MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DI SD NEGERI NGAJARAN 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG OLEH: RISTU NURSANTI NIM. 942017028 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018 EDUCATION MANAGEMENT BASED ON LOCAL ADVANTAGES
IN SD NEGERI NGAJARAN 02 DISTRICT TUNTANG DISTRICT SEMARANG ABSTRACK This study aims to describe the management of education-based local excellence in the State Elementary School Ngajaran 02 Tuntang District Semarang. This research can be categorized as a qualitative descriptive research type. Research subjects are principals, teachers, students and school committees. Data collection methods used are through observation, interview and documentation. The validity of data is done by means of triangulation of sources and methods. Analytical techniques used in this study include: data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the research indicate that: 1) Implementation of excellence-based education in SD Negeri Ngajaran 02 is integrated in local school learning content, extracurricular activities and self-development, by promoting regional excellence in the form of dance and lumping art; Implementers of Local Excellence Based Education (PBKL) are principals, teachers, students, parents and school committees participating in local excellence-based education in SD Negeri Ngajaran 02; Local Excellence Based Education (PBKL) has the purpose of learners can participate in the preservation of local culture early on, apply the love of the homeland and the formation of a lofty personality for learners; Evaluation and monitoring of activities in SD Negeri Ngajaran 02, done when the learning ended, while the art performances are held at the end of the school year. 2) Supporting Factors: All school residents participate, adequate facilities and infrastructure, have competent educators in the arts even though they have no arts education background, School Committee and parents support; established good partnership relationships between schools with communities and outsiders. 3) Inhibiting Factors: the lack of teachers who have special competencies in the field of dance and lumping, learners who lack awareness of continuous practice, the time of learning dance and lumping less effective. Keywords: Management, Local Excellence Based Education, Dance and Lumping Horse
MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DI SD NEGERI NGAJARAN 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini dapat digolongkan sebagai jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitiannya adalah Kepala Sekolah, guru, siswa dan komite sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Kesahihan data dilakukan yaitu dengan cara trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan di SD Negeri Ngajaran 02 diintegrasikan dalam pembelajaran muatan lokal sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri, dengan mengedepankan keunggulan daerah berupa kesenian tari dan kuda lumping; Pelaksana Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah kepala sekolah, guru, siswa, orang tua serta komite sekolah turut serta mendukung pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02; Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) mempunyai tujuan peserta didik dapat ikut andil dalam pelestarian kebudayaan daerah sejak dini, menerapkan cinta tanah air dan pembentukan kepribadian luhur bagi peserta didik; Evaluasi dan monitoring kegiatan di SD Negeri Ngajaran 02, dilakukan ketika pembelajaran berakhir, sedangkan pentas seni diadakan setiap akhir tahun pelajaran. 2) Faktor Pendukung: Semua warga sekolah ikut berpartisipasi, sarana dan prasarana yang memadai, memiliki tenaga pendidik yang berkompeten pada bidang kesenian meskipun tidak mempunyai latar belakang pendidikan seni, Komite Sekolah dan orang tua ikut mendukung; terjalin hubungan kemitraan yang baik antar sekolah dengan masyarakat maupun pihak luar. 3) Faktor Penghambat: kurangnya jumlah guru yang memiliki kompetensi khusus di bidang seni tari dan kuda lumping, peserta didik yang kurang memiliki kesadaran berlatih secara kontinyu, waktu pelaksanaan pembelajaran seni tari dan kuda lumping kurang efektif. Kata kunci: Manajemen, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Seni Tari dan Kuda Lumping PENDAHULUAN
A. Latar belakang Potensi keunggulan lokal di Indonesia sangat beragam, diantarnya adalah potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, dan potensi historis. Banyak masyarakat yang belum mengetahui keunggulan lokal yang ada di daerah mereka masing-masing, sehingga potensi-potensi tersebut belum sepenuhnya terkelola dengan baik. Pada tahun 1998, bangsa Indonesia mengalami perubahan pada semua aspek kehidupan. Perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan politik dan tata pemerintahan yang semula bersifat sentralistik menjadi desentralistik. Pada era pemerintahan sentralistik, hampir semua kebijakan penting dan dikendalikan oleh pemerintah pusat. Salah satu kebijakan desentralisasi pendidikan di Indonesia adalah desentralisasi kurikulum berbasis keunggulan lokal dan global yang mengarahkan setiap daerah untuk dapat mengembangkan potensi wilayah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki. Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 pasal 36 ayat 2 dan 3 dengan jelas tertera: kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Keunggulan lokal dijadikan landasan pendidikan agar siswa dan masyarakat dapat mengetahui apa saja keunggulan di daerah masing-masing agar masyarakat dapat memahami aspek-aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal tersebut. Keunggulan yang dimiliki suatu daerah dapat lebih memberdayakan penduduknya sehingga mampu meningkatkan pendapatan atau meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Karena manfaat dan pendapatan yang diperoleh menjadikan penduduk daerah tersebut berupaya untuk melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas keunggulan lokal yang dimiliki daerahnya sehingga bermanfaat bagi penduduk daerah setempat serta. Dengan demikian, masyarakat mampu mengolah sumber daya yang ada yang dapat bermanfaat untuk kelangsungan kehidupan dan perekonomian daerah tersebut sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi keunggulan daerah. Pendidikan berbasis keunggulan lokal ini juga memiliki tujuan agar Indonesia mampu bersaing baik secara lokal maupun global.
Masyarakat di sekitar SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang memiliki potensi budaya berupa seni tari dan kuda lumping. Kebudayaan yang telah ada merupakan warisan dari para leluhur. Hal ini mendorong peneliti untuk mengembangkan penelitian dengan judul “Manajemen Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”. Langkah yang dilakukan adalah melalui pengintegrasian keunggulan lokal yang dimiliki masyarakat sekitar dengan kurikulum yang sedang berjalan. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka tidak akan ada lagi generasi penerus yang peduli dengan kelestarian kebudayaan yang ada sehingga kebudayaan setempat semakin lama akan semakin punah. Kesenian yang menjadi ciri khas warga sekitar akan sirna seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman apabila tidak dijaga kelestariannya. Masyarakat harus pandai dalam menjaga kelestarian potensi daerahnya dan memanfaatkan potensi daerahnya sendiri dengan semaksimal mungkin, sehingga bermanfaat bagi hidupnya, dan bagi masyarakat pada umumnya. B. Tujuan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Tujuan dari Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SD Negeri Ngajaran 02 adalah: 1) siswa dapat mengetahui keunggulan lokal di sekitar di SD Negeri Ngajaran 02. 2) siswa dapat memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02. 3) siswa mampu mengolah sumber daya di SD Negeri Ngajaran 02, terlibat dalam pelayanan / jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh pendapatan. 4) Melestarikan budaya / tradisi / sumber daya yang menjadi ungulan di SD Negeri Ngajaran 02 serta mampu bersaing secara nasional maupun global. C. Manfaat Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) 1) Bagi Peserta Didik a. Mengetahui keunggulan lokal di daerahnya. b. Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal di daerahnya. c. Mampu mengolah sumber daya yang berkaitan dengan keunggulan lokal. d. Dapat menghidupi dirinya manakala memperoleh penghasilan, sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah
2) Bagi Sekolah a. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual. b. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat sesuai prinsip MBS. 3) Bagi Masyarakat a. Memberikan nilai tambah (ekonomi) bagi masyarakat di sekitar sekolah. b. Meningkatkan pendapatan daerah. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Daryanto (2013:39) mengemukakan pengertian manajemen yang berasal dari bahasa Italia dengan kata kerja managge (iare), kata ini sendiri di adopsi dari bahasa Latin manus yang berarti tangan. Secara harafiah manajemen dapat digolongkan dalam situasi kerja di mana menangani, melatih, membimbing, mengatur. Berdasarkan kata kerja tersebut, maka manajemen dapat diartikan sebagai pengurusan, pengendalian, mengatur dan membimbing. Kepemimpinan dalam sebuah satuan pendidikan merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang kepala sekolah. Seorang pemimpin harus memiliki tiga keterampilan dasar kepemimpinan diantaranya adalah keterampilan teknik, keterampilan manusia dan keterampilan konseptual. Manajemen adalah pengelolaan terhadap anggota organisasi agar dapat mengatur dan mengelolah dana kemudian diarahkan untuk mengambil keputusan dalam pencapaian tujuan organisasi (Pidarta , 2011:7). Sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dalam kemajuan sekolah, kepala sekolah harus mampu mengelola sekolah dengan baik, dan memiliki motivasi kerja yang tinggi serta mampu menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. Kerjasama internal maupun kerjasama eksternal dibangun agar tercipta keselarasan antar stakeholder . Berbagai upaya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Apabila suasana sekolah kondusif dan terjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak yang berpengaruh dalam bidangnya, maka kinerja guru akan semakin baik dan berdampak secara langsung pada peningkatan prestasi siswa di sekolah. Handoko (2011:8) menjelaskan arti manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan usaha-usaha para anggota dengan mengunakan
sumber daya organisasi agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah satuan pendidikan harus dapat mengelola sekolah dengan baik dalam hal perencaanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sumber daya yang dimaksud adalah dapat berupa tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, komite sekolah, sarana prasarana dan lingkungan sekitar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pengertian manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan terhadap anggota organisasi agar dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas Tahun 2003, Pasal 1 ayat 1). Pendidikan mampu merubah paradigma dan sikap sosial seseorang menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan berwawasan luas. Pendidikan merupakan tolak ukur kualitas setiap orang. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 16 ). Secara umum pendidikan berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban sehingga seseorang dapat menjalankan kodratnya sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Jhon Dewey (2003: 69) berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Dengan demikian akan dapat terbentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani serta kepribadian yang mandiri dan bertanggungjawab. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan seseorang dalam membentuk
kecakapan fundamental baik secara intelektual maupun emosional untuk mengembangkan potensi yang dimiliki serta membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Keunggulan Lokal Menurut Depdikbud dalam Bafadal (2003:27), wawasan keunggulan meliputi iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemandirian yang mampu menghadapi era globalisasi, keunggulan yang dapat menghasilkan karya bermutu, keahlian dan profesionalisme dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kebeersamaan dan kekeluargaan dalam mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Implementasi dari wawasan keunggulan dalam pendidikan dasar, antara lain dapat dibentuk sekolah dasar unggulan, kelas unggulan, dan pembelajaran unggulan. Untuk mewujudkan pendidikan dasar berwawasan keunggulan ini diperlukan sumber daya yang unggul, berupa dukungan sarana prasarana yang memadai dan guru yang profesional. Menurut Prihartini (2014) melalui keunggulan lokal realisasi peningkatan nilai dari potensi daerah diharapkan menjadi produk atau jasa atau karya yang bernilai tinggi bersifat unik dan memiliki keunggulan kompettitif. Masyarakat harus dapat melihat potensi daerah yang dimiliki sehingga akan menghasilkan nilai kebermanfaatan yang tinggi sehingga akan terwujud ciri khas lingkungan di sekitarnya. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikian baik formal maupun non formal. Berdasarkan pendapat di atas, pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan potensi peserta didik. Tujuan penyelenggaraan PBKL antara lain agar peserta didik mengetahui keunggulan lokal daerah tempat mereka tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal tersebut. Dengan demikian, peserta didik mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal, sehingga memperoleh penghasilan sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah, serta mampu bersaing secara nasional dan global (Wasino, 2008). Lingkup keunggulan lokal dan global, adalah mencakup potensi dalam mengelola, mengolah/mengemas, menggali, meningkatkan, mengoptimalkan, mempromosikan, memasarkan
atau proses lainnya yang mampu menghasilkan nilai tambah bagi daerah sehingga dapat meningkatkan tarap hidup / kesejahteraan masyarakat di sekitar. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan penelitian deskriptif kualitatif diharapkan dapat mengungkap masalah penelitian dengan menyesuaikan pada keadaan atau kondisi riil serta mengungkap fakta menurut keadaan atau situasi sosial yang sedang berlangsung mengenai Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SD Negeri Ngajaran 02. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018. Subjek pada penelitian ini adalah: 1) Kepala Sekolah SD Negeri Ngajaran 02, 2) Tim Pelaksana Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, 3) Guru kelas, 4) Siswa, 5) Komite Sekolah, 6) Orangtua siswa. Teknik Pengumpulan Data Metode dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan sumber data yang paling utama adalah mengenai manajemen pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan mengikuti model Miles and Huberman dalam ( Sugiyono, 2014: 246 ) mengenai aktifitas analisis yaitu meliputi: Reduksi data, Penyajian Data, Penarikan Kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keunggulan lokal yang dimiliki SD Negeri Ngajaran 02 yaitu dalam bidang kebudayaan seni tari dan kuda lumping. Seni tari dan kuda lumping di Dusun Nalirojo Desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang mulai dibudayakan sejak tahun 1970an. Kesenian ini telah menjadi warisan budaya turun menurun yang masih dilestarikan sampai saat ini. Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Pelestarian kesenian tari dan kuda lumping di Dusun Nalirojo Desa Ngajaran Kecamatan Tuntang akan semakin berkembang dengan baik apabila dilakukan regenerasi sejak dini. SD Negeri Ngajaran 02 mengintegrasikan seni tari dan kuda lumping sebagai warisan budaya lokal ke dalam mata pelajaran muatan lokal sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Bahan kajian keunggulan lokal diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang relevan dengan SK/KD mata pelajaran tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengkaji SK/KD mata pelajaran yang terkait dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan lokal. Hasil pengkajian SK/KD tersebut dituangkan pada penyempurnaan silabus dan RPP. Kemudian dibuat bahan ajar cetak dan bahan ajar ICT yang mengintegrasikan PBKL pada mata pelajaran yang relevan. Untuk itu terlebih dahulu harus disusun SK/KD, silabus dan Rencana Pembelajaran yang memungkinkan setiap satuan pendidikan dapat menyelenggarakan pembelajaran muatan lokal. Pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari dan kuda lumping diadakan setiap satu Minggu sekali, yaitu pada hari Kamis pukul 14.00 WIB. Kegiatan ini diwajibkan bagi peserta didik kelas 3,4 dan 5. Pembimbing kesenian tari dan kuda lumping yaitu guru kelas 1, 2 dan 4 yang memiliki keterampilan di bidang seni. Dalam kegiatan pengembangan diri, masing-masing guru kelas menggali potensi seni yang dimiliki masing-masing siswa dan mengarahkan dengan baik sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir pembelajaran dan pada setiap akhir tahun pelajaran diadakan pentas seni untuk menampilkan
bakat-bakat yang dimiliki siswa. Bakat-bakat yang ditampilkan tidak luput dari keunggulan lokal yang dimiliki oleh warga setempat. Pelaksana pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02 yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua dan komite sekolah. Kepala Sekolah berperan sebagai manajer, guru berperan sebagai pembimbing, siswa berperan sebagai sasaran pelaksana, orangtua dan komite berperan dalam mendukung pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Sarana dan prasarana yang menunjang program PBKL di SDN Ngajaran 02 bekerja sama dengan orangtua, masyarakat dan komite sekolah. Respon positif dari orangtua siswa sangat terlihat ketika siswa ikut dalam perlombaan. Adanya partisipasi yang baik antara sekolah dengan masyarakat memberikan kesempatan kepada SD Negeri Ngajaran 02 untuk menampilkan keunggulan lokal yang dimiliki kepada khalayak umum. Hambatan pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02 adalah kurangnya tenaga pengajar yang memiliki kompetensi di bidang seni khususnya seni tari dan kuda lumping. KESIMPULAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis keunggulan lokal di SD Negeri Ngajaran 02 sesuai dengan yang diharapkan. Program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan program penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Pelaksanaan PBKL terintegrasi dalam mata pelajaran muatan lokal sekolah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berjalan dan kegiatan ekstrakurikuler serta pengembangan diri peserta didik. Keunggulan lokal budaya berupa seni tari dan kuda lumping akan dikembangkan sebagai program unggulan di SD Negeri Ngajaran 02. Dukungan dan partisipasi orangtua peserta didik, masyarakat sekitar serta komite sekolah sangat tinggi sehingga pelaksanaan PBKL dapat sesuai dengan harapan. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya guru yang memiliki kompetensi di bidang seni tari dan kuda lumping, kurangnya kesadaran peserta didik dalam mengikuti latihan, waktu pelaksanaan kegiatan PBKL yang kurang efektif.
Saran 1. Pelaksanaan kegiatan PBKL harus dilaksanakan secara rutin dengan menghadirkan tenaga profesional di luar guru agar pembelajaran menjadi lebih maksimal. 2. Pelaksanaan PBKL harus bekerjasama dengan Dinas terkait agar keunggulan lokal yang dimiliki suatu wilayah dapat terintegrasi ke dalam kurikulum sehingga peserta didik dapat mengenal lebih dini potensi daerah tempat tinggalnya sehingga mampu melestarikan budaya yang ada. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.Jakarta: Bumi Aksara. Daryanto, H.M. 2013. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Handoko, Hani. 2011. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE John Dewey. 2003. Dalam Menggugat Pendidikan Fundamentalis, Konservative, Liberal, Anarkis Oleh Paolo Freire. Ivan Illich. Enrich Fromm. dkk. cetakan ke- 4. Alih Bahasa Oleh; Omi Intan Naomi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Pidarta. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Priartini, 2014. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Tesis (tidak dipublikasikan) Universitas Pendidikan Indonesia (repository.upi.edu) perpustakaan.upi.edu. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Wasino. 2008. dalam www.slideshare.net/.../pendidikan berbasis keunggulan lokal, diakses 15 Mei 2015. |