Kenapa gereja sering disebut sakramen keselamatan

Pertanyaan Mendasar:

1. Apa itu Sakramen?

2. Apakah Gereja dapat disebut sebagai Sakramen?

3. Aspek-aspek simbolis apa saja yang terdapat dalam sebuah sakramen?

4. Sakramen apa saja yang dikenal dalam Gereja Katolik?

Pembahasan:

1. Apa itu Sakramen?

Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan Allah.

2. Apakah Gereja dapat disebut sebagai Sakramen?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengajukan pertanyaan kritis: “Apakah Gereja dapat menjadi tanda keselamatan Allah?” dan “Apakah Gereja mampu menghantar orang kepada keselamatan yang ditawarkan oleh Allah?”

Jika jawaban dari dua pertanyaan di atas adalah “ya”, maka Gereja dapat disebut sebagai sakramen.

Idealnya, Gereja adalah tanda kasih dan keselamatan Allah. Artinya, keberadaannya mampu mencerminkan damai, sukacita, ketentraman. Dan tidak hanya berhenti sebagai tanda, Gereja juga harus mampu menjadi sarana, menjadi ‘tempat’ yang tepat bagi pelaksanaan karya keselamatan Allah. Dengan kata lain, Gereja mampu membawa orang pada keselamatan Allah. Caranya? Mengajarkan dan melaksanakan ajaran Kristus di tengah dunia!

3. Aspek-aspek simbolis apa saja yang terdapat dalam Sakramen?

a. Aspek Kristologis

Tanda dan Sarana Keselamatan Allah itu tampak sangat jelas dalam pribadi Yesus Kristus. Yesus Kristuslah pemenuhan  janji penyelamatan Allah bagi manusia.

b. Aspek Antrophologis

Tanda dan Sarana Keselamatan Allah itu, meskipun telah dan selalu ditawarkan oleh Allah kepada manusia, tidak dapat terlaksana dalam diri manusia jika manusia tidak mau membuka diri terhadap Allah.

c. Aspek Eklesiologis

Tanda dan Sarana Keselamatan Allah itu, jika dialami oleh seorang anggota Gereja, tidak hanya dirayakan oleh yang bersangkutan secara pribadi tetapi menjadi perayaan Gereja.

4. Sakramen apa saja yang dikenal dalam Gereja Katolik?

Ada tujuh sakramen yang dikenal dalam Gereja Katolik:

a. Sakramen Baptis

b. Sakramen Tobat

c. Sakramen Komuni

d. Sakramen Krisma

e. Sakramen Perkawinan

f. Sakramen Imamat

g. Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Catatan: Sakramen Baptis, Komuni, dan Krisma disebut juga dengan sakramen inisiasi. Dengan kata lain, jika seorang anggota Gereja telah menerima ketiga sakramen itu maka ia dapat dikatakan sebagai anggota ‘penuh’ Gereja Katolik dan telah dianggap dewasa dalam iman. Sementara itu, upacara pemberkatan rumah dan benda-benda rohani disebut sebagai Sakramentali.

Buin Batu School.

Andy Anthony

Gereja sebagai persekutuan mulai dikembangkan sejak konsili Vatikan II secara khusus dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja Lumen Gentium Artikel 1. Gereja dalam Kristus bagaikan sakramen yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia (LG 1). Pandangan Konsili Vatikan II tentang Gereja mau menjelaskan bahwa Gereja tidak hanya dilukiskan dari segi apa yang tampak saja.  Dengan menggunakan istilah “sakramen” Gereja dipandang bukan sebagai lembaga, melainkan Gereja sebagai perwujudan konkret dari karya keselamatan Allah. Gereja dihadapkan dengan kenyataan Ilahi yang transenden dan menyelamatkan. Yang Ilahi ini mewahyukan diri-Nya dan termanifestasi dalam bentuk yang kelihatan yang kemudian disebut sebagai sakramen[1]. Oleh karena itu, pembahasan mengenai Gereja sebagai persekutuan pasca Konsili Vatikan II tidak dapat dilepaskan dari pemahaman mengenai Gereja sebagai Grundsakrament. Sebagai Grundsakrament Gereja adalah tanda dan sarana keselamatan Allah di dunia, tetapi sekaligus pada saat yang sama Gereja sendiri menghidupi sakramen-sakramen itu dalam hidup dan pelayanannya. Keberadaan Gereja di dunia adalah tanda dari karya penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja menjadi wujud konkret dari karya yang Ilahi tersebut. Tanda sakramental Gereja itu menjadi wujud kesatuan antara sesama anggota Gereja sekaligus kesatuan anggota Gereja dengan Allah sendiri.

Rahner sendiri memahami Gereja sebagai persekutuan yang tampak dalam perayaan sakramental Gereja. Rahner mendalami karakter sakramental Gereja dan menarik kesimpulan bahwa ketujuh sakramen diadakan berdasarkan keperluan esensial manusia berkenaan dengan keselamatan. Gereja itu sungguh-sungguh suatu sakramen bahkan dikatakan sebagai sakramen dasar (Grundsakrament). Sakramen itu adalah kehadiran keselamatan eskatologis Kristus, kehadiran di mana “signum et signatum” (tanda dan realitas yang ditandakan) bersatu, tidak bercampur aduk dan tidak terpisah. Atas dasar penafsiran simbolisasi ini, Rahner kemudian melanjutkan dengan sistem eklesiologinya. Rahner menjelaskan bahwa simbol tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari hal yang disimbolkannya[2]. Atas dasar pemikiran inilah, kita dapat memahami simbol persatuan dalam Gereja yang tampak dalam perayaan sakramen-sakramen.

Pada saat yang sama Gereja merayakan sakramen yang menjadi tanda dan simbol kesatuan seluruh anggotanya. Oleh karena itu, ketika membahas mengenai Gereja sebagai persekutuan, kita akan sampai pada pemahaman bahwa persekutuan yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah persektuan di antara sesama anggotanya sendiri sekaligus persekutuan antara anggota Gereja dengan Kristus sebagai kepala. Persekutuan ini tampak dirayakan secara jelas dalam perayaan sakramen Gereja, khususnya dalam perayaan Ekaristi. Sejak awal sudah dikembangkan dalam Gereja bahwa ada hubungan yang erat dan jelas antara sakramen Ekaristi dan persekutuan dalam Gereja.

Hubungan erat antara Ekaristi dan persekutuan Gereja digambarkan dengan sangat jelas oleh Paulus dalam pandangannya tentang jemaat sebagai “Tubuh Kristus”. Dalam 1 Kor. 12:27, jemaat di Korintus disebut oleh Paulus sebagai Tubuh Kristus: “Kamu semua adalah Tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya”. Pada bagian sebelumnya, Paulus mengutip katan-kata institusi yang diucapkan Yesus dalam perjamuan malam terakhir ketika Yesus memberkati Roti: “Inilah Tubuh-Ku”(1 Kor 11:24). Paulus menegaskan bahwa penerapan istilah Tubuh Kristus pada Ekaristi dan pada Gereja saling berkaitan satu dengan yang lain. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor. 10:16-17).

Dalam hal ini Paulus menjelaskan bahwa Tubuh Kristus yang disambut menyatukan anggota Gereja yang adalah Tubuh Kristus. Dengan demikian, Paulus memilih logika: bukan mengartikan Ekaristi dari Gereja, melainkan sebaliknya Paulus mengartikan Gereja dari Ekaristi. Gereja menjadi tubuh Kristus sebab Gereja disatukan melalui Ekaristi[3]. Dengan demikian, Paulus memberi pendasaran bahwa kebersamaan dan kesatuan Gereja mengalir dari persekutuan Ekaristis karena menyambut Tubuh Kristus yang satu dan sama.

Rahner tidak hanya memahami sakramentalitas Gereja dalam perayaan sakramennya. Rahner bahkan mengatakan bahwa Gereja adalah sakramen itu sendiri, yakni Gereja sebagai sakramen Kristus.[4] Dengan mengatakan bahwa Gereja adalah sakramen Kristus (Grundsakrament), Rahner kembali masuk ke dalam teori simbolnya yakni bahwa “simbol mengambil bentuk konkret eksistensinya”. Gereja adalah simbol dan yang disimbolkan adalah Kristus. Maka konsekuensinya, Gereja menjadi sarana keselamatan dalam hubungannya dengan Kristus. Kristus itu satu dan tidak terpecah-pecah, maka Gereja dalam arti sebagai umat Allah harus selalu satu, karena Gereja adalah tubuh mistik Kristus (bdk Ef 4:4).

[1]     T. Jacobs, Konsitusi Dogmatis Lumen Gentium mengenai Gereja: Terjemahan Introduksi komenta Jilid I, Kanisius: Yogyakarta 1970, 84-85

[2]     F.W. Dillistone, Daya Kekuatan Simbol, Kanisius: Yogyakarta, 2002, 135

[3]     E. Martasudjita, Ekaristi, Kanisius: Yogyakarta, 2005, 238

[4]     Karl Rahner, “The Church and the Sacraments,” Studies in Modern Theology, trans. W. J. O’Hara, London: Burns & Oates 1965, 19: “The Church is a sacrament of Christ in the same way that Christ is a sacrament of the Father’s self-communicative grace to the world”.


Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan. Gereja dapat diartikan sebagai persekutuan orang beriman yang percaya kepada Kristus. Sering sekali orang memahami bahwa “gereja” yang berarti tempat ibadah/bangunan untuk ibadah orang Kristiani A. Tanda dan sarana Penyelamatan dalam hidup manusia Setiap orang selalu mengharapkan keselamatan atas dirinya. Karena keselamatan dapat diartikan terhindar dari bahaya maut, sehingga masih bisa melanjutkan hidupnya di dunia ini. Dalam konteks agama keselamatan yang dimaksud adalah terhindar dari segala dosa. Dengan demikian orang bertobat sehingga mendapat pengampunan dari Tuhan. Keselamatan itu adalah anugerah Tuhan. 1. Memahami Tanda dan Sarana Keselamatan yang dialami. Tanda-tanda bahwa banyak orang mengharapkan keselamatan dapat berupa banyak hal, misalnya rambu-rambu lalu lintas dan tulisan “Utamakan keselamatan” 2. Memahami Ajaran tentang Keselamatan dalam Gereja Berdasarkan Kitab Suci. Pewartaan keselamatan yang dilakukan oleh Yesus tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi juga dalam perbuatan. Baca Kitab Suci Lukas 19:1-10 (ada di buku paket hlm 103) dan tuliskan apa isi dari teks tersebut! B. Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan Manusia Kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui tanda-tanda. Gereja sebagai tanda dan sarana bagi Allah untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya kepada manusia. Gereja hadir untuk melakukan tugas perutusan. Tugas perutusan tersebut yakni, melanjutkan karya Yesus dalam mewartakan kerajaan Allah. Gereja berperan untuk membawa umat semakin berkenan kepada Yesus dan tetap setia kepada Yesus. Gereja menjadi sarana bagi umat untuk dapat menjalin komunikasi yang semakin dekat dan erat dengan Allah. Baca teks “Memberi Nama” ada dalam buku paket halm 108. Setelah anda membacanya tuliskan isi dari teks tersebut! Memahami bahwa Gereja adalah Tanda dan Sarana Penyelamatan oleh Allah Lumen Gentium Art.1 dan Art.9 (ada di buku paket halm 109-110). Berdasarkan Lumen Gentium Art. 1 dan Art. 9 tuliskan kalimat mana yang menunjukkan Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan? Apa tugas Gereja bagi umat manusia? Bagaimana cara Gereja menyalurkan berkat keselamatan kepada umat manusia?

Kelas
8
Mata Pelajaran
PAK
Oleh
Wilhelmus Famati Hia,S.S.
Tanggal