Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari Bani Hasyim yang bernama

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan paman termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari Damaskus dan menuju Spanyol dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan Kekhalifahan Umayyah. Keturunan bani Umayyah yang selamat memerintah Spanyol untuk waktu yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya agama Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir seperti Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota besar dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi.

Banyak kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab, Persia, Yahudi dan Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang menjadi agama mayoritas, ada juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan Zoroaster.

Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah bangsa Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk mulai naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mereka berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah. Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas.

Kelompok Abbasiyah merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan daripada Bani Umayyah karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat garis keturunannya dengan Nabi Muhammad. Saat itulah sejarah runtuhnya bani Umayyah.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali berkampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi ketika Umar bin Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan semakin memuncak pada masa pemerintahan khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman.

Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah.

Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya di Timur Tengah.

Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah memasuki masa kejayaannya dengan menerapkan pola pemerintahan yang berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Pusat pemerintahan saat itu terletak di Kuffah. Kepemimpinan kemudian digantikan oleh Abu Jafar al-Mansur mulai 750 – 775 M, saudara dari Abu Abbas.

Ia membangun kota baru yang diberi nama Baghdad, dimana terdapat istana bernama Madinat as-Salam. Pada periode awal sekitar 750 – 847 M, kegiatan perluasan wilayah masih diutamakan dinasti Abbasiyah dan membuat pondasi sistem pemerintahan yang akan menjadi panduan bagi kepemimpinan selanjutnya.

Setelah Abu Jafar, Abbasiyah dipimpin oleh Harun al-Rasyid mulai 789 – 809 M. Ia mendirikan perpustakaan terbesar pada zamannya bernama Baitul Hikmah, sehingga orang – orang terpelajar dari kalangan Barat dan Muslim datang ke Baghdad untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Setelah itu Abbasiyah dipimpin oleh al-Amin dan al-Makmun al-Rasyid, putra Harun al-Rasyid. Al Makmun memimpin sejak 813 – 833 M dan memperluas Baitul Hikmah menjadi akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia.

Ia juga mendirikan Majalis al-Munazharah yang mengadakan pengajian di rumah, masjid dan istana khalifah, dan menjadi tanda akan bangkitnya kekuatan penuh dari Timur dengan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan puncak keemasan Islam.

Pada masa ini juga banyak diterjemahkan buku – buku karya kuno dari Yunani dan Syria kuno ke dalam bahasa Arab. Paham Muktazilah dianut al-Makmun sebagai mazhab negara, yaitu menggunakan akal sebagai dasar untuk memahami dan menyelesaikan persoalan teologi, yang merintis pembahasan teologi Islam secara detil dan filosofis sehingga muncul filsafat Islam.

Selanjutnya dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Mutawakkil mulai 847 – 861 M. Ia berbeda dengan khalifah sebelumnya karena lebih cenderung ke cara berpikir ahlun sunnah.

Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, ia hidup pada satu zaman dengan para tokoh besar Islam seperti Abdul Malik bin Habib (imam Mazhab Maliki), Abdul Azis bin Yahya al-Ghul(murid Imam Syafi’i), Abu Utsman bin Manzini (pakar ilmu nahwu) dan Ibnu Kullab, seorang tokoh dalam bidang ilmu kalam.

Terjadi perselisihan mengenai penerus kekhalifahan setelah al-Mutawakkil karena sebelum dirinya wafat, ia hendak menurunkan mandat kepada anak – anaknya yaitu al-Muntashir, al-Mu’taz dan al-Muayyad. Tetapi ia kemudian mengubah susunan penerusnya menjadi al-Mu’taz lebih dulu , namun al- Muntashir tidak menerimanya.

Akibatnya posisi al-Muntashir langsung diturunkan dengan paksa, bersamaan dengan berlangsungnya ketidak senangan orang – orang Turki kepada al-Mutawakkil karena beberapa sebab. Al-Muntashir dan orang – orang Turki kemudian sepakat untuk membunuh al-Mutawakkil. Setelah ayahnya dibunuh, al-Muntashir menjadi pemimpin khalifah namun hanya selama enam bulan karena ia justru berbalik menjelekkan orang Turki dan dibunuh oleh mereka.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah kemudian mengalami kemunduran sejak saat itu. Banyak pula faktor lain yang mempengaruhinya karena kurangnya perhatian pada persoalan politik, seperti pemisahan diri Afrika Utara untuk membentuk pemerintahan merdeka bernama Kekhalifahan Fathimiyah.

Para gubernur di berbagai propinsi seperti dinasti Samaniyah mulai bertindak lebih bebas, dan para jenderal Turki di pasukan Abbasiyah juga semakin lama semakin sulit dikendalikan oleh para khalifah.

Kesulitan komunikasi antara pusat pemerintahan sulit dilakukan pada masa itu karena wilayah kekuasaan yang sangat luas, bahkan tingkat kepercayaan antara penguasa dan para pelaksana pemerintahan sangat rendah.

Begitu juga keuangan negara yang sulit karena negara perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk angkatan bersenjata. Pemisahan – pemisahan wilayah pun mulai terjadi, sebagian besar karena perbedaan cara mengelola daerah kekuasaan yang berbeda dengan Bani Umayyah.

Pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaannya tetap sejajar dengan batas – batas wilayah kekuasaan Islam. Namun pada masa pemerintahan Abbasiyah, kekuasaan mereka tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali sebagian kecil Mesir.

Dalam kenyataannya banyak wilayah berada dalam kekuasaan khalifah hanya dalam bentuk pengiriman upeti pajak dari gubernurnya masing – masing. Pada saat kekhalifahan Abbasiyah mulai menunjukkan kemunduran, propinsi – propinsi tersebut mulai melepaskan diri dan tidak lagi membayar pajak, bahkan berusaha menguasai kekhalifahan itu sendiri.

Sejarah perang uhud juga terjadi setelah kekhalifahan abbasiyah selesai, dan menjadikan kekuasaan bercampur tangan serta menimpulkan berbagai perang seperti dalam sejarah perang badar.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Pendiri Daulah Abbasiyah – Daulah Abbasiyah atau disebut pula dengan Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa pada masa antara 750 hingga 1258 M. Masa kekuasaan Daulah Abbasiyah membuat kekhalifahan Daulah Abbasiyah sebagai kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu selama lima abad. Daulah Abbasiyah pun telah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat dari pengetahuan dunia.

Daulah Abbasiyah telah resmi berdiri usai memenangkan revolusi atas kekhalifahan Bani Umayyah pada tahun 750 Masehi. Pendiri dari Daulah Abbasiyah merupakan khalifah pertama dari Daulah Abbasiyah, pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bih Ali bin Abdullah bin Al-Abbas atau lebih dikenal sebagai Abdul Abbas As Saffah, berikut profil singkatnya.

Profil Singkat Abdul Abbas As Saffah

Usai Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, Islam kemudian dipimpin oleh empat sahabat Nabi dengan pemerintahan yang menggunakan sistem khalifah. Lalu, usai sistem pemerintah khalifah tersebut, Islam mengganti sistem pemerintahannya lagi menjadi dinasti yang dipimpin oleh para raja.

Lalu, Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu kekhalifahan yang berhasil membawa peradaban Islam mencapai puncak kejayaan. Melalui pengembangan ilmu pengetahuan serta sistem politk yang baik, Daulah Abbasiyah pun berhasil menaklukan banyak wilayah di berbagai penjuru dunia.

Sosok yang berhasil membawa Daulah Abbasiyah dengan sistem politik yang baik adalah pendiri dari dinasti sekaligus khalifah pertama yaitu Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al Abbas atau Abdul Abbas As Saffah. Di bawah kepemimpinan khalifah Abdul Abbas As Saffah ini, Daulah Abbasiyah berhasil mencapai pemerintahan yang lebih stabil. Siapa sosok khalifah pertama tersebut? Simak yaa Grameds.

Daulah Abbasiyah lahir usai Dinasti Umayyah runtuh pada tahun 750 Masehi, khalifah pertama dari dinasti ini ialah Abu Abbas As Saffah. Gelar yang ia dapat yaitu As Saffah memiliki arti penumpah atau peminum darah.

Bukan tanpa sebab, gelar tersebut diberikan kepada Abu Abbas sebab ia berhasil mengeluarkan dekrit pada gubernur yang isinya adalah perintah untuk membunuh tokoh-tokoh Umayaah masa itu. Tidak hanya perintah membunuh saja, Abu Abbas As Saffah pun melakukan perbuatan lainnya dengan menggali kuburan untuk para khalifah Bani Umayyah sekaligus membakar tulang para khalifah.

Terlepas dari gelar serta track record atau histori kejam yang dimiliki oleh Abu Abbas tersebut, ia berhasil mendirikan sebuah dinasti Islam yang memiliki sifat internasional dengan asimilasi serta corak pemikiran dan peradaban dunia. Abu Abbas As Saffah menjadi pendiri Daulah Abbasiyah sebagai salah satu dinasti Arab Islam ketiga setelah Khulafaurrasyidin serta Dinasti Umayyah dan berhasil memajukan peradaban Islam saat itu.

Meski menjadi pendiri sekaligus khalifah pertama, Abu Abbas menjadi pemimpin dari Daulah Abbasiyah dengan waktu yang sangat singkat, yaitu hanya sekitar empat tahun saja. Pada masa kepemimpinan Abu Abbas As Saffah, ia mampu menciptakan suasan yang baru yaitu Abbasiyah yang bersifat kondusif serta steril dari keturunan Banu Umayyah sebagai lawan politiknya saat itu.

Sikap tegas serta berani yang dimiliki oleh Khalifah Abu Abbas As Saffah ketika membuat suatu kebijakan maupun peraturan menuai banyak pujian saat itu. Dampak dari kebijakan-kebijakan yang ia terapkan pun berhasil membuat situasi saat itu lebih kondusif serta mudah dikendalikan.

Pada periode pertama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, pemerintahan yang dipimpin oleh Abu Abbas telah berhasil mencapai masa keemasan. Secara politis, para khalifah pada Daulah Abbasiyah merupakan tokoh-tokoh yang kuat serta memiliki prestasi. Di sisi lain pula, kemakmuran masyarakat Islam pada masa dinasti pun mencapai tingkat paling tinggi.

Tidak hanya kemakmuran masyarakat, para khalifah Daulah Abbasiyah juga berhasil memajukan perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan serta filsafat dalam Islam. Lalu, keilmuan ini pun terus berkembang selama beberapa periode setelahnya.

Meskipun mendapatkan gelar sebagai penumpah atau peminum darah, rupanya keberhasilan dari Abu Abbas ketika menaklukan Daulah Umayyah mendapatkan dukungan besar dari para tentara bayaran asal Persia, Abu Muslim Al Khurasany. Selain itu, beberapa petinggi dari kerajaan lain seperti Romawi dan Mesir pun memberikan pujian pada ketegasan sikap Abu Abbas dalam membuat kebijakan pada peraturan pemerintahan.

Abu Abbas As Saffah kemudian menunjukan saudaranya yaitu Abu Ja’far untuk menggantikan memimpin pemerintahan usai dirinya meninggal dunia. Saudaranya kemudian melanjutkan pemerintahan Abbasiyah pada tahun 754 hingga 775 Masehi.

Itulah biografi singkat dari pendiri Daulah Abbasiyah yaitu Abu Abbas As Saffah yang berhasil membawa Islam dalam kejayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan sekaligus filsafat yang pesat. 

Sedikit Mengenai Kekhalifahan Abbasiyah

Setelah mengetahui pendiri Daulah Abbasiyah, Grameds juga perlu mengetahui Kekhalifahan Abbasiyah yang dikenal membawa Islam dalam masa kejayaannya. Daulah Abbasiyah merupakan kekhalifahan ketida Islamm yang berkuasa di Baghdad, lalu berpindah ke Kairo pada tahun 1261.

Sebagai kekhalifahan ketiga, Daulah Abbasiyah telah berkembang pesat hingga menjadikan dunia Islam sebagai pusat dari pengetahuan dunia. Ketika berkuasa, Daulah Abbasiyah berhasil meruntuhkan kekuasaan seluruh wilayah Bani Umayyah kecuali Andalusia.

Nama dai Bani Abbasiyah sendiri menunjuk pada keturunan dari paman Rasulullah yang paling muda, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Sehingga Bani Abbasiyah pun termasuk dalam Bani Hasyim.

Ketika mulai berkuasa yaitu pada tahun 750 M, Daulah Abbasiyah memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad. Kemudian selama tiga abad, Daulah Abbasiyah secara bertahap berkembang dan kemudian meredup ketika bangsa Turki mulai mencapai puncaknya.

Setelah 150 tahun berkuasa di Baghdad (sekarang adalah Iran) kekhalifahan Abbasiyah dipaksa untuk menyerahkan kekuasannya pada dinasti setempat oleh bangsa Turki yang sebelumnya adalah bagian dari tentara kekhalifahan dan dikenal dengan nama Mamluk.

Saat itu, banga Turki meminta agar khalifah Daulah Abbasiyah untuk menyerahkan kekuasan pada amir atau sultan. Kemudian, Daulah Abbasiyah pun menyerahkan Andalusia pada keturunan Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri, yaitu pada Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah serta Fatimiyah.

Kejatuhan Daulah Abbasiyah pada tahun 1258 M diketahui karena serangan dari bangsa Mongil yang saat itu dipimpin oleh Hulagu Khan yang berhasil menghancurkan Baghdad dan tidak menyisakan sedikitpun dari ilmu pengetahuan yang yang telah dihimpun saat itu di perpustakaan Baghdad pada masa Daulah Abbasiyah.

Kekhalifahan Abbasiyah kemudian berlanjut di Kairo pada tahun 1261 di bawah naungan dari Kesultanan Mamluk di Mesir. Kekhalifahan Kairo ini kemudian berakhir ketika Mesir takluk oleh Kesultanan Utsmaniyah pada thaun 1517 dan mendapatkan helar khalifah yang diklaim oleh dinasti Utsmaniyah di Turki. Kini, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk orang-orang dari suku Al Abbasi tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari Bani Hasyim yang bernama
Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari Bani Hasyim yang bernama

Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari Bani Hasyim yang bernama
Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari Bani Hasyim yang bernama

Puncak Keemasan dari Daulah Abbasiyah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di bawah kepemimpinan khaifah Abu Abbas As Saffah, kebijakan serta pemerintahan yang tegas telah membawa Islam pada masa kejayaan. Selain itu, pola pemerintahan yang diterpkan oleh Daulah Abbasiyah pun berhasil membawa perubahan politik, budaya serta sosial. Berdasarkan pada pola pemerintahan maupun politik, para sejarawan pun membagi masa pemerintahan dari Daulah Abbasiyah menjadi lima periode, berikut penjelasannya.

  1. Periode pertama pada tahun 132 H atau 750 M hingga 232 H atau 847 M, disebut sebagai periode pengaruh Persia pertama.
  2. Periode kedua yaitu pada tahun 334 H atau 845 M hingga 334 H atau 945 M disebut pula sebagai periode dari pengaruh Turki pertama.
  3. Periode ketiga pada tahun 334 H atau 945 M hingga 447 H atau 1055 M merupakan masa kekuasaan dari dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Pada periode ini pula, periode ketiga disebut sebagai masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode keempat yang berlangsung pada tahun 447 H atau 1055 M hingga 590 H atau 194 M adalah masa kekuasaan dari Daulah Bani Seljuk pada pemerintahan khilafah Abbasiyah yang disebut pula sebagai masa pengaruh Turki kedia di bahwa kendali dari Kesultanan Seljuk Raya.
  5. Periode kelima yaitu pada tahun 590 H atau 1194 M hingga 656 H atau 1258 M merupakan masa khalifah yang bebas dari pengaruh dinasti lain, akan tetapi kekuasannya hanya efektif pada sekitar kota Baghdad, lalu diakhiri oleh invasi dari Bangsa Mongol.

Pada periode pertama dari Daulah Abbasiyah, pemerintahan Bani Abbas telah mencapai masa-masa keemasannya. Secara politik, para khalifah dari Daulah Abbasiyah adalah tokoh kuat serta telah menjadi pusat kekuasaan politik sekaligus agama.

Di sisi lain, kebijakan yang diterapkan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah pun berhasil membuat rakyat lebih makmur. Periode pertama pula yang menjadi landasan untuk perkembangan dari filsafat serta ilmu pengetahuan dalam Islanm. Sayangnya, setelah periode pertama berakhir, pemerintahan Bani Abbas pun mulai menurun terutama dalam bidang politik, meskipun pada bidang filsafat serta ilmu pengetahuan terus berkembang.

Usai Abu Abbas As Saffah selesai memimpin, Abu Ja’far Al Manshur yaitu saudara dari Abu Abbas meneruskan kekuasannya. Kemudian lahirlah tokoh-tokoh besa yang kemudian menjadi saingan untuk khilafah Daulah Abbasiyah, akan tetapi Abu Ja’far pun berhasil menyingkirkan satu persatu tokoh saingannya tersebut.

Abdulllah bin Ali serta Shalih bin Ali (paman Abu Ja’far) yang sebelumnya ditunjuk sebagai gubernur oleh Abu Abbas di Syria dan Mesir sebelumnya pun dibunuh oleh Abu Ja’far, karena keduanya tidak bersedia membaiat Abu Ja’far.

Apabila dasar dari pemerintah Daulah Abbasiyah diletakan serta dibangun oleh Abu Abbas As Saffah, serta Abu Ja’far, maka puncak keemasan dari Daulah Abbasiyah berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu ialah Al Mahdi yang menjabat pada 775 M – 785 M, Al Hadi menjabat pada 775 M – 786 M, Harun Ar Rasyid menjabat pada 786 M – 809 M, Al Ma’mun menjabat pada 813 M – 833 M, Al Mu’tashim menjabat pada 833 M – 842 M, Al Watsiq menjabat pada 842 M – 847 M, serta Al Mutawakkil menjabat pada 847 M – 861 M.

Faktor Penyebab Kemunduran pada Daulah Abbasiyah

Setelah berkuasa begitu lama, Daulah Abbasiyah pun mengalami kemunduran, ada beberapa faktor penting yang menyebabkan Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran. Ketika mengalami Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran, banyak daerah kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk memerdekakan diri. Berikut adalah faktor yang menjadi penyebab Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran.

  1. Luas dari wilayah kekuasan Daulah Abbasiyah, sementara itu komunikasi dari pusat dengan daerah-daerah sulit untuk dilakukan. Bersamaan pula dengan kesulitan komunikasi, tingkat dari saling percaya pada kalangan penguasa serta pelaksanan pemerintahan pun sangat rendah.
  2. Adanya profesionalisasi pada angkatan bersenjata, maka ketergantungan pada khalifah pun kian tinggi.
  3. Keuangan negara dinilai sangat sulit, sebab biaya yang dikeluarkan saat itu untuk tentara bayaran cukup besar. Ketika kekuatan militer menurun, maka khalifah pun tidak sanggup untuk memaksakan pengiriman pajak ke Baghdad.

Selain ketiga faktor tersebut, ada pula masa-masa disintegrasi yang terjadi pada tahun 1000 M hingga 1250 M.

Masa disintegrasi terjadi, sebab kebijaksanaan khalifah saat itu lebih menekankan pada pembinaan perdaban sekaligus kebudayaan Islam dibandingkan persoalan politik. Sehingga, beberapa provinsi terutama provinsi di daerah pinggiran mulai lepas dari genggaman para penguasa Daulah Abbasiyah dan memulai pemberontahakan untuk memeroleh kemerdekaan penuh daerahnya masing-masing.

Dicatatkan, bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan oleh para pemimpin daerah untuk melepaskan diri dari genggaman para penguasa Daulah Abbasiyah. Berikut penjelasannya.

  1. Seorang pemimpin lokal akan memimpin suatu pemberontakan, lalu berhasil memeroleh kemerdekaan secara penuh seperti Daulah Bani Umayyah yang berada di Spanyol serta Bani Idrisiyyah di Markoko.
  2. Gubernurh yang ditunjuk oleh khalifah memiliki kekuasaan serta kedudukan yang semakin kuat, contohnya seperti Aghlabiyyah yang berada di Tunisia serta Thahiriyyah di Khurasan.

Dijelaskan oleh Ibnu Khaldun, bahwa keruntuhan dari kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena tersebut menurut Ibnu Khaldun bersamaan dengan datangnya para pemimpin yang memiliki kekuatan militer di provinsi tertentu, sehingga membuat para pemimpin provinsi tersebut benar-benar independen.

Ditambah dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh Daulah Abbasiyah saat itu mengalami kemunduran. Oleh karena itu, sebagai gantinya para penguasa di Daulah Abbasiyah pun memperkerjakan profesional di bidang kemiliteran, khususnya para tentara Turki dengan sistem perbudakan yang baru.

Karena pengangkatan anggota militer dari Turki tersebut, dalam perkembangan selanjutnya menjadi suatu ancaman besar untuk kekuasaan khalifah. Terutama pada periode pertama pemerintahan Daulah Abbasiyah, telah muncul fanatisme kebangsaan berupa geraka kebangsaan anti Arab atau disebut pula sebagai syu’u arabiyah.

Gerakan fanatisme tersebutlah yang kemudian memberikan banyak inspirasi pada gerakan politik, di samping permasalahan keagamaan. Pada masa tersebut, para khalifah dinilai tidak sadar bahwa muncul bahaya politik dari fanatisme kebangsaan maupun aliran keagamaan.

Masa disintegrasi ini terjadi pada pemerintahan periode pertama dari Bani Abbasiyah hingga mencapai pada masa keemasan Daulah Abbasiyah. Kemudian pada masa-masa berikutnya pemerintahan Daulah Abbasiyah pun mulai menurun, terutama pada bidang politik. Di mana salah satu penyebabnya ialah kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah serta kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan masa itu.

Kemudian kekuasaan khilafah Abbasiyah pun berakhir pada awal periode kelima. Para periode kelima tersebut, para khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu, meskipun saat itu banyak dinasti Islam berdiri.

Itulah penjelasan mengenai profil singkat dari pendiri Daulah Abbasiyah yaitu Abu Abbas As Saffah serta penjelasan mengenai kekhalifahannya dan puncak keemasan yang berhasil diraih hingga faktor yang menyebabkan Daulah Abbasiyah mengalami kemunduruan.

Grameds, dapat mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah dari dinasti Islam, seperti Daulah Abbasiyah dengan membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu menyediakan beragam buku berkualitas untuk Grameds. Jadi, tunggu apa lagi? Segera beli dan miliki bukunya sekarang juga!

BACA JUGA:

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien