This Paper A short summary of this paper 37 Full PDFs related to this paper
You're Reading a Free Preview
Berkaitan dengan pengertian kebijakan berikut pendapat dari para ahli mengenai pengertian kebijakan yaitu: Kebijakan dianggap sebagai suatu posisi atau pendirian yang dikembangkan untuk menanggapi suatu masalah atau isu konflik dalam rangka mencapai tujuan tetentu, bisanya dibedakan dari konsep-konsep yang saling terkait Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu : Suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan pada seseorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain ia dapat perkecualian. Artinya kebijakan adalah suatu kearifan pemimpin kepada bawahan atau masyarakatnya. Kebijakan adalah pernyataan atau pemahaman umum yang mempedomani pemikiran dalam mengambil keputusan yang memiliki esensi batas-batas tertentu dalam mengambil keputusan. Kebijakan (wisdom) adalah : Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan didasarka atas suatu ketentuan dari pemimpin, yang berbeda dari aturan yang ada, yang dikenakan pada seseorang karena adanya alasan yang dapat diterima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena suatu alasan yang kuat. Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian konsep dasar yang dibuat oleh pemimpin berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuannya pada suatu organisasi yang dijadikan dasar dalam melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi tersebut, yang berbeda dengan aturan yang sudah ada sebelumnya. Terdapat beberapa pendekatan kebijakan dalam pendidikan yang diantaranya : a. Pendekatan Empirik (Empirical) Pendekatan empiris menekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan bersifat faktual atau fakta dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif. b. Pendekatan Evaluatif Pendekatan evaluatif dimaksudkan untuk menerangkan keadaan yang menerapkan suatu kriteria atas terjadinya gejala yang berkaitan dengan nilai dan pengukuran setelah dihubungkan dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi, evaluasi kebijakan bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta tentang sesuatu tetapi menunjukan bahwa sesuatu itu mempunyai nilai jika dibandingkan dengan kriteria atau acuan yang menjadi pedoman. Terdapat model-model kebijakan dalam pendidikan yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Model Deskriptif Model deskriptif menurut Suryadi dan Tillar adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan model deskriptif adalah pendekatan positif yang diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan menyajikan sesuatu “state of the art” atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang diteliti dan perlu diketahui para pemakai. Jadi model deskripsi ini dapat menerangkan apakah fasilitas pembelajaran sudah memadai, kualifikasi pendidikan guru memenuhi persyaratan, anggaran untuk pembelajaran, dan sebagainya. Tujuan model deskriptif menjelaskan atau memprediksikan sebab-sebab dan konsekwensi-konsekwensi dari pilihan-pilihan kebijakan. Model deskriptif digunakan untuk memantau hasil-hasil dari aksi-aksi kebijakan seperti indikator angka partisipasi murni dan angka drop out yang dipublikasikan. 2. Model Normatif Pendekatan normatif disebut juga pendekatan preskriptif yang merupakan upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah. Tujuan model normatif bukan hanya menjelaskan atau memprediksikan, tetapi juga meberikan dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai), dan juga membantu memudahkan para pemakai hasil penelitian. Pendekatan normatif menekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang (aksi) yang dapat menyelesaikan masalah-masslah pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada semua jenjang dan jenis pendidikan. 3. Model Verbal Model verbal (verbal models) dalam kebijakan diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa logika simbolis dan matematika sebagai masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis berdasarkan pada penilaian nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relatif mudah dikomunikasikan diantara para ahli dan orang awam, dan biayanya murah. Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang dipakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argumen-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak didukung informasi atau fakta yuang mendasari. 4. Model Simbolis Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan antara variabel-variabel kunci yang dipercaya menciri suatu masalah. Kelemahan praktis model simbolis adalah hasilnya tidak mudah diinterpretasikan, bahkan diantara para spesialis, karena asumsinya tidak dinyatakan secara memadai. 5. Model Prosedural Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Prediksi-prediksi dan solusi-solusi optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan meneliti seperangkat hubungan yang mungkin. 6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif Model pengganti diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah substansif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak sepenuhnya mewakili secara sah masalah substansif, sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substansif. Proses perumusan kebijakan selalu diawali dengan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan bagian inti dari manajemen, kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dalam manajemen. Tanpa adanya pengambilan keputusan maka tidak ada kepemimpinan dan tanpa adanya kepemimpinan maka manajemen tidak berfungsi. Terdapat beberapa definisi tentang pengambilan keputusan antara lain :
Pengambilan keputusan adalah proses memilih diantara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan serta melakukan alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pengambilan keputusan merupakan langkah awal pembuatan kebijakan. Model pengambilan keputusan ada 3 macam yaitu: 1) Model Kalkulatif/rasional Pengambilan keputusan kalkulatif bersifat purposif yakni mempunyai pedoman: menentukan apa yang harus dilakukan, meneliti segala alternatif yang mungkin, menimbang buruk baik setiap alternatif, dan memilih alternatif yang paling banyak diperkirakan memberikan keuntungan tetapi paling sedikit waktunya, tenaga dan biaya yang diperlukan. Pengambilan keputusan model kalkulatif dilakukan secara perhitungan logis dan sistematis. 2) Model Simon Model ini didasarkan pada asumsi keterbatasan rasionalitas atau kalkulasi manusia dalam mengambil keputusan dan pada target pengambilan keputusan bukan sampai pada taraf optimum, tetapi hanya sampai ketaraf “cukup baik”.
3) Model stufflebean Menurut model ini pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu, yang dimaksud dengan kondisi dalam hal ini adalah sejumlah faktor yang berada disekitar arena pengambilan keputusan itu yang ikut mempengaruhi analisis dan pilihan.
a. Rasionalitas terbatas. b. Intuisi. Pengambilan keputusan intuisi adalah suatu proses tak sadar, yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaing. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis nasional. Intuisi adalah kekuatan di luar indra atau indra keenam. c. Identifikasi masalah. Dalam mengidentifikasi masalah ada dua hal penting yang berpengaruh, yaitu:
Model rasional tidak mengakui adanya perbedaan budaya. Namun dalam kenyataannya, pengambilan keputusan dipengaruhi oleh latar belakang budaya pengambil keputusan.
Proses pengambilan keputusan dengan model rasional melalui enam langkah yaitu :
Proses pengambilan keputusan ada lima langkah yaitu:
Dalam penerapannya, untuk menjadikan sebuah sekolah memiliki budaya lingkungan maka diperlukan beberapa unsur penting yaitu a) Pengembangan Kebijakan Sekolah b) Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan c) Kegiatan Berbasis Partisipatif d) Pengelolaan Sarana Prasarana.
Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah Teori model dan Aplikasi. (Jakarta : Grasindo. 2003).Engkoswara. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987). Abidin, Said Zainal, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, (Suara Bebas, Jakarta. 2008). Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000). Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebyakan Pendidikan Suatu Pendidikan, (Remaja Rosda Karya, Bandung. 1993) Koontz, Harold dan Cyrill O Donell, Management New York : Longman, |