Mendiagnosis kesulitan belajar melalui teknik tes

TEKNIK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Oleh : Agung Ardiansyah _ 1213032002


Kesulitan belajar adalah hal yang tak urung di temui dan mengganggu seorang siswa ketika melaksanakan pembelajaran baik di dalam maupun luar sekolah. Oleh karenanya seorang pendidik profesional haruslah mampu mendiagnosis kesulitan belajar tersebut untuk dapat membantu siswa shingga lahirlah generasi muda yang produktif.

 Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :

Mendiagnosis kesulitan belajar melalui teknik tes
A.Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms).

B.Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.

C.Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.


Dari ketiga pengertian diatas dapat di implisitkan bahwa diagnosis bukanlah sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau mencari tau gejala & masalah yang menghambat siswa saja melainkan juga merupakan suatu upaya untuk meramalkankemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahnya. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka Pendidik Profesional haruslah faham Teknik dalam mendiagnosisnya.


Berikut 4 (empat) teknik mendiagnosis kesulitan belajar :

1.    Tes Prasyarat

Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.

Contoh tes prasyarat diagnosis kesulitan belajar :

Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.

2.    TES DIAGNOSTIK

Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.

Contoh Tes diagnostik diagnosis kesulitan belajar :

Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

3.    WAWANCARA

Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.

Contoh wawancara diagnosis kesulitan belajar :

Seorang pendidik yang melakukan pendekatan langsung kepada peserta didik, memposisikan diri sebagai sahabat yang siap emndengarkan dan memberi solusi terhadap masalah yang sedang peserat didik hadapi.

4.    OBSERVASI

Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.

Contoh observasi diagnosis kesulitan belajar :

Seorang peserta didik yang mengalami gangguan pengelihatan tentu informasi yang di terima akan berbeda dengan peserta didik lain yang dapat melihat normal. Seorang pendidik dalam tahap observasi ini dapat menyarankan kepada siswa untuk memaksimalkan pembelajaran di kelas dengan bantuan kacamata.

Demikianlah beberapa teknik mendiagnosis kesulitan belajar siswa, semoga dapat membantu para pendidik profesional dalam melaksanakan pembelajaran disekolah. Dapat disimpulkan bahwa Teknik mendiagnosis kesulitan belajar ini menjadi penting untuk dapat melahirkan sumber daya manusia yang aktif, produktif serta memiliki kemampuan di atas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA 1.http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/ 2.https://docs.google.com/document/edit?id=1T1WzrL6xIhxwoY8GyikAwP9XQfHceixOG-g4Ytvu4&hl=in&authkey=CIWkyPMO&pli=1

3.http://endahsulistyowati.wordpress.com/category/kurikulum-2/penilaian-kurikulum/  

Mendiagnosis kesulitan belajar melalui teknik tes
Silahkan copy dan bagikan file ini.. Tapi ingat!!! Seorang penulis bijak selalu mencantumkan sumbernya melalui Daftar Pustaka..

Semoga Bermanfaat 

AGUNG ARDIANSYAH 

- SmilingSpirit -

#TantanganMenulisGurusiana Hari ke-33

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan agar terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala-gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis kesulitan belajar siswa.

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai ‘diagnostik’ kesulitan belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar menurut Weener & Senf sebagai berikut :

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar

c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar

d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakekat kesulitan belajar yang dialami siswa

e. Memberi tes kemampuan intelegensi (IQ)

Menurut Entang, langkah-langkah yang dilakukan dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah :

a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar, baik yang sifatnya umum maupun khusus dalam mata pelajaran. Cara yang dilakukan adalah membandingkan kedudukan siswa dalam kelompoknya atau dengan kriteria tingkat penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk suatu mata pelajaran atau bahan tertentu.

b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain :

1) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic”. Kemudian bandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.

2) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.

3) Melakukan observasi pada saat murid dalam proses belajar mengajar :

a) Mengamati tingkah laku dan kebiasaan murid dalam mengikuti satu pelajaran tertentu

b) Mengamati tingkah laku murid dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas.

c) Berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar murid di rumah melalui check list atau home visit.

d) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas, guru pembimbing, dan lain-lain.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa kesulitan belajar dapat dideteksi dari catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajar, yaitu :

a. Catatan cepat lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugas)

Dengan membuat ranking, mulai dari siswa yang paling lambat atau yang paling sering terlambat dalam penyelesaian soal-soal atau tugas-tugas akademis.

b. Catatan kehadiran (presensi) dan ketidak hadiran (absensi)

Dengan membuat ranking mulai dari yang paling banyak angka ketidakhadirannya.

c. Catatan partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah

Dengan menghitung frekuensi pembicaraan dan segala kualifikasinya, guru dapat menandai siapa siswa ynag aktif dan pasif.

d. Catatan kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya.

Dengan sosiogram/sosiometri, guru dapat mengetahui siapa saja yang paling disenangi dan siapa yang paling terisolir.

Proses Pemecahan Kesulitan Belajar

Langkah-langkah dalam proses pemecahan kesulitan belajar meliputi :

a. Memperkirakan kemungkinan bantuan

Kalau letak kesulitan yang dialami siswa sudah dipahami baik jenis dan sifat kesulitan dengan berbagai macam latar belakangnya maupun faktor-faktor penyebabnya , maka guru akan memperkirakan :

1) Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.

1) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut.

2) Kapan dan di mana pertolongan itu dapat diberikan.

3) Siapa yang dapat memberikan pertolongan/bantuan.

4) Bagamana cara menolong siswa yang efektif, sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan.

5) Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong siswa dan apakah perannya.

2) Menetapkan kemungkinan cara mengatasi

1) Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa.

2) Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi.

3) Tindak Lanjut

Tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial (remedial teaching), dapat berupa :

1) Melaksanakan bantuan berupa pengajaran remedial pada bidang studi tertentu yang dilakukan oleh guru pengampu, yang dapat dibantu oleh guru pembimbing dan pihak lain yang dianggap dapat membantu proses remedial.

2) Pembagian tugas dan peran orang-orang tertentu (wali kelas dan guru pembimbing) dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada guru yang sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial.

3) Senantiasa recek dan mencek kemajuan yang dicapai siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna dari program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi. Dalam pelaksanaan pemberian bantuan hendaknya dilakukan secara kontinyu dan setiap kegiatan seharusnya senantiasa disertai dengan pencatatan yang tepat.

4) Mentransfer (referral) siswa yang diperkirakan tidak mungkin ditolong karena di luar kemampuan atau wewenang guru/konselor. Transfer kasus semacam itu bisa dilakukan kepada orang lain atau lembaga lain (psikolog, psikiater, dokter, lembaga psikologi dan sebagainya) yang diperkirakan dapat dan lebih tepat membantu siswa yang bersangkutan.

Setelah siswa mendapat bantuan maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :

1) Memberi tes dalam bidang studi yang dianggap sulit.

2) Melakukan wawancara dengan siswa yang bersangkutan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kesulitannya.

3) Melakukan wawancara dengan guru dan orang tua mengenai perubahan yang telah terjadi

4) Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai dan informasi lainnya.

5) Observasi kegiatan siswa dalam belajar.

#TantanganMenulisGurusiana Hari ke-32