Kota yang menjadi pusat perdagangan internasional pada masa sebelum datangnya Islam adalah kota

Kota yang menjadi pusat perdagangan internasional pada masa sebelum datangnya Islam adalah kota

Seperti biasa, setiap rabu pagi ba’da shubuh penulis memberikan kajian tentang sirah nabawiyah di Mushollah UNIDA Putri. Minggu ini pembahasan kajian mengenai pasar-pasar di Zaman Jahiliyah. Terdapat sekitar 10 pasar terkenal saat zaman jahiliyah. Dan perwujudan pasar ini, menunjukkan bahwa tingkat perekonomian manusia yang sudah maju. Terbukti saat Rasulullah membawa dagangannya sayyidah khadijah ke syam untuk diperdagangkan, jumlah barang yang dibawa bernilai ribuan dirham. Dalam analisis ekonomi, seseorang disebut untung jika keuntungan yang diperoleh bisa menutupi cost. Namun apabila costnya lebih besar dari keuntungan, maka bisa dipastikan hal tersebut rugi.

Pasar yang paling terkenal di jazirah arab adalah pasar ukazh. Pasar ini hanya sekali dalam setahun yaitu pada tanggal 1-20 dzulqa’dah. Tingkat perdagangannya mencapai seluruh jazirah arab, bisa dibilang sebagai pasar internasional saat itu. Nama ukazh berasal dari kata al ta’akuzh yang berarti “menarik perhatian orang”. Pasar ukazh berada diantara makkah dan thaif namun lebih dekat dengan thaif. Dipasar ini banyak orang saling membanggakan diri dengan syair arab yang mereka buat. Karena terdapat lomba syair diantara pujangga arab, syair terbaik akan mendapatkan kemuliaan dengan cara syair tersebut akan dipamerkan diatas dinding ka’bah. Sehingga saat musim haji tiba, orang dari penjuru jazirah arab akan mengenali penulis syair tersebut.

Tidak jauh dari pasar ukazh terdapat pasar majinah. Nama pasar ini diambil dari kata Al Jannah yang berarti taman yang indah, karena terletak dibawah makkah yaitu tepatnya di wadi Fatimah. Pasar ini merupakan kelanjutan dari pasar ukazh, yaitu dari tanggal 20 Dzulqa’dah sampai terlihat hilal bulan dzulhijjah. Saat musim haji tiba, juga merupakan moment penting bagi penduduk arab untuk melakukan perdagangan. Karena saat itu berdekatan dengan musim haji, dimana banyak orang berbondong-bondong mendatangi makkah. Lokasih pasar majas berjarak 3 mil dari arafah. Tempat tersebut juga digunakan oleh orang arab jahiliyah sebagai tempat untuk mengisi air sebagai bekal di arafah.

Selain tiga besar diatas terdapat 12 pasar lagi, diantaranya:

  1. Pasar Dzumatul jandal. Pasar ini terletak dipertemuan jalan penting antara Irak, syam, dan jazirah Arab. Musim pasar ini berlangsung pada pertengahan bulan Rabi’ul Awwal. Pasar tersebut terletak di kota Al Jauf sekarang.
  2. Pasar Al Musyaqqar. Pasar ini terletak didekat kota al hajir. Dan pasar ini berlangsung pada bulan Jumadats tsaniah.
  3. Pasar Hajar. Pasar yang terkenal dengan penjualan buah kurmanya ini, terletak di Bahrain dan berlangsung pada bulan Rabi’ul Awwal.
  4. Pasar Dibba’. Pasar ini juga disebut sebagai pasar Oman. Banyak orang arab yang mengunjungi pasar ini sebagai tempat bermukim sampai akhir Jumadal ula. Pedagang berbagai penjuru dunia juga terjalin di pasar ini, diantaranya pedagang dari India, Indus (Sindh), Persia, Ethiopia dan bangsa arab sendiri. Biasanya bangsa arab mengunjungi pasar ini selepas aktifitas dari pasar Hajar.
  5. Pasar Hubasyah. Terletak disebelah selatan makkah. Pasar ini terkenal dengan sebutan pasar Tihamah kuno dan bukan termasuk pasar haji. Perhelatan pasar ini pada bulan Rajab. Dalam sejarah, Rasulullah pernah singgah dipasar ini saat membawa barangnya siti Khadijah.
  6. Pasar Shuhar. Tempat ini merupakan kota yang paling ramai. Letaknya diatas laut oman. Pasar ini diadakan pada bulan yang sama dengan pasar Hubasyah.
  7. Pasar Asy Syihr. Asy Syihr sendiri merupakan tepi pantai selatan antara Aden dan Oman, sehingga banyak pedagang laut yang berdatangan. Pasar ini diadakan pada bulan Sya’ban.

Pasar pasar tersebut diatas merupakan pasar yang masyhur tempat bertemunya pada para saudagar menjajakan barang dagangannya. Sehingga barang-barang dari tempat lain seringkali menarik bagi para pelancong untuk membawanya ke negeri mereka. Dalam sejarah perdagangan ekspedisi bangsa arab ke syam, mereka berangkat membawa barang-barang khas arab kemudian disaat mereka kembali dari syam, barang-barang khas dari syam mereka bawa ke Negara mereka. (Andi Triyawan)

Pelabuhan yang terletak paling ujung barat pulau Jawa yaitu pelabuhan Merak Banten sangat akrab bagi masyarakat Indonesia sebagai pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Padahal menurut catatan sejarah, pelabuhan Karangantu di Banten ini dulu merupakan pelabuhan besar sekaligus pelabuhan tertua di Pulau Jawa sebagai pintu gerbang perdagangan internasional untuk Nusantara (Indonesia). Dari pelabuhan yang ada di Banten inilah menjadi pintu keluar masuknya para saudagar atau pedagang-pedagang yang berlayar memasuki Nusantara. Terletak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Serang itu, pada abad ke-15 adalah sebuah bandar pelabuhan penting dalam perdagangan internasional. Kala itu, Banten yang masih berbentuk kota menjadi sebuah tempat transit bagi jalur perdagangan antarnegara. Kapal-kapal asing yang hadir di pelabuhan tertua di Jawa dengan nama Karangantu ini berasal dari negara Persia, Arab, Cina, Inggris, Gujarat, Portugis dan Belanda.

Kota yang menjadi pusat perdagangan internasional pada masa sebelum datangnya Islam adalah kota

Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomian kesultanan. Banten berkembang pesat jadi kota pelabuhan dan kota perdagangan pada era Sultan Banten Pertama Maulana Hasanuddin putra kandung Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Pada era kepemimpinannya, pusat pemerintahan dipindahkan dari bagian hulu ke hilir Sungai Cibanten dengan maksud memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda. Awalnya, pelabuhan Karangantu adalah menjadi pelabuhan nelayan.

Pada masa itu Banten melihat adanya peluang akibat situasi dan kondisi perdagangan di Asia Tenggara yang sedang berkecamuk. Saat itu, pedagang dari mancanegara risau karena Malaka jatuh ke tangan Portugis, sehingga pedagang muslim yang tengah bermusuhan dengan Portugis enggan berhubungan dagang dengan Malaka, sehingga para pedagang mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda. Mereka singgah di Karangantu. Sejak itu, Karangantu jadi pusat perdagangan internasional yang ramai disinggahi pedagang dari Asia, Afrika, dan Eropa.

Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.

Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Pada masa itu Banten merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur.

Di bawah Sultan Ageng Tirtayasa, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661.Pada masa itu Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.

Titik balik kehancuran Banten Lama terjadi saat pecah perang saudara antara Sultan Haji dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak itu, pengaruh kesultanan Banten mulai pudar. Banten Lama semakin ditinggalkan setelah pusat pemerintahan dipindah ke Serang. Pelabuhan Karangantu tak lagi dilirik karena kondisi lingkungan akibat pengendapan lumpur yang tidak memungkinkan kapal untuk singgah. Masa keemasan pelabuhan ini berakhir pada abad ke-17.

Melihat kondisi ini Perhubungan Laut tidak tinggal diam, dan masyarakat anten sadar akankebesaran sejarah kerajaan maritim yang pernah membesarkannya mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya agar Banten menjadi kawasan multi etnis( Banten pada saat itu berdagang dengan Persia, Vietnam, Filifina, Jepang, Korea). KSOP Banten bersama masyarakat maritim berusaha mengejar ketertinggalannya, membangun kembali perekonomian melalui transportasi laut bersandar pada Undang – undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mendorong partisifasi swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah untuk secara bersama dengan pemerintah mengelola pelabuhan kembali menuju perdagangan nasional dan internasional menatap dunia globalisasi.

Kota yang menjadi pusat perdagangan internasional pada masa sebelum datangnya Islam adalah kota

Kota yang menjadi pusat perdagangan internasional pada masa sebelum datangnya Islam adalah kota
Lihat Foto

kemdikbud.go.id

Jalur perdagangan pada masa Kerajaan Sriwijaya

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentang perairan laut yang luas. Kondisi perairan laut tersebut tidak membatasi interaksi antar pulau masyarakat Indonesia pada abad pertengahan.

Dalam buku Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut : Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX (2009) karya Adria B Lapian, masyarakat Indonesia pada masa itu tidak melihat laut sebagai pemisah.

Masyarakat Indonesia menganggap laut sebagai penghubung dan pemersatu yang memungkinkan mereka untuk berhubungan dengan penduduk daerah seberang.

Jaringan Perdagangan di Indonesia

Interaksi antara masyarakat kepulauan Indonesia memiliki tujuan utama untuk berdagang. Aktifitas perdagangan yang terjalin antara pulau satu dengan pulau-pulau lain menimbulkan terbentuknya jaringan perdagangan nasional antarpulau di Indonesia.

Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Selain itu, wilayah laut Indonesia yang memiliki letak strategis menjadikannya sebagai jalur perdagangan Internasional. Wilayah laut Indonesia menghubungkan jalur perdagangan internasional antara kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Timur Tengah.

Kejayaan perdagangan wilayah laut Indonesia juga tidak terlepas dari komoditas rempah-rempah yang melimpah.

Pedagang-pedagang dari Arab,India dan Cina datang ke Indonesia untuk menjual komoditas dari wilayah mereka sekaligus mencari rempah-rempah untuk dijual kembali.

Aktivitas perdagangan internasional di kawasan Indonesia berdampak pada timbulnya interaksi antar suku, etnis dan bangsa-bangsa di dunia dalam bidang sosial, budaya dan agama.

Lihat Foto Kemendikbud RI Ilustrasi Masuknya Islam di Nusantara Masuknya Islam di Indonesia

Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, Islam di Indonesia masuk dan berkembang melalui perdagangan dan mengikuti jalur-jalur pelayaran.

Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa

Interaksi budaya antara pedagang Arab, Persia dan Gujarat dengan masyarakat Indonesia menyebabkan meluasnya pengaruh agama Islam di Indonesia.

Kawasan pesisir Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku menjadi pusat penyebaran agama di Indonesia.

Pemukiman Islam mulai muncul di kota-kota bandar pelabuhan besar seperti Malaka, Aceh, Demak, Makassar, Banjarmasin, Ternate dan Tidore. Pada sekitar abad 12 pemukiman Islam tersebut terus berkembang dan mulai mempengaruhi kehidupan kerajaan-kerajaan Nusantara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya