Masa berburu dan meramu adalah masa ketika manusia purba untuk mendapatkan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam. Manusia purba pada masa ini mempunyai ketergantungan yang besar terhadap apa yang disediakan oleh alam. Pada umumnya, manusia purba pada masa ini yang tinggal di hutan berburu binatang antara lain kerbau liar, rusa, gajah, banteng, dan badak. Sedangkan manusia purba yang hidup di sekitar pantai mereka menangkap ikan dan kerrang. Kegiatan berburu umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, tugas wanita adalah mengumpulkan makanan yang tersedia di alam sekitar seperti ubi, buah-buahan, daundaunan dan kacang kedelai. Masa berburu dan meramu diperkirakan berlangsung pada jaman batu tua (Palaeolithikum) pada saat itu perkakas mereka masih terbuat dari batu yang masih utuh dan belum diproses sehingga belum dapat digunakan untuk bercocok tanam. Berdasarkan pola kehidupannya, maka corak kehidupan masa berburu dan meramu dibagi menjadi 2 tahapan yaitu, berburu dan meramu tingkat awal/sederhana dan berburu meramu tingkat lanjut. Show A. Berburu dan meramu tingkat awal Pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini lingkungan sekitar manusia purba masih liar, banyak gunung berapi yang masih aktif dan kerap Meletus, keadaan bumi pun masih belum stabil seperti sekarang. Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini antara lain.
B. Berburu dan meramu tingkat lanjut Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini kehidupan manusia prasejarah sedikit lebih maju daripada masa sebelumnya, namun kehidupan mereka masih tergantung kepada alam. Beberapa contoh alat yang digunakan pada masa ini antara lain kapak perimbas, alat serpih (flakes) dan alat alat dari tulang dan tanduk rusa. Masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini diperkirakan berlangsung pada masa Messolithikum, yang ditandai dengan terjadinya perubahan tradisi yang semula mengumpulkan makan (food gathering) menuju menghasilkan sendiri bahan makanannya (food producing), namun belum sepenuhnya mereka dapat memenuhi seluruh kebutuhan makanan mereka karena perkakas mereka yaitu Kapak Genggam Pebble hanya bisa digunakan untuk menggembur gemburkan tanah denagn bercocok tanam dengan cara berkebun. Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut antara lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jawaban yang tepat adalah B. tirto.id - Kehidupan awal sejarah manusia atau zaman praaksara mempengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan masa kini seperti aspek kepercayaan, sosial, budaya, dan teknologi. Zaman praaksara dikenal sebagai masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Zaman tersebut terjadi pada kurun 3,3 juta tahun yang lalu saat manusia purba jenis Hominini mulai memanfaatkan perkakas dari batu. Dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Rekam Jejak Peradaban Indonesia (2017:3), cara mengenal kehidupan praaksara adalah dengan mempelajari sumber-sumber peninggalannya berupa fosil manusia purba, alat-alat kehidupan, fosil tumbuhan, dan fosil hewan yang hidup sezaman.
Manusia pada masa awal sejarah melewati beberapa corak kehidupan seperti masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Manusia purba pada masa berburu dan meramu belum memiliki kebudayaan yang begitu kompleks. Mereka cenderung menggunakan tradisi lisan yang terus berkembang menjadi kebudayaan manusia masa kini. Manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mulai menetap dan hidup lebih teratur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tradisi tersebut juga terus mengalami perkembangan dan menjadi kebudayaan manusia masa kini. Kehidupan manusia pada masa perundagian sudah lebih sejahtera lantaran banyaknya kebutuhan yang tercukupi. Selain itu, kehidupan sosial semakin kompleks dan muncul desa-desa serta mulai mengenal tata kehidupan dengan adanya sistem pemimpin yang membentuk keteraturan. Masa perundagian lebih mendekatkan kepada corak kebudayaan manusia modern.
Pengaruh Kehidupan Awal Sejarah Manusia terhadap Masa Kini
Kehidupan awal sejarah manusia sedikit banyak berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan berbagai aspek yang meliputinya seperti aspek kepercayaan, sosial, budaya dan teknologi. Dikutip dari modul Sejarah: Kehidupan Awal Manusia Indonesia oleh Irma Samrotul Fuadah (2020:12-13), mengenai pengaruh kehidupan awal sejarah manusia terhadap masa kini dalam beberapa aspek sebagai berikut: 1. Aspek Kepercayaan Kehidupan manusia purba pada masa awal sudah mengenal adanya kekuatan besar di alam semesta selain kekuatan individu. Hal tersebut kemudian mendorong munculnya kepercayaan seperti animisme, dinamisme, dan totenisme. Kepercayaan manusia terus berkembang hingga mulai mengenal beberapa agama seperti Hindu, Buddha, Kristen, dan Islam. Walaupun, kepercayaan sudah berkembang menjadi bentuk agama, namun banyak yang tetap mempercayai (mempraktikkan) kekuatan dari benda-benda pusaka dan roh nenek moyang. Selain itu, sebagian masyarakat kerap melakukan tradisi upacara keagamaan dan kepercayaan. 2. Aspek Sosial Manusia zaman modern memilih untuk hidup secara berkelompok daripada secara individu. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah terwujudnya tujuan hidup serta terjadinya stabilitas keamanan dalam masyarakat. Kebudayaan hidup secara berkelompok sudah dilakukan manusia purba sejak masa bercocok tanam. 3. Aspek Budaya Zaman modern memunculkan hasil kebudayaan dalam berbagai bentuk seperti gambaran, lukisan, tarian, nyanyian, cerita dan lainnya. Pada masa mengumpulkan makanan, manusia purba sudah menghasilkan lukisan dalam gua berbentuk cap-cap tangan dan bentuk hewan. Hal tersebut merupakan bukti perkembangan awal peradaban manusia yang menjadi semakin kompleks pada masa kini. 4. Aspek Teknologi Manusia sejak awal peradabannya sudah mulai menggunakan alat dari batu dan tulang untuk mempermudah kehidupannya seperti berburu dan melindungi diri. Hal tersebut merupakan cikal bakal berkembangnya teknologi masyarakat masa kini yang sudah dapat menghasilkan berbagai alat menggunakan teknologi canggih seperti ponsel pintar.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
MANUSIA PURBA
atau
tulisan menarik lainnya
Syamsul Dwi Maarif
Subscribe for updates Unsubscribe from updates Ilustrasi Masa Perundagian. Foto:YouTube/Histrocrat (Picture Credit:Andy Gammon) Masa perundagian merupakan salah satu pembabakan kehidupan manusia pra-aksara berdasarkan teknologi yang digunakan. Zaman ini menandai makin berkembangnya kemampuan manusia dalam menciptakan suatu kebudayaan. Istilah perundagian berasal dari Bahasa Bali, yakni ‘undagi’ yang artinya seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai keterampilan tertentu. Masa perundagian digunakan untuk menyebut zaman logam. Pasalnya, saat itu telah ada undagi atau orang-orang terampil yang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi alat yang diinginkan. Untuk mengetahui masa perundagian selengkapnya, simak penjabaran di bawah ini. Ciri-ciri Masa PerundagianPara ahli meyakini bahwa era Perundagian dimulai kurang lebih 10.000 tahun lalu. Berikut ciri-ciri masa Perundagian:
Mengutip buku Sejarah Indonesia SMA: Rekam Jejak Peradaban Indonesia, masa Perudagian di Indonesia dibagi menjadi dua, yakni zaman perunggu dan zaman besi. Berikut ini adalah penjelasannya: Ilusrasi zaman perunggu. Foto: ancient-origins.netZaman perunggu disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin China. Pada masa ini manusia sudah dapat mencampur tembaga dengan timah sehingga menghasilkan logam yang lebih keras. Peninggalan zaman perunggu yang telah ditemukan antara lain:
Ini menandai periode yang lebih maju. Manusia sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari peleburan tembaga atau perunggu. Sebab, melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C. Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Hasil kebudayaan yang banyak ditemukan adalah alat-alat dari perunggu, sehingga zaman logam juga disebut sebagai zaman perunggu. Manusia pra-aksara mengolah logam dengan cara yang sederhana. Meski demikian inilah yang menjadi titik awal perkembangan teknologi manusia. Ada dua teknik yang digunakan untuk mengolah logam, yakni teknik Bivalve dan teknik A Cire Perdue. Berikut ini adalah penjelasannya: Bivalve adalah teknik cetak dengan memakai cetakan yang terbuat dari batu. Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dirapatkan, dengan lubang di atasnya. Lubang tersebut digunakan untuk memasukkan cairan logam panas yang nantinya akan dicetak dalam bentuk tertentu. Cetakannya dapat digunakan berulang kali. A Cire Perdue adalah teknik cetak dengan menggunakan cetakan lilin yang dibungkus dengan tanah liat. Lilin yang sudah dilapisi tanah liat tersebut dibakar hingga lilin meleleh. Ketika lilin sudah mencair, lilin akan dikeluarkan dari lubang tanah liat. Ruang yang sebelumnya terisi oleh lilin akan diisi dengan perunggu cair. |