Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

May 04, 2018 | Zaimul Haq Elfan Habib

MATRILINEAL merupakan paham suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Penganut sistem matrilineal di Indonesia memang tidak sebanyak sistem adat patrilineal. Namun bukannya tidak ada, malahan mampu memberikan warna dalam kebudayaan di Indonesia.

Di Indonesia banyak suku yang menganut sistem garis keturunan ibu. Berikut merahputih.com merangkum 5 suku di Indonesia yang menganut sistem matrilineal;

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa
Bundo Kanduang Suku Minangkabau. (Foto/saribundo.biz)

Suku Minangkabau

Suku Minangkabau atau yang sering disebut Minang merupakan entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam.

Pada suku tersebut sistem matrilineal yang mereka anut adalah "ayah adalah tamu" dalam sebuah keluarga. Dalam sistem Minang yang bertugas memberikan pengajaran kepada anak bukanlah ayah, melainkan paman atau yang dikenal dalam suku Minang dengan sebutan "mamak".

Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia.

Suku Enggano

Suku Enggano menetapkan perempuan sebagai pewaris suku dan sebagai garis keturunan matrilineal. Nama marga suku diwariskan berdasarkan marga ibu. Suku Enggano menciptakan garis keturunan matrilineal mungkin karena seringnya terjadi peperangan antar suku dan kegiatan dari para lelaki suku ini.

Suku Enggano, adalah penghuni asli pulau Enggano dan empat pulau di sekitarnya yang merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia, di sebelah barat pulau Sumatera. Lebih tepatnya berada di provinsi Bengkulu. sebagaimana suku Mentawai dan suku Nias, mereka adalah pembawa budaya Proto Malayan atau Melayu Tua.

Suku Petalangan

Masyarakat Petalangan dibagi atas beberapa suku yang diturunkan dari ibu, seperti Sengerih, Lubuk, Pelabi, Medang, Piliang, Melayu, Penyambungan dan Pitopang. Berdasarkan kekerabatan matrilineal yang mereka anut, dilarang melakukan perkimpoian dengan suku yang sama.

Suku Petalangan hidup di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau. Desa-desa pemukiman orang Petalangan terletak sekitar 60-95 kilometer dari kota Pekanbaru. Kebanyakan orang Petalangan mencari nafkah dari hutan karet dan sebagai nelayan.

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa
Suku Enggano di Pulau Enggano. (Foto: garudazitizen)

Suku Aneuk Jamee

Suku ini merupakan perantau Minangkabau yang bermigrasi ke Aceh dan telah berakulturasi dengan Suku Aceh. Secara etimologi, nama "Aneuk Jamee" berasal dari Bahasa Aceh yang secara harfiah berarti anak tamu. Dalam percakapan sehari-hari, kelompok masyarakat ini menggunakan Bahasa Jamee.

Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku di Indonesia yang tersebar di sepanjang pesisir barat Aceh mulai dari Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Simeulue.

Suku Sakai

Berdasarkan sistem kekerabatan matrilineal yang dianut suku Sakai, anak perempuan penerus keturunan ibunya, sedangkan anak laki?laki hanya seolah?olah pemberi bibit keturunan kepada isteri. Dalam budaya Sakai hak perempuan Sakai besar, semua barang milik baik yang bergerak maupun tidak bergerak adalah milik wanita.

Suku Sakai merupakan salah satu suku terasing di Indonesia yang hidup di pedalaman Riau. Banyak versi tentang asal-usul suku Sakai. Ada yang berpendapat suku sakai berasal dari percampuran antara ras Wedoid dengan Proto Melayu. (Zai)

Baca Original Artikel

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda telah dan pernah melewati masa SMP dan SMA, maka tentu kata 'matrilineal' masih sedikit menggugah ingatan Anda. Tahukah Anda apa itu matrilineal? Matrilineal adalah sebuah adat yang menurunkan warisan kepada perempuan atau garis dari ibu.

Berikut beberapa etnis di dunia yang masih memegang teguh kebudayaan matrilineal, seperti dilansir dari marieclaire.com, Kamis (10/3/2016).

1. Musuo
Musuo Cina, sebuah suku yang tinggal di kaki Gunung Himalaya, adalah salah satu contoh masyarakat yang masih menerapkan adat matrilineal yang paling terkenal. Bahkan, mereka memiliki sebuah tradisi "walking marriage" di mana para perempuan berhak memilih pasangannya dengan berjalan sendiri kerumah laki-laki tersebut. Dan di suku ini satu perempuan berhak mendapatkan lebih dari satu laki-laki atau menjalani lebih dari satu kali pernikahan.

Keturunan mereka akan memakai nama belakang dan tinggal bersama ibu mereka, sedangkan pihak laki-laki boleh atau tidak boleh terlibat dalam membesarkan anak mereka. Masyarakat matrilineal biasanya tinggal bersama-sama di sebuah rumah yang besar, di mana para perempuan memiliki kekuasaan untuk mengambil semua keputusan di dalam rumah tersebut. Sedangkan, laki-laki biasanya berperan dalam hal politik.

Orang yang paling dihormati di sebuah rumah yang anggotanya menganut adat matrilineal adalah sang nenek.

2. Minangkabau

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Minagkabau atau biasa dikenal dengan Minang, kelompok ini berlokasi di Indonesia. Di Minang, semua properti, tanah, warisan diturunkan dari ibu kepada anak perempuannya. Sedangkan untuk pendapatan sang ayah, diturunkan kepada anak laki-laki.

Di masa lalu, hal ini membuat kaum perempuan di Minang memiliki kekuatan, namun saat ini, pendapatan yang rendah mengambil sedikit andil dalam perubahan kehidupan sosial modern mereka. Walaupun begitu, warisan masih terus diturunkan kepada garis ibu dan ibu masih tetap menjadi kepala keluarga.

Pengantin laki-laki biasanya diberikan kepada pengantin perempuan dari anggota keluarga perempuan, yang mengawalnya sampai di rumah pengantin perempuan.

Kekuatan dan otoritas secara keseluruhan dibagi rata antara laki-laki dan perempuan, dengan perempuan yang berkuasa di dalam rumah, dan laki-laki yang memiliki peran politik dan spiritual. Kedua belah pihak percaya bahwa hal ini membuat mereka setara.
Para perempuan di Minang memiliki hak dan kekuatan untuk memilih seorang laki-laki yang akan dijadikan kepala suku, dan menurunkannya dari jabatan tersebut jika dirasa ia bukan orang yang pantas untuk dijadikan kepala suku.

3. Akan

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Masyarakat Akan adalah kelompok multi etnis di Ghana, di mana daerah tersebut segala sesuatu diatur berdasarkan adat matrilineal. Di Ghana, para pria seringkali menjadi pemimpin suku, namun kekuatan mereka berasal dari garis matrilineal. Para laki-laki tidak hanya membantu keluarganya sendiri, namun juga keluarga dari pihak perempuan. Para perempuan di Ghana mengadakan banyak ritual dan upacara, seperti pemakaman, membuat makanan, atau aturan di dalam rumah.

4. Bribri

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Berlokasi di Costa Rica dan Panama bagian utara, Bribri menganut adat matrilineal di mana kaum perempuan mewarisi tanah dan menciptakan sebuah keluarga besar. Anak-anak akan memasuki keluarga ibunya dan seorang nenek dipandang sebagai pembawa tradisi dan pengetahuan. Sedangkan, para pria memiliki peran yang penting, mereka tidak diperbolehkan untuk menyampaikan pengetahuan atau memberikan pekerjaan untuk anak laki-laki mereka, melainkan hanya untuk anak laki-laki dari saudara perempuan mereka.
Para perempuan memiliki hak untuk menyiapkan kakao guna ritual suci Bribri. Ini adalah hal yang paling penting di dalam sebuah suku.

5. Garo

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Garo adalah sebuah suku adat yang berada di India dan Bangladesh. Garo memberi nama suku dari nama ibu mereka, dengan putri bungsu sebagai pewaris semua properti sang ibu. Menganut adat matrilineal, para perempuan Garo memegang kekuasaan dan diberi hak untuk memerintah.

6. Tuareg

Matrilineal merupakan konsep kepercayaan berbasis tradisi yang dianut suku bangsa

Tuareg berisi orang-orang Berber yang memiliki gaya hidup nomaden di daerah gurun Sahara. Dalam kehidupan sosial, para perempuan di Tuareg memiliki status yang tinggi, dan setiap suku yang ada didalam akan dikumpulkan agar semua orang dapat mendengarkan para perempuan yang membaca dan menulis. Para laki-laki akan berternak hewan.

Sebagian besar dari properti dan hewan ternak akan dimiliki oleh kaum perempuan, sedangkan properti pribadi akan diwariskan tanpa memandang jenis kelamin.

Meski menganut agama Islam, namun etnis Taureg juga dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan lain, salah satunya adalah matrilineal.