Pada hari kiamat orang yang berada dipertengahan ini akan

Salah satu sifat Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saking penyayangnya, Allah bahkan tetap memberi banyak nikmat kepada makhluknya yang masih sering lalai. Sebagai makhluk yang sering disebut sebagai makhluk paling sempurna, manusia adalah sosok yang (walaupun paling sempurna) tetapi paling banyak juga melakukan kelalaian. Sebagai Dzat yang Maha Pengasih, Allah menciptakan manusia dengan berbagai karakter sehingga menjadi beberapa golongan. Pada QS. Fathir ayat 32 Allah berfirman:

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

Berdasarkan ayat di atas, Allah mengelompokkan manusia menjadi tiga golongan; orang yang menzalimi diri sendiri, orang yang berada di pertengahan, juga orang yang mendahulukan berbuat kebaikan. Maksud dari golongan orang yang menzalimi diri sendiri adalah orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbuat hal yang tidak baik terlebih lagi merugikan diri sendiri. Contoh perbuatan dari golongan ini misalnya orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dan mengubah penampilan menyalahi kodrat tanpa mengingat risiko untuk dirinya sendiri.

Golongan kedua adalah orang-orang yang berada di pertengahan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah golongan yang melakukan kebaikan dan keburukan dengan persentase yang hamper sama atau seimbang, sehingga ia tak condong masuk dalam salah satu golongan. Biasanya manusia yang berada dalam kelompok ini sedang berada pada fase pembelajaran dan mencari jati diri. Belum ada dorongan kuat untuk menggunakan waktunya melakukan banyak kebaikan, tetapi ia juga sadar bahwa masih ada banyak hal tidak baik yang terus ia lakukan.

Golongan ketiga adalah orang yang banyak melakukan kebaikan. Kelompok ini adalah manusia yang telah tumbuh dan menyadari bahwa Allah menciptakannya sebagai hamba agar ia menggunakan waktunya untuk bertaqwa. Sebagai makhluk yang bertaqwa, maka otomatis ia akan menjauhi segala hal yang Allah larang yaitu hal-hal tidak baik. Manusia pada kelompok ini sadar betul bahwa jika ia memilih untuk mengisi hidupnya dengan hal tercela, maka tidak akan ada manfaat lagi keuntungan untuknya baik di dunia maupun akhirat.

Berdasarkan penjelasan tentang tiga golongan tersebut, kita tentu dapat mengetahui pada kelompok manakah kita berada. Namun yang lebih penting dari penilaian itu, kita dapat melihat bahwa Allah memberi kesempatan hambaNya hidup di dunia agar dapat belajar termasuk belajar bertumbuh menjadi makhluk yang lebih baik. Orang-orang yang masih berada di fase sebagai kelompok dzalimun linafshih (zalim kepada diri sendiri) tentu tetap memiliki kesempatan untuk berubah dan masuk ke kelompok orang-orang yang memilih melakukan banyak kebaikan. Namun, bagi orang-orang yang telah berada di kelompok manusia yang lebih banyak melakukan kebaikan harus lebih bisa menjaga diri agar dapat terus menjauhi segala macam perbuatan yang dapat merugikannya.

Kaum Muslim Terbagi Tiga Golongan: Sabiqun bil Khairat, Muqtashid, Zhalimu Linafsih.

Pada hari kiamat orang yang berada dipertengahan ini akan


ALLAH SWT menyebutkan, umat Islam terbagi kedalam tiga golongan atau kelompok, berdasarkan ketaatannya kepada syariat Islam yang bersumberkan Al-Quran. Hanya ketiga kelompok Muslim ini pula yang ada dalam Islam, bukan sebutan-sebutan kelompok umat Islam yang sering dipropagandakan media-media anti-Islam. Ketiga golongan kaum Muslim menurut Al-Quran itu adalah
  1. Zhalimu Linafsih
  2. Muqtashid
  3. Sabiqun bil Khairat
Dalam QS. Al-Fathir disebukan:

ُثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fathir: 32).

Pengertian Sabiqun bil Khairat, Muqtashid, Zhalimu Linafsih.


Apa pengertian dan kriteria golongan Sabiqun bil Khairat, Muqtashid, Zhalimu Linafsih? Dalam Tafsir Al-Quran Departemen Agama RI disebutkan:
  1. Zhalimu Linafsih adalah orang yang menganiaya dirinya sendiri, yaitu orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. 
  2. Muqtashid adalah pertengahan, yaitu orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya.
  3. Sabiqun bil khairat adalah golongan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan, yaitu orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
  1. Dzalimun linafsihi atau orang-orang yang menganiaya diri sendiri adalah orang-orang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan banyak maksiat.
  2. Muqtashid atau pertengahan adalah orang-orang yang hanya melakukan perbuatan wajib dan menghindarkan diri dai perbuatan maksiat, meninggalkan perbuatan-perbuatan baik, namum suka melakukan perbuatan-perbuatan makruh (tercela).
  3. Sabiqun bilkhairat atau orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan adalah orang-orang yang melaksanakan kewajiban dan kebaikan-kebaikan lainnya, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang haram dan makruh, bahkan juga meninggalkan perbuatan yang mubah.”
Dalam Tafsir Al-Baghawi disebutkan, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah menjelaskan:
  1. Zhalimun linafsihi (orang yang mendzalimi diri sendiri) adalah ash-habul masy’amah (golongan kiri).
  2. Muqtashid (pertengahan) adalah ash-habul maimanah (golongan kanan). 
  3. Sabiqun bilkhairat (lebih dahulu berbuat kebaikan) adalah al-muqarrabun
Pendapat dalam Tafsir Al-Baghawi itu berdasarkan QS Al-Waqi'ah:7-2 

وَكُنتُمْ أَزْوَاجاً ثَلَاثَةً ◌ فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ◌ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ◌ وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ ◌ وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ ◌ أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ ◌ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ

“Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan.” (QS Al-Waqi’ah: 7-12)

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Darda, Rasulullah saw. bersabda:
  1. Kelompok Saabiqun adalah mereka yang akan masuk janah (surga) dengan tanpa hisab. 
  2. Kelompok muqtashid adalah mereka yang akan dihisab dengan hisab yang ringan (hisaban yasiira). 
  3. Kelompok dhalimun adalah mereka yang mendapat rintangan sepanjang mahsyar, kemudian Allah menghapus kesalahannya karena rahmat-Nya.
Setelah diampuni Allah, kelompok zhalimun ini  berkata, "Dan mereka Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rab kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (jannah) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (QS Fathir: 34--35). (HR Imam Ahmad).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, suatu ketika  Aisyah r.a. ditanya oleh Uqbah bin Shuhban al-Hinai tentang ayat di atas. Beliau menjawab, "Wahai anakku, mereka berada di janah. Adapun sabiq bil khairat adalah mereka yang telah berlalu pada masa Rasulullah saw., Rasulullah menjanjikan untuk mereka janah. Adapun muqtashid adalah mereka yang mengikuti jejaknya dari kalangan sahabatnya, sehingga bertemu dengan mereka. Adapun dhalim linafsih adalah seperti aku dan kalian?."

Komentar ibunda Aisyah r.a. yang mengelompokkan dirinya ke dalam dhalim linafsih, tentu sebuah ketawadhu'an, sebagaimana dinyatakan oleh Uqbah bin Shuhban. Menurutnya, Aisyah justru termasuk pemuka sabiq bil khairat. Namun, bagi kita tidak ada alasan untuk tidak menyatakan diri kita sebagai muqtashid apalagi sabiq bil khairat.

Tiga kelompok di atas memang akhirnya dinyatakan akan masuk janah, karena mereka adalah umat Muhammad Saw yang bertauhid. Namun, kelompok zhalim linafsih berada pada posisi terancam karena akan melewati proses hisab yang berat dan belum tentu mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT.

Semoga kita termasuk kelompok Sabiqun bil Khairat, yaitu golongan kaum Muslim yang bersegera dalam kebaikan, melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya, juga menjalankan amalan-amalan sunah, dan menjauhi perbuatan makruh apalagi haram. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Alquran surah Faathir menjelaskan tiga golongan yang menyikapi Alquran

republika

Wahyu Alquran yang pertama dan terakhir diturunkan Allah.

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: ASM Romli

Baca Juga

Allah SWT mengingatkan dalam Alquran tentang terbaginya umat Islam ke dalam tiga golongan dalam menyikapi Alquran (QS. Faathir: 32). Pertama, golongan zhalimu linafsih (menganiaya diri sendiri). Kedua, golongan saabiqun bil-khairi (cepat berbuat kebajikan). Ketiga, golongan muqtashid (pertengahan).

Dewan Penerjemah Alquran Depag RI dalam Al-Quran dan Terjemahannya, memaknai ketiga golongan tersebut sebagai berikut: golongan pertama adalah "orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya"; golongan kedua adalah "orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan; dan golongan "pertengahan" adalah mereka yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya.

Dapat dikatakan, golongan zhalimu linafsih adalah orang yang mengabaikan Alquran dalam hidupnya. Disebut "menganiaya diri sendiri" karena dengan mengabaikan ajaran Allah ia sesat dalam hidupnya. Ia menolak mengikuti aturan yang akan menyelamatkannya dunia-akhirat.

Golongan sabiqun bil-khair adalah mereka yang cepat mengamalkan Alquran begitu mereka baca dan pahami. Persis sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan para sahabat. Sedangkan golongan muqtashid dapat dikatakan parsial dalam pengamalan Alquran. Mereka mencampuradukkan antara ibadah dan maksiat, hak dan batil. Mereka termasuk orang yang merugi karena Allah memerintahkan agar kita berislam secara total (kaffah).

Oleh karena itu, pada saat ghirah kita tinggi untuk membaca Alquran saat Ramadhan seperti sekarang, seyogianya hal di atas menjadi perhatian serius. Kita tidak sekadar mengejar pahala "satu huruf sepuluh pahala" alias membaca, tetapi lebih dari itu berupaya memahami dan menghayati maknanya, untuk kemudian semampu kita (mastatho'tum) mengamalkan dan mendakwahkannya.

Semoga peringatan Nuzulul Quran membangkitkan kesadaran kita untuk iqra' lebih intensif dan luas. Baik dalam hal membaca ayat qauliyah (Alquran) maupun ayat kauniyah (fenomena alam) berdasarkan petunjuk Alquran agar kita semua, umat Islam, menjadi umat yang terbaik, menjadi teladan bagi umat-umat lain, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Wallahu a'lam

  • marhaban ramadhan
  • puasa
  • puasa ramadhan
  • ramadhan
  • bulan ramadhan
  • hikmah

Pada hari kiamat orang yang berada dipertengahan ini akan

sumber : Pusat Data Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...