Latihan membidik intonasi suara tak lain ditujukan untuk menciptakan kemampuan penyanyi untuk selalu bernyanyi dengan nada-nada tepat. Untuk membentuk intonasi yang baik diperlukan : a. Pendengaran yang baik. Pendengaran yang baik sangat membantu seseorang dalam menghasilkan nada-nada yang jernih dan pitch. Universitas Negeri Padang Bahan Ajar (Kurikulum 2013) b. Kontrol pernapasan. Mengontrol penerapan teknik pernapasan dilakukan terutama untuk dapat mencapai nada-nada tinggi maupun nada-nada rendah secara optimal. c. Rasa musikal. Perasaan musikal harus dikembangkan pada penyanyi agar dapat mengikuti tempo, gerak, irama maupun menebak nada-nada pada saat bernyanyi. a. Latihan Pendengaran Latihan pendengaran yaitu latihan yang bertujuan untuk menimbulkan kepekaan pendengaran penyanyi terhadap pitch nada yang berasal dari sebuah alat musik yang standar. Adapun cara latihan pendengaran dapat dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Adakanlah latihan pendengaran dengan bantuan alat musik piano. 2) Kemudian lakukan latihan pendengaran tersebut dengan dua orang pelaku, yang selanjutnya dikenal dengan A dan B, dimana si A adalah orang yang akan dilatih dan si B adalah pemain piano 3) Usahakanlah antara piano dan A berada pada jarak tertentu, sehingga A tidak dapat melakukan kecurangan kalau-kalau ia melihat tuts piano yang ditekan oleh B nantinya. Atau dapat juga dilakukan dengan cara agar A mesti membelakangi piano, bila ia menghendaki untuk tetap lebih dekat terhadap alat musik yang akan didengarkan tersebut. 4) Setelah orang pertama siap untuk mendengarkan nada yang akan dibunyikan oleh B, maka B terlebih dahulu mesti memperkenalkan nada-nada piano pada A dengan cara: a) Pertama-tama adalah dengan membunyikan nada-nada secara berurutan dengan baik dan teratur dalam tangga nada c = do pada oktaf satu sepanjang satu oktaf. b) Setelah dilakukan berulang kali dan sudah cukup jelas menurut A, maka cara kedua adalah dengan menekan nada A pada oktaf satu itu juga secara berulang kali. Sebab penglaman menunjukan bahwa pada umumnya orang lebih mudah untuk menangkap pitch nada a (la) daripada nada c (do). Hal itu dapat terjadi lantaran nada a (la) merupakan nada dasar pada tangga nada minor dan biasanya orang lebih cenderung mudah mencerna nuansa bunyi yang berkesan minor tersebut. Universitas Negeri Padang Bahan Ajar (Kurikulum 2013) 5) Setelah memperkenalkan tangga nada dan nada la dalam tangga nada c oktaf satu, maka selanjutnya latihan A untuk untuk menyuarakan nada yang ditekan oleh B pada piano dengan pitch yang sama pula dalam sembarangan pada oktaf satu itu juga. Untuk itu lakukanlah dulu pada tuts-tuts putih saja sebagai dasar pengenalan nada-nada yang diatonis. 6) Apabila A telah menguasai latihan pada point ke lima di atas (tentu setelah beberapa proses latihan), maka dapat dilanjutkan dengan memakai sistem nada kromatis (yang dapat ditekan pada tut putih maupun hitam pada papan piano). 7) Lakukan latihan di atas secara teratur dan berkesinambungan. b. Latihan Bersuara (Solfegio) Solfegio menurut arti yang sebenarnya adalah sebuah sistem bernyanyi tahap dasar yang lazim dipakai di Italia dan Perancis. Dimana dengan bantuan piano (hapsicord) nada-nada dinyanyikan secara solmisasi dengan patokan do yang tetap (fixed do). Maka yang terpakai sebagai fixed do tersebut adalah c (do) pada oktaf satu piano, yang mempunyai frekuensi tetapan internasional (pitch nada absolut) sekitar 264 Hz. Namun pada perkembangan musik berikutnya, sistem solfegio meluas secara Internasiol, karena dipandang cukup ampuh dalam mendatangkan kepekaan terhadap intonasi. Dan dalam perkembangan tersebut bukan saja mencakup banyak Negara yang memakainya, tapi dalam patokan nada dasar do (fixed do) juga berubah. sehingga latihan solfegio akhirnya bisa saja dilakukan dalam do menurut tangga nada-tangga nada yang lain. Tentunya hal itu tetap bertujuan untuk melatih kepekaan intonasi seseorang terhadap nada. Adapun proses solfegio dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1) Secara capella, yaitu latihan solfegio yang dipandu oleh alat musik atau piano. 2) Secara semi capella, yaitu latihan solfegio yang dipandu oleh alat musik pada bagian awalnya saja, tapi pada penyuaraan berikutnya tidak diiringi lagi. Dalam hal ini, piano pada awal penyuaraan hanya berfungsi sebagai pemberi patokan nada dasar yang dipakai. 3) Secara a capella, yaitu latihan solfegio tanpa diiringi oleh alat musik. Tahap latihan ini merupakan tahap latihan puncak, dan hanya akan bisa dilakukan oleh seorang yang sudah mempunyai pendengaran mutlak. Pendengaran mutlak ialah suatu tingkat mendengar terhadap pitch nada dari seseorang yang kepekaan musikal dan daya ingat bunyi yang tinggi. Akibatnya ia mampu Universitas Negeri Padang Bahan Ajar (Kurikulum 2013) seperti itu dapat dilatih. Dan umumnya telah dimiliki oleh para dirigen yang handal. Proses latihan solfegio, dapat dibagi ke dalam dua tahap, yaitu penyuaraan tangga nada dan penyuaraan interval, yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Tahap pertama, dengan menyuarakan tangga nada secara menaik dan menurun, yang terbagi lagi atas tiga tahapan : a) Secara solmisasi dalam satu oktaf, dengan menyebut kata-kata seperti : ma, la, sa, dan sebagainya. Contoh : C = do do re mi fa sol la si do b) Secara solmisasi dalam satu oktaf, dengan memperluas jangkauan nada, baik secara solmisasi maupun dengan kata-kata. Contoh: C = do ma la sa ... ... ... c) Dengan memperluas jangkauan nada, baik secara solmisasi maupun dengan kata-kata. Contoh : C = do ma do re mi fa sol la si do la si ... la sa na pa ha nga ... ... ... ... ... ... Universitas Negeri Padang Bahan Ajar (Kurikulum 2013) 2) Tahap ke dua adalah dengan penyuaraan berbagai macam bentuk interval yang berderet dalam tangga nada. Dapat dilakukan dengan delapan tahapan, yaitu : a) Tahap interval ters naik seconde turun Contoh : C = do do mi re fa mi sol fa la sol si la do si re do ... turun b) Tahap interval kwart naik terus turun Contoh : C = do do fa re sol mi la fa si sol do ... turun c) Tahap interval beralas do Contoh : C = do do re do mi do fa do sol do la do si do do ... turun d) Tahap arpeggio akord mayor Contoh : Universitas Negeri Padang Bahan Ajar (Kurikulum 2013) e) Tahap arpeggio akord minor, contoh : C = do do re fa la do la fa re do f) Tahap tangga nada kromatis, contoh : C = do do di re ri mi fa fi sol sel la le si do ... turun g) Tahap tangga nada Debussy (debussian), contoh : C = do do re mi fi sel le do ... turun h) Tahap interval tritonus, contoh : C = do do fi re sel mi le fa si fi do ... turun
Apakah Anda pernah mengalami frustasi dalam menyampaikan presentasi ? Anda mengira bahwa Anda telah menyampaikan pesan presentasi Anda dengan baik, tetapi respon dari audiens Anda tidak sesuai dengan pesan yang Anda sampaikan. Sebagai contoh, ketika Anda mengatakan pada audiens, “Saya merasa semangat berada disini”, akan tetapi dalam menyampaikannya nada suara Anda terdengar datar dan tidak bersemangat, maka audiens Anda tidak akan mempercayai kata-kata Anda. Mereka lebih percaya pada interpretasi dari intonasi suara Anda yang terkesan datar dan tidak bersemangat. Intonasi suara yang Anda keluarkan dapat membuat kesuksesan atau kegagalan presentasi Anda. Tidak peduli seberapa baik pesan presentasi yang telah Anda siapkan, hal itu tidak menjamin bahwa pesan Anda akan didengar. Untuk memikat audiens dan mempertahankan minat mereka, maka Anda juga perlu menyampaikannya dengan baik. Saat itulah intonasi suara Anda ikut bermain. Tanpa keraguan, perannya sangat penting dalam menyampaikan pesan Anda. Intonasi suara yang Anda gunakan akan sangat berperan dalam penyampaian presentasi Anda, karena itu akan mencerminkan kepribadian Anda, kepercayaan diri dan minat Anda terhadap subjek tersebut. Laporan yang dikeluarkan oleh Universitas Minnesota (2016) yang berjudul “Communication in the Real World” menyebutkan bahwa penyampaian vokal (vocal delivery) mencakup komponen penyampaian ucapan yang berhubungan dengan suara Anda. Ini termasuk cepat/lambat (rate), keras/lemah (volume), tinggi/rendah (pitch), artikulasi (articulation), pengucapan (pronunciation), dan kefasihan (fluency) dari suara Anda. Penyampaian vokal ini yang ditunjukkan dengan intonasi suara merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan saat Anda menyampaikan presentasi. Ada dua alasan utama yang mendasarinya. Pertama, penyampaian vokal dapat membantu Anda untuk melibatkan dan menarik perhatian audiens Anda (speaking for engagement) dengan memperhatikan variasi dalam cepat/lambat (rate), keras/lemah (volume) dan tinggi/rendah (pitch) suara. Kedua, penyampaian vokal membantu memastikan bahwa ide-ide Anda dikomunikasikan dengan jelas (speaking for clarity) dengan memperhatikan unsur artikulasi, pengucapatan dan kefasihan. Jadi, bagaimana mengoptimalkan intonasi suara Anda untuk menyampaikan presentasi yang menonjol ? Untuk menjadikannya sebagai senjata yang ampuh, berikut ini ada 4 tips untuk mengoptimalkan intonasi suara Anda dengan kekuatan dan otoritas. Tip Optimalisasi Suara # 1 : Hangatkan Suara Anda Saat melakukan presentasi, menampilkan diri yang terbaik sangat penting agar Anda dapat terhubung dengan audiens Anda. Itu termasuk menguasai nada suara Anda yang perlu terdengar berwibawa dan mudah didekati. “Nada suara” tersebut adalah komponen penting untuk membangun kehadiran pribadi Anda sebagai presenter. Karena itu, sebelum Anda naik ke atas panggung untuk menyampaikan presentasi, Anda perlu melakukan pemanasan. Ada banyak cara untuk melakukannya termasuk melatih artikulasi dan pernapasan Anda. Berikut tiga latihan cepat dan sederhana yang bisa Anda coba :
Menghabiskan waktu 2 menit untuk latihan sederhana ini sudah cukup untuk menyiapkan Anda atau setidaknya suara Anda untuk presentasi yang sukses. Tip Optimalisasi Suara # 2 : Bicaralah Dengan Percaya Diri dan Jelas Jika Anda ingin didengar dan dipahami, maka rasa malu perlu dihindari dalam melakukan presentasi. Jika Anda menggunakan mikrofon, maka selalu letakkan di posisi yang memungkinkan terjadinya peningkatan volume suara. Presenter cenderung merendahkan suaranya untuk menghindari distorsi dari suara mikrofon, tetapi kesalahan umum ini memberikan dampak pada ucapan Anda yang membuat Anda terdengar ragu-ragu. Pastikan semuanya mengarah kepada upaya untuk membuat nada suara Anda yang kuat dan percaya diri. Untuk menghindari Anda terlihat tidak yakin atau gugup, maka berlatih, berlatih dan berlatihlah. Semakin baik persiapan Anda, semakin percaya diri yang akan Anda rasakan, tampilkan, dan suarakan. Persiapan yang baik juga akan membantu menjernihkan ucapan Anda dari filler words seperti Eeee atau Ehmm. Kata-kata itu digunakan biasanya sebagai pengisi kekosongan. Biasanya presenter masih berpikir akan kata-kata apa yang berikutnya hendak mereka sampaikan, sehingga mereka mengisinya dengan Eeee atau Ehmm. Hal itu bisa sangat merusak saat Anda menyampaikan ide atau rekomendasi, karena dapat merusak keyakinan dalam suara Anda. Karena itu, persiapan yang cermat di awal adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan, sehingga Anda sudah menguasai pesan utama dari presentasi Anda di dalam benak Anda yang dapat bermanfaat untuk menghindari kekacauan kosakata yang ingin Anda sampaikan. Tip Optimalisasi Suara # 3 : Variasikan Kecepatan Bicara dan Gunakan Jeda Kontras sangat penting untuk dampak keseluruhan dari sebuah presentasi. Tidak ada yang lebih buruk dari presenter yang menatap catatan mereka atau berbicara seperti robot. Anda perlu menghidupkan presentasi Anda agar audiens Anda mau mendengarkannya. Jika Anda hadir dengan suara yang monoton, maka Anda secara pasti akan menghilangkan minat mereka. Anda jangan berbicara terlalu cepat, karena hal itu akan membuat Anda terlihat gugup dan sulit untuk diikuti. Sebaliknya, jika Anda berbicara terlalu lambat, maka Anda akan tampak ragu-ragu dan membuat audiens bosan. Anda perlu menemukan keseimbangan yang tepat. Cara termudah untuk melakukan ini adalah memperlakukan presentasi Anda seperti percakapan, bukan pertunjukan. Jika Anda dapat melakukan ini, maka segala sesuatunya akan berjalan dengan sendirinya tanpa Anda memikirkannya. Adakalanya Anda berbicara lebih lambat untuk memberikan penekanan pada sebuah kata atau kalimat. Di sisi lain, adakalanya Anda perlu berbicara lebih cepat untuk menunjukkan semangat dan jiwa dinamis. Ingatlah bahwa jeda bisa menjadi cara yang bagus untuk menarik perhatian kepada aspek yang penting dari presentasi Anda. Misalnya, diam sejenak sebelum menyampaikan poin penting. Dengan cara ini, maka efek dramatik akan tercipta dan sekaligus akan membuat informasi yang disampaikan menjadi pesan yang kuat dan mudah diingat. Selain itu, jeda juga memberi audiens Anda waktu untuk merenungkan dan mencerna apa yang Anda sampaikan yang sangat penting untuk mempertahankan keterlibatan mereka. Tip Optimalisasi Suara # 4 : Variasikan Tinggi/Rendah (Pitch) dan Keras/Lemah (Volume) Suara Mirip seperti hal di atas, tinggi/rendah dan keras/renda suara dapat memberikan kontras yang sangat penting untuk membuat audiens Anda tetap terlibat. Sangat penting bahwa bagian tertentu dari presentasi Anda diberi penekanan khusus dengan tinggi/rendah dan keras/rendah suara. Hal itu akan membantu Anda meyakinkan audiens bahwa Anda peduli dan tahu tentang apa yang Anda sajikan. Dalam presentasi, kuncinya adalah jangan berpresentasi dengan pitch yang monoton yang menggunakan nada yang sama dari awal sampai akhir. Misalnya, dalam cerita yang anda sampaikan bahwa Anda sedang prihatin, maka perlihatkan itu dengan pitch yang rendah (cenderung ngebass, berat dan dalam). Ketika Anda sedang gembira, perlihatkanlah juga dengan pitch yang tinggi (halus, indah dan manis). Selain itu, Anda juga kadang perlu berbicara dengan volume suara yang lebih keras untuk menunjukkan sesuatu yang penting. Anda juga perlu berbicara lebih keras untuk memastikan bahwa audiens Anda bisa mendengar suara Anda. Suara yang keras juga Anda perlukan untuk menunjukkan bahwa Anda antusias dalam presentasi Anda. Ingat bahwa antusias itu menular. Jika Anda terdengar kurang antusias dalam menyampaikan presentasi, maka Anda tidak dapat berharap audiens Anda akan antusias untuk mendengarkan presentasi Anda. Selain suara yang keras, Anda juga perlu memvariasikan suara Anda dengan suara yang lemah. Misalnya, ketika suasana yang lebih syahdu dibutuhkan, maka Anda perlu berbicara sedikit lebih pelan. Demikianlah, 4 tips mengoptimalkan intonasi suara Anda untuk meyakinkan audiens presentasi Anda. Pertama, hangatkan suara Anda Kedua, bicaralah dengan percaya diri dan jelas Ketiga, variasikan kecepatan bicara dan gunakan jeda Keempat, variasikan tinggi/rendah (pitch) dan keras/lemah (volume) suara Intonasi suara ketika presentasi sangat penting untuk diperhatikan. Sinkronkan antara kata-kata yang Anda sampaikan dengan intonasi suara Anda. Berlatih untuk mengoptimalkan intonasi suara Anda sebelum presentasi merupakan pekerjaan rumah yang perlu Anda lakukan. Cobalah untuk tetap alami dan terlibat dengan audiens Anda. Intonasi suara Anda secara alami perlu bervariasi bergantung pada apa yang Anda akan katakan dan seberapa pentingnya hal itu. Sharing knowledge for a better presentation/communication. |