Jelaskan cara menekan dampak negatif penggunaan bahan kimia

Admin gerokgak | 25 Juni 2014 | 6430 kali

Jelaskan cara menekan dampak negatif penggunaan bahan kimia

Zat -zat kimia pasti mengelilingi kehiduan Mulai dari pestisida dalam makanan yang diasup gadget, furnitur hingga produk kosmetik Semua mengandung zat-zat yang bisa bersifat toksin pada tubuh. Beberapa zat kimia seperti bisphenol A (BSPA) formaldehyd, phtalates dan lain sebagainya sangat mudah diserap tubuh dan diduga kuat memicu berbagai gangguan medis seperti obesitas, asma kanker atau kemandulan. Zat kimia beracun terutama lebih berbahaya pada anak-anak karena tubuh mereka masih berkembang. Memang tak mudah menghindari zat-zat kimia tetapi ada yang bisa dilakukan untuk mengurangi kadar toksisitasnya dalam tubuh .

1.       Makan makanan yang organik. Cara baik untuk menghindari paparan pestisida pada makanan adalah dengan memilih produk organik. Selain buah dan sayuran, saat ini juga tersedia produk daging dan susu organik.

2.       Baca label. Salah satu sumber terbesar zat kimia adalah pada produk perawatan tubuh dan kosmetik. Zat-zat kimia tersebut didesain agar bisa menyerap dengan cepat dan mudah melalui kulit. Pilih produk yang bebas paraben dan phthalate.

3.       Olahraga. Zat kimia toksin biasanya disimpan dalam tubuh dan salah satu cara efektif untuk memecahknya sel lemak dan membuang zat kimia adalah lewat olahraga rutin.

4.       Lupakan detoks. Menurut Rick Smith, penulis buku Toxin Toxout: Getting Harmful Chemicals out of Our Bodiesand Our World, detoksifikasi adalah sebenarnya tak teralu efektif membuang racun. Menurutnya keringat lebih efektif membuang racun. Menurut nya berkeringat lebih efektif untuk mengeluarkan zat kimia BPA ketimbang melalui urine.

5.       Kurangi lemak jenuh. Banyaknya zat kimia toksik yang terikat ke lemak, “ kata Smith seperti dilansir foxnews adalah mengurangi asupan lemak jenuh seperti gorengan.

6.       Memelih produk pembersih. Saat ini kita mungkin menggunakan lebih dari 10 produk pembersih di rumah. Padahal zat kimia itu bersifat toksik jika terhirup, terutama oleh anak-anak. Ganti beberapa pembersih dengan bahan yang lebih alami, misalnya baking soda dan cuka.

7.       Hindari plastik. Pilihlah produk berbahan beling ketimbang plastik. Selain itu hindari memasukan plastik ke dala microwave atau pemanas lain karena zat kimia BPA bisa terserap dalam makanan. Selain itu piranti masak berbahan stainlessteel lebih disarankan daripada bahan anti lengket.

8.       Cukup air. Air adalah cara terbaik untuk menyingkirkan toksin dari tubuh. Minumlah air mineral minimal 2 liter setiap hari.

Berikut beberapa zat kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan yang perlu diwaspadai:

1.       Nitrat. Zat ini biasa digunakan untuk mempertahankan warna dan aroma pada daging, ikan serta produk olahannya. Penelitian Harvard pada tahun 2010membuktikan 1,8 ounce asupan daging olahan per hari dapat meningkatkan resiko serangan jantung hingga 42 persen dan penyakit diabetes tipe 2 hingga 19 persen. Pada riset ini menggunakan hewan peneliti membuktikan nitrat mengakibatkan pengerasan pembuluh darah dan menurunkan toleransi pada gula. Menurut America Cancer Soceity, nitrat juga diketahui sebagai penyebab kanker pada hewan. Meski begitu dampak buruk belum diketahui pasti apakah juga terjadi pada manusia. Untuk menurunkan resiko terkena penyakit tersebut sebaiknya hindari terlalu sering mengkomsumsi daging olahan seperti sosis, bacon burger dan sejenisnya. Peneliti Harvard menyarankan batasi mengkomsumsi daging olahan cukup sekali seminggu.

2.       Merkuri. Ketakutan pada merkuri menyebabkan banyak orang menolak konsumsi ikan laut. Padahal dengan kandungan asam lemak omega 3, hidangan ikan tidak layak dilewatkan.

3.       Bisphenol A (BPA) BPA ditemukan dalam makanan kaleng dan berwadah plastik. Biasanya orang terespos BPA melalui pola makan. BPA bercampur pada makanan dan minuman saat wadah dipanaskan.

4.       Arsenik. Di Amerika, arsenik ditemukan secara alami dalam air tanah Ketika arsenik anorganik dalam jumlah yang cukup besar masuk ke dalam atau tanah pertanian, maka air yang diminum dan tanaman yang dihasilkan berbahaya bila dikonsumsi.

5.       Pewarna buatan. Riset yang dipublikasikan The Lancet pada November 2007 menemukan “efek yang merugikan” pada anak usia 3, 8 dan 9 tahun dari minuman serta makanan yang menggunakan pewarna buatan. Riset yang dilakukan peneliti asal Southampton University ini menemukan kecanduan pewarna buatan meningkatkan hiperaktivitas anak.

Download disini

Jelaskan cara menekan dampak negatif penggunaan bahan kimia
Sesungguhnya, limbah yang dihasilkan deterjen sangat merusak lingkungan. Karena deterjen merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya.Berdasarkan penelitian lebih lanjut, diketahui ABS ternyata mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup. Limbah deterjen yang dihasilkan rumah tangga akan bermuara pada sebuah tempat, seperti selokan ataupun kolam. Biasanya, eceng gondok akan tumbuh dengan populasi yang cukup besar pada ujung selokan. Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta. Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya. Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti sama kita ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali pada semua bibir pantai Danau Toba. Hal tersebut terjadi, selain dari residu pelet yang ditabur pada kerambah yang berserak di Danau Toba, ditengarai juga berasal dari sisa deterjen yang dipakai masyarakat Danau Toba yang masih mencuci di perairan ditambah limbah dari restoran, rumah makan dan hotel-hotel yang berada di sekitar Danau Toba yang membuang limbahnya secara langsung ke dalam danau.Selain merusak keindahan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata andalan Sumatera Utara, pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali itu akan menutupi perairan, sehingga bagian dasar air tidak terkena sinar matahari. Menyebabkan kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi dan unsu hara meningkat sangat cepat. Jika hal tersebut tetap dibiarkan, ikan-ikan akan mati karena kekurangan bahan makanan. Bahkan bisa mengakibatkan cacat akibat mutasi gen.Penggunaan deterjen memang seperti buah simalakama, di satu sisi penggunaannya sangat dibutuhkan dan di sisi lain limbahnya ternyata berefek buruk. Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam pembuatan detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diurai.Sebagai insan yang perduli dengan keselamatan lingkungan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk sedikit menekan efek buruk yang ditimbulkan penggunaan deterjen. Sebelum memilih jenis deterjen, perhatikan jenis surfaktan yang terkandung dalam deterjen. Pilihlah yang mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit terurai. 

Pilih deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat rendah. Limbah cucian dengan kadar fosfat rendah sebaiknya digunakan untuk menyiram tanaman karena fosfat sangat baik untuk tanah dan tanaman, tapi tidak baik untuk badan air. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa, sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak. Terakhir, gunakan produk lokal. Selain membudayakan cinta produk dalam negeri dan membantu perekonomian, penggunaan produk lokal akan meminimalisir jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi.

 sumber artikel: http://lutfi-fpk11.web.unair.ac.id

 sumber ilustrasi gambar: matoa.org