Lebih baik menahan lelahnya belajar

Kata-kata bijak Imam Syafi’I pun bisa dijadikan sebagai renungan dalam hidup. Kata-kata bijak Imam Syafi’i juga bisa memberikan motivasi bagi kita untuk terus bersemangat menuntut ilmu. Masih banyak lagi makna-makna bermanfaat yang bisa kita dapatkan dari kata-kata bijak Imam Syafi’i.

Siapa yang tak mengenal sosok Imam Syafi’i. Memiliki nama asli Muhammad bin Idris, Imam Syafi’i merupakan salah seorang pendiri salah satu mazhab yang saat ini banyak digunakan sebagai pedoman dalam beribadah bagi masyarakat Indonesia.

Selain menguasai ilmu fiqih dan hadits, Imam Syafi'i juga terkenal sebagai sastrawan dan penyair ulung. Kumpulan syairnya dijadikan buku oleh Syekh Yusuf Muhammad al Biqa'i berjudul Diwan al Syafi'i.

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

Ilmu yang luar biasa ditambah dengan kepiawaiannya dalam bidang sastra membuat kalimat yang diucapkannya memiliki makna mendalam. Kata-kata bijak Imam Syafi’I tentu bukan sekedar kata-kata biasa.

Kata-kata bijak Imam Syafi’I pun bisa dijadikan sebagai renungan dalam hidup. Kata-kata bijak Imam Syafi’i juga bisa memberikan motivasi bagi kita untuk terus bersemangat menuntut ilmu. Masih banyak lagi makna-makna bermanfaat yang bisa kita dapatkan dari kata-kata bijak Imam Syafi’i.

Sebagai seorang Muslim pun, meneladani seorang ulama tentu akan berguna dan bermanfaat. Meneladani apa yang terkandung dalam kata-kata bijak Imam Syafi’I juga akan memberikan kita kesadaran dalam beragama.

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

Berikut kumpulan kata-kata bijak Imam Syafi’I yang bisa Anda gunakan sebagai renungan dalam setiap aspek kehidupan.

Kata-kata Mutiara Imam Syafi'i

Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah

©2019 Merdeka.com/Free Images

1. “Singa jika tidak keluar dari sarangnya, ia tidak akan mendapatkan makanan. Begitu juga dengan anak panah, jika tidak meluncur dari busurnya, anak panah tersebut tidak akan mengenai sasaran.”2. “Dirimu menganggap bahwa kamu tidak lebih dari sebuah badan, sesungguhnya di dalam dirimu ada sesuatu yang lebih besar dari Semesta.”3. "Engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu, cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia."4. “Ketahuilah sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga akan hilang dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.”5. “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus siap menahan perihnya kebodohan”6. "Jika ada seorang yang ingin menjual dunia ini kepadaku dengan nilai harga sekeping roti, niscaya aku tidak akan membelinya."7. “Satu hal yang dapat menyia-nyiakan orang yang berilmu dan yang dapat menghilangkan posisinya sebagai seorang ‘alim adalah ketika ia tidak mempunyai kawan.”8. “Tujuan dari sebuah ilmu itu adalah untuk mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah ilmu yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukan ilmu yang hanya bertengger di kepala.”9. "Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat."10. "Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang."

11. “Pekerjaan terberat itu ada tiga: Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit, menjauhi dosa di kala sendiri, berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.”

Kata-kata Mutiara Imam Syafi'i Penuh Makna Mendalam

©2019 Merdeka.com/Pexels

12. “Barangsiapa mengaku dapat menggabungkan dua cinta dalam hatinya, yaitu cinta dunia sekaligus cinta Allah, maka dia telah berdusta.”13. “Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya.”14. “Sebagaimana Tuhanmu telah mencukupkan rezekimu di hari kemarin, maka jangan khawatirkan rezekimu untuk esok hari.”15. "Pilar kepemimpinan itu ada lima: Perkataan yang benar; Menyimpan rahasia; Menepati janji; Senantiasa memberi nasehat; Menunaikan amanah."16. “Kekenyangan dapat memberatkan badan, mengeraskan hati, mengusir kecerdasan, mengundang tidur dan melemahkan semangat ibadah”17. "Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya."18. "Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk"19. “Jagalah lidahmu wahai manusia, jangan sampai ia mematukmu karena ia adalah ular.”20. “Orang bodoh yang berakal nilainya sama dengan orang cerdas yang pelupa.”21. “Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan akhirat.”

22. “Kesabaran merupakan akhlak mulia, yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.”

Kata-kata Mutiara Imam Syafi'i Penuh Semangat

©2019 Merdeka.com/Pixabay

23. "Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya."24. "Tujuan dari sebuah ilmu itu adalah untuk mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah ilmu yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukan ilmu yang hanya bertengger di kepala".25. "Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya."26. "Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada, maka tak ada perbedaan bagimu antara dirimu sendiri dan para hartawan."27. "Kedermawanan dan kemuliaan adalah dua hal yang dapat menutupi aib".28. "Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api."29. "Sebesar-besar aib (keburukan) adalah kamu mengira keburukan orang lain sedangkan keburukan itu terdapat dalam diri kamu sendiri."30. "Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu."31. "Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah SWT ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu."32. "Sebaik-baik harta simpanan adalah taqwa, dan sejelek-jeleknya adalah sikap permusuhan."

33. "Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna."

Artikel Asli

Viral! Mahasiswi Mesum saat Kuliah Umum Virtual

Beragama Kristen, Rosiana Silalahi Sebut Adzan Alunan Kemuliaan untuk Tuhan, Netizen: Menag Kurang Kerjaan!

Memimpin Gereja 15 Tahun, Ayah Kecewa Angelina Sondakh Mualaf hingga Dikucilkan Saudara

Cerita Ayah Angelina Sondakh Tolak Pinangan Adjie Massaid karena Perbedaan Agama

Mahasiswi UIN Asyik Bercumbu dengan Pria Saat Zoom Meeting, Sanksi Tunggu Sidang Etik

Digempur Habis-habisan, Ukraina Minta China Bujuk Rusia Hentikan Serangan

7 Fakta Janda Cantik Basah Tanpa Baju Siaran Langsung Masturbasi di Toilet Kafe, No 3 Bikin Pria Panas Dingin

Selebgram Live Masturbasi di Pasuruan Ternyata Diva Cleopatra, Berpenghasilan Rp20 Juta Sebulan

Gembalakan Sapi saat Hujan Deras, Warga Deliserdang Tewas Disambar Petir

Sempat Merasa Down, Yurike Prastika Akui Pernah Gunakan Ini untuk Pelampiasan

Sopir Truk Pengangkut Kayu Tewas Usai Tak Mampu Taklukkan Tanjakan Cimanggu

Selebgram Cantik yang Ditangkap Usai Masturbasi di Toilet Kafe, Ternyata Janda

BritaBrita.com–Abdul, mahasiswa semester satu di sebuah perguruan tinggi tampak serius mengikuti kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan. Ia duduk paling depan dan datang lebih awal dari mahasiswa yang lainnya. Di kuliah perdananya itu Abdul begitu ceria, apalagi bisa kuliah tatap muka tidak seperti mahasiswa yang lain. Abdul merasakan atmosfer perkuliahan sesungguhnya.

Dari awal, antusias belajarnya begitu menggebu, Abdul tetap fokus meski sesekali melipat tangannya menahan rasa dingin suhu udara di dalam kelas. Pendingin ruangan itu rupanya tak bisa kompromi. Untung saja, mahasiswanya cukup banyak, bertambah satu demi satu hingga suhu ruangan mulai terasa sejuk.

Teman Abdul bertanya ” Mengapa Ia duduk paling depan sementara kursi di belakang masih kosong? “. Sejenak Abdul tersenyum, ia tak mau dikatakan sok pintar ataupun ingin dikatakan tebar pesona. “Otakku lebih bersahabat jika telingaku bisa mendengar dengan jelas. Maka aku duduk di depan” ujar Abdul kepada temannya. Temannya hanya tersungging tipis. Dan tak lama itu perkuliahan pun dimulai. Seorang dosen dengan tatapan lembut dan bersahaja beranjak dari kursinya seraya mengucapkan salam.

“Assalamualaikum teman-teman mahasiswa sekalian. Apa kabar kalian semua? Semoga tetap dalam keadaan sehat walafiat,”ucap sang dosen di awal perkuliahan. “Tugas pertama yang ingin saya berikan, ambil kertas folio dan ditulis tangan, apa yang memotivasi kalian kuliah. Itu saja. Saya tunggu tulisan kalian hingga kuliah ini selesai, “tambah sang dosen.

Mendengar tugas awal itu, Abdul tersentak, sedikit bingung namun tetap kalem. Waktu dua jam harus ia selesaikan menulis motivation letter itu. Ia ragu harus mulai dari mana menuliskannya. Namun, ia mulai menyelami makna tugas yang diberikan sang dosen kepadanya, bahwa ia harus menulis dari hati dengan penuh kesungguhan. Baginya empat halaman kertas folio tidak cukup untuk menumpahkan unek-uneknya.

Makna Menuntut Ilmu

Abdul mulai menulis dan merangkaikan kata-katanya, namun rupanya ia terbayang dengan wajah kedua orang tuanya. Ibunya yang begitu dekat dengannya dan ayahnya yang selalu memotivasinya. Sosoknya keduanya begitu kuat menginspirasi. Bahkan ayahnya selalu menyampaikan pesan kepadanya dengan mengutip hadist yang diriwayatkan Imam Syafi’i.

”Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.

Pesan itu masih mengiang di telinganya. Abdul rupanya banyak belajar dari itu. Ia ingin ayahnya dapat melihatnya sukses di kemudian hari dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Baginya, memang tak gampang usaha dalam mencari ilmu, namun tidak boleh pula patah semangat untuk mendapatkannya.

Lihat Juga :  Pengendara Motor Terseret Truk Hingga 50 Meter

Abdul mulai lagi menuliskannya, satu paragraf demi paragraf dilakukannya. Ia ingat lagi ayat Alquran yang pernah dibacanya, bagaimana nikmat Allah harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk hal-hal yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan berupa menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Dalam menuntut ilmu pun, Allah SWT pun telah menegaskan bahwa akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam hidup bersama.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Dalam tulisan ini, Abdul mulai tertegun. Ia menilai Allah SWT juga mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjadi pribadi-pribadi yang berilmu yang juga akan diangkat derajatnya oleh Allah dan memiliki posisi sama dengan orang beriman.

Dari ayat ini juga dapat dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Terlebih ilmu agama yang menjadi kunci segala kebaikan, wajib dipelajari untuk menyempurnakan agama dan amal ibadah setiap orang.

Bahkan dalam sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan Ibnu Majah dari sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”

Bahwa diterangkan dari hadist tersebut mencari ilmu adalah fardhu ‘ain dan merupakan sebuah perintah dari Allah yang disampaikan oleh Rasulullah.

Sehingga menuntut ilmu menjadi sebuah ibadah bagi semua orang. Dan ketika melaksanakannya, mendapatkan dua keutamaan langsung yakni mendapatkan pahala karena sudah beribadah dan mendapatkan manfaat dari ilmu yang dipelajari.

Tuntutlah Ilmu dari Buaian Hingga Liang Lahat

Dalam tulisan Abdul sembari membuka kitab, dikatakannya bahwa belajar atau menuntut ilmu janganlah berpuas diri. Fenomena di era digital saat ini, banyak orang sudah merasa puas dan merasa paling memahami ilmu yang ia pelajari secara instan dari internet.

Padahal menuntut ilmu tidak instan, tidak sekejap mata bak sulap. Tidak tiba-tiba alim dengan belajar hanya dalam waktu singkat. Sesuai kata bijak bahwa menuntut ilmu itu adalah kewajiban yang harus dilakukan seseorang dari lahir kedunia sampai meninggal dunia:
أُطْلُب الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ

Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

Dan dalam menuntut ilmu, dibutuhkan syarat yang tidak sedikit. Dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji disebutkan bahwa ada 6 (enam) hal yang menjadi syarat dalam mencari ilmu.

Hal ini terangkum dalam dua bait syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah yakni:

اَلا لاَ تَناَلُ اْلعِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ – سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ ذُكاَءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِباَرٍ وَبُلْغَةٍ – وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Dalam bait syair disebutkan syarat pertama seseorang dalam menuntut ilmu adalah kecerdasan.

Kecerdasan ini mencakup akal, akhlak, emosi, di mana kecerdasan akhlak lebih diutamakan agar ilmu dapat diserap atau dipahami dengan baik.

Yang kedua adalah bersungguh-sungguh yakni dengan memiliki tekad kuat tak gampang putus asa dalam menimba ilmu.

Yang ketiga adalah bersabar dalam menjalani proses menuntut ilmu dengan tegar menghadapi cobaan dan gangguan yang ada.

Kemudian syarat keempat adalah harus siap mengeluarkan modal atau biaya. Setiap orang perlu menyadari bahwa setiap perjuangan pasti ada pengorbanan termasuk mencari ilmu. Jangan berharap ilmu yang berkualitas dan bermanfaat, jika kita tidak mau berkorban dengan mengeluarkan biaya untuk kebutuhan ilmu yang sedang dicari.

Syarat yang kelima adalah mengikuti petunjuk guru. Hal ini artinya kita tidak boleh belajar tanpa guru, khususnya belajar agama. Dalam mempelajari sesuatu kita harus mencari seseorang yang memang sesuai dengan bidang keahliannya. Silsilah atau asal usul ilmu dari guru juga penting untuk diperhatikan karena jika kita belajar pada orang yang tak memiliki silsilah atau sanad, kita akan mendapatkan ilmu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Dengan ilmu yang benar, guru akan memberikan bimbingan serta koreksi jika kita melakukan suatu kesalahan.

Selanjutnya, syarat seseorang dalam menuntut ilmu adalah harus menempuh waktu yang lama. Tidak instan, tidak ‘simsalabim’, tidak tiba-tiba alim dengan belajar hanya dalam waktu singkat. (*)