Ilustrasi hujan lebat. ©2017 Merdeka.com
JATENG | 20 September 2021 11:15 Reporter : Shani Rasyid Merdeka.com - Musim hujan kian dekat. Beberapa daerah di Jateng dan DIY pun sudah mulai diguyur hujan. Namun akan ada bencana-bencana yang rawan terjadi di musim hujan, terutama banjir dan tanah longsor. Pakar Klimatologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Emilya Nurjani mengatakan terdapat dua upaya mitigasi atau pencegahan terhadap terjadinya bencana alam itu, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Selain itu, ia menilai pemerintah harus memberi regulasi khususnya menyangkut tugas dan sumber pendanaan. Tak hanya itu, dia juga memaparkan sebuah teknologi guna mengantisipasi bencana akibat hujan lebat. Lalu seperti apa teknologi itu? Berikut selengkapnya: 2 dari 4 halaman
©2021 BPBD Tasikmalaya Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana alam adalah mitigasi struktural. Menurut Emilya, mitigasi struktural merupakan langkah pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Melansir dari Ugm.ac.id, salah satu upaya mitigasi struktural yang bisa diambil dalam menghadapi kerentanan bencana akibat hujan adalah membersihkan sampah di selokan, memperbaiki tanggul agar debit air sungai tidak meluap, memperbaiki pintu air bendungan, serta memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit. “Selain itu juga membangun tebing tembok untuk mengurangi bahaya longsor di lereng-lereng yang berpotensi longsor,” kata Emilya. 3 dari 4 halaman ©Pixabay/PublicDomainPictures Emilya menambahkan, bentuk mitigasi non struktural bisa dilakukan dengna sosialisasi kepada masyarakat secara bersama-sama terkait potensi bencana yang bisa terjadi saat hujan lebat. Selain itu, mitigasi non struktural ini juga bisa dilakukan dengan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat sebagai relawan, regulasi dan peraturan untuk mitigasi, dan adaptasi bencana. Dalam hal ini, Emilya mengatakan bahwa pemerintah bisa membuat peraturan (SOP) yang menyangkut tugas yang harus dilakukan termasuk sumber pendanaan. Hal selanjutnya adalah memberikan sosialisasi pada masyarakat setempat untuk lebih peduli terhadap upaya mitigasi dan adaptasi. “Pemerintah perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi karena dengan peningkatan kapasitas maka risiko bencana akan berkurang,” ungkap Emilya. 4 dari 4 halaman ©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Petr Malyshev Emilya menjelaskan, untuk mengantisipasi hujan lebat, masyarakat dapat menerapkan teknologi Rain Water Harvesting. Apa itu? Rain Water Harvesting adalah metode menampung air hujan yang jatuh di atap rumah lewat talang dan kemudian ditampung dalam penampungan hujan. Selanjutnya air hasil tampungan bisa dimanfaatkan untuk simpanan air atau dimasukkan ke dalam sumur resapan yang kemudian bisa digunakan untuk mencuci, mandi, maupun untuk kolam. Selain itu, upaya lain untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan saat musim hujan dengan menebang cabang pohon yang sudah tinggi atau memangkas ujung-ujung pohon. Tak hanya itu, masyarakat di pedesaan juga bisa membuat sumur resapan bersama sehingga daya tampung air hujan yang bisa diolah lagi itu semakin besar.
Pengertian Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). ____________________________________________________________________________ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:
Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Penyebab bencana alam di Indonesia:
____________________________________________________________________________ Mitigasi Bencana Tujuan mitigasi bencana
Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:
Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi resiko terjadinya bencana. Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:
Contoh upaya dalam mitigasi bencana
Berikut adalah contoh video mengenai mitigasi tsunami mitigasi Tsunami
▫ Sebelum Gempa
▫ Ketika Gempa
▫ Setelah Gempa
▫ Sebelum Banjir
▫ Saat Banjir
▫ Setelah Banjir
____________________________________________________________________________ Contoh siklus manajemen bencana: Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan preparedness (kesiapsiagaan). Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah respon sesaat setelah terjadi bencana. Pada tahap pascabencana, manajemen yang digunakan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya tersebut sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebagai persiapan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologis. |