Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia

Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia


Berbagi Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang ada sangat erlu dimanfaatkan untuk mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Untuk Mewujudkan Poros Maritim Dunia, sesungguhnya berdimensi jamak dan bersifat komplek. 'Geomaritim' merupakan sebuah konsep transdisiplin yang dihadirkan guna membingkai kompleksitas kemaritiman dari perspektif Geografi. Dengan Beranjak dari Modal keilmuan tersebut, para geograf Indonesia yang tergabung dalam ikatan Geografi Indonesia (IGI) dengan didukung Badan Informasi Geospasial (BIG) memunculkan suatu konsep tradisiplin yang dapat menjembatani dunia akademis dengan pemangku kepentingan lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk bersinergi dan menjadi media/wadah bersama untuk menyelaraskan derap langkah aksi dalam membangun kemaritiman Indonesia.

BK20181101033Perpustakaan BIGTersedia
BK20181001034Perpustakaan BIGTersedia
BK20181101035Perpustakaan BIGTersedia

Judul Seri

-

No. Panggil

-

Penerbit Badan Infomasi Geospasial : Cibinong., 2015
Deskripsi Fisik

180 hlm. : illus. ; 24 cm.

Bahasa

Indonesia

ISBN/ISSN

978-602-9439-61-8

Klasifikasi

NONE

Tipe Isi

other

Tipe Media

other

Tipe Pembawa

unspecified

Edisi

-

Subyek

-

Info Detil Spesifik

-

Pernyataan Tanggungjawab

-

Tidak tersedia versi lain




DETAIL CANTUMANKembali ke sebelumnyaXML DetailCite this


Tekan tombol Enter untuk memulai obrolan

Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia
Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia
Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia
Paradigma apa yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia

Oleh Wisnu Samudra Hutasoit, Pemerhati Masalah Kelautan Nasional, Aktif di Lembaga Kajian Samudra Penegak Kedaulatan

"Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelautdalam arti seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri. "
Soekarno,1953

Indonesia merupakan negara yang memiliki modal dasar terlengkap untuk menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaulat. Karena, Pertama memiliki jumlah pendudukkuranglebih 250 juta jiwa, yakni terbesar keempat di dunia setelah ilmu India, dan AS. Kedua adalah kekayaan alam yangmelimpah dan beragam, baik yang terdapat di wilayah darat maupun lautan. Ketiga, posisi geoekonominya yang sangat strategis, di jantung pusat perdagangan global. Sekitar 45 persen dari seluruh komoditas dan barang yang diperdagangkan di dunia dengan nilail 500 triryun dolar AS per tahun diangkut melalui laut Indonesia (UNCTAD, 2010).

Poros Maritim Indonesia dapat dipahami sebagai visi untuk menjadikan Indonesia "pusat " kegiatan ekonomi regional dan global dengan memanfaatkan sumber-sumber kelautan.Juga upaya pengejawantahan geostrategi Indonesia dalam pemanfaatan aset-aset kelautan Indonesia baik secara ekonomis dan strategis. Jadi, poros maritim bisa dipahami sebagai cita-cita, doktrin,agenda dan strategi pembangunan Indoenesia yang berkelanjutan.

Dalam pemahaman lain,Poros Maritim (Maritime Axis) meru-pakan upaya penggeseran paradigma pembangunan nasional dari land/continental-based society menuju maritime-based society atau bergeser dari paradigma daratan menuju paradigma kelautan. Pergeseran pardigma "memunggungi laut " menjadi "Laut adalah serambi, Laut bukan pemisah tapi pemersatu nusantara " adalah idea historis dan masa depan.

Bagi masyarakat umum yang tidak terlibat langsung dalam mewujudkan poros maritim masih ada langkah konkrit yang dapat diakukan. Perubahan pola konsumsi protein hewani dari dominasi daging sapi dan ayam menjadi ikan sebagai sumber protein utama. Jadi, keluhan terkait kelangkahan daging sapi pada saat tertentu yang kemudian memaksa pemerintah untuk impor seharusnya tidak perlu terjadi. Bila menjadkan ikan sebagai pengganti dagingsapi, tidak sajamenambahkombinasiprotein tapi juga mendorong peningkatan kualitas hidup para nelayan. Kampenye makan ikan itu sehat selayaknya digebyarkan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada masa kepemimpinannya sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kelautan, namun masih perlu peningkatan dalam tataran implementasinya. Momentum suksesi kepemimpinan nasional, dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Terpilih Joko Widodo, merupakan saat yang tepat untuk merumuskan kembali kebijakan implementasi pembangunan Benua Maritim Indonesia secara menyuluruh dan terpadu.

Menurut Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam penyampaian komitmen Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia pada 2019 yang menunjukkan keseriusan Indonesia dalam perlindungan lingkungan maritim. Dalam kesempatan penyampaian pernyataan umum hari kedua Sidang Majelis Dewan lnternational Maritime Organization (IMO) Di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London yang dihadirinpara para ketua delegasi dari 22 negara anggota (metrotvneivs.com 29/11/2015).

Sedangkan Menurut Dedy Supriadi Adhuri. PhD dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LlPI) dalam kuliah umum yang digelar mahasiswa Program Magister Ilmu Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas) (27/10/2015), menyebutkan bahwa membangun kekuatan pertahanan maritim dilakukan dengan memanfaatkan komunitas nelayan dan pelayar. Artinya nelayan dan pelayar adalah de facto penguasa laut dibandingkan dengan aparat negara. Kekuatan mereka bisa dimanfaatkan untuk mendukung pertahanan keamanan maritim dan juga menjadikan pilar membangun kembali budaya maritim lndonesia sebagai fondasi.

Untuk mewujudkan hal itu, Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah lndonesia sebagai negara maritim yang besar,maju,adil-makmur, dan berdaulat yang menjadi rujukan masyarakat dunia dalam hal kemajuan IPTEK, kemakmuran, keadilan, dan perdamaian antar bangsa-bangsa di wilayah lautan. Dengan demikian, segenap produk dan jasa kelautan yang dihasilkan akan memiliki niiai tambah dan daya saing yang tinggi secara berkelanjutan. Bukan berarti melupakan darat namun mengintegerasikan pembangunan sosial-ekonomi di darat dan di laut.

Karena melalui reorientasi pembangunan dari basis daratan ke lautan, maka pelabuhan, transportasi laut akan lebih efisien. Sehingga, akan membuat semua produk dari ekonomi daratan (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, dan manufaktur) akan lebih berdaya saing, karena biaya logistik akan lebih murah dan pergerakan barang bakal lebih cepat.

Dengan peta jalan pembangunan kelautan seperti di atas, semoga Indonesia akan menjadi negara maritim yang maju, adil-makmur dan berdaulat (poros maritim dunia) dalam waktu tidak terlalu lama. Sumber : Harian Ekonomi Neraca, 16 Desember 2015. Hal: 2

Oleh :  Agung Bimasyah Putra

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Tehnik Konstruksi Perkapalan

Wilayah perairan (laut, sungai, danau) yang menempati 72 % dari luas permukaan bumi menunjukan peranan dan potensi SDA untuk pembangunan suatu bangsa yang terintegrasi dengan wilayah tersebut. Keberadaan wilayah ini mendukung aktifitas jalur perdagangan nasional dan internasional. Sedangkan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur. Dalam mewujudkan hal ini, Presiden Joko Widodo mencetuskan lima pilar :

  1. Pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.
  2. Berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
  3. Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
  4. Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan.
  5. Membangun kekuatan pertahanan maritim.

Namun, ada beberapa hal yang membatasi pergerakan Indonesia dalam menjadi Poros Maritim Dunia, salah satunya adalah kebijakan nasional yang harus disesuaikan dengan hukum internasional. Hal ini menjadikan kebijakan perbatasan maritime perlu disusun ulang sedemikian rupa sehingga dengan kondisi spesifik Indonesia dengan Negara sekitarnya. Perhatian terhadap aspek hak-hak tradisional dan peran pengetahuan tradisional terkait pengelolaan sumber daya laut lebih dibutuhkan karena secara tidak langsung hukum yang lebih dulu dicanangkan adalah hukum tradisional itu sendiri. 

Indonesia juga dikenal dengan negara maritim karena dua pertiganya adalah lautan dengan luas perairan lautan 5,8 kilo meter persegi,  luas perairan kepulauan  2,95 juta kilometer persegi dan luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 2,55 juta kilo meter persegi. Jika dilihat panjang garis pantai Indonesia ialah 95,181 kilometer yang terdapat 17.504 pulau. Di dalamnya terdapat sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang.

Selain itu, pengembangan industri maritim di Indonesia juga perlu ditindaklanjuti lebih lanjut karena harus menyesuaikan juga dengan revolusi industri 4.0 yang berkonsep pada implementasi operasi industri sebagai upaya peningkatan produktifitas dan kualitas. Sistem operasional kapal atau industri ekonomi maritim tidak terlepas dari lingkungan laut yang membahayakan. Oleh karena itu, harus dilakukan uji standart untuk menjamin operasional kapal agar dapat menjalin kerjasama dengan laut itu sendiri.

Permasalahan lain datang pada lumbung ikan nasional yang sedang marak diperbincangkan namun belum juga kunjung diimplementasikan. Sayangnya, peningkatan jumlah kapal patroli bukanlah solusi satu-satunya yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Akibatnya, overcatching dan banyaknya kapal patroli yang menganggur karena terlalu banyak armada. Optimalisasi alat tangkap, penanganan hasil tangkapan yang jelas dan tepat, jaringan pemasaran, penggunaan alat tangkap ganda merupakan solusi yang dapat diberikan pada saat ini. 

Kita sebagai generasi muda perlu adanya kesadaran nasional terutama sektor kelautan dan perikanan. Salah satunya dengan memberikan penyadaran, pemahaman dan pembinaan bagi nelayan yang saat ini masih melakukan cara-cara yang dilarang dalam menangkap ikan dengan lebih edukatif . Sebagai contoh dengan melakukan pemahaman tentang pentingnya lautan untuk masa kini dan juga masa yang akan datang. Jangan sampai masyarakat merasakan kerugikan akibat nelayan kita merusak ataupun melakukan penyelundupan ikan ke negara lain. Nelayan melakukan tindakan perusakan sama artinya biota atau terumbu karang akan rusak dan spesies ikan yang ada lautan di negeri ini seiring berjalannya waktu akan punah. Begitu halnya penyelundupan ikan, jumlah ikan menjadi semakin menipis dan masyarakat yang awalnya suka mengonsumsi ikan beralih dengan mengonsumsi protein hewani lainnya. Selain itu peraturan hukum yang  ada harus dapat diterapkan secara tegas bagi perusak ataupun penyelundup ikan jika cara penegakan hukum secara edukatif dan persuasif sudah tidak efektif.

“AIR LAUT, BURUNG CAMAR, KAKI LANGIT YANG LUAS TANPA BATAS. TANPA ITU SEMUA, IA TIDAK AKAN BERTAHAN HIDUP