep, kelapa setengah buah, dawet dan kembang brokohan yaitu mawar, melati dan kantil. Upacara ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan dihadiri oleh si ibu, suami, keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili.