Jelaskan apa saja yang termasuk kebiasaan baru yang positif di masa pandemi?

Pandemi Covid 19 masih terus berlangsung, sudah banyak korban yang berjatuhan, baik dari masyarakat umum maupun tenaga kesehatan yang gigih berjuang membendung laju pandemi ini. Sampai hari ini, ada sekitar 512.000 kasus yang terjadi di Indonesia, sementara di Kota Solo sendiri jumlah kumulatif yang tercatat sudah mencapai 1.792 kasus. Pemerintah tak henti-hentinya menyosialisasikan pencegahan penularan kepada masyarakat dan menunjuk banyak rumah sakit, baik di pusat maupun di daerah, sebagai rumah sakit rujukan bagi penderita Covid 19. Namun demikian, kesehatan dan keselamatan diri kita selama masa pandemi ini kembali kepada kesadaran kita dalam menerapkan protokol kesehatan yang sudah dicanangkan tersebut.

Di bawah ini adalah beberapa tip mengenai kebiasaan-kebiasaan baru yang pasti dapat kita adopsi ke dalam keseharian kita agar tetap sehat selama masa pandemi ini:

1. Selalu Pakai Masker Saat Keluar Rumah

Memakai masker memang tidak menyenangkan, sering kali kita merasa risi dan tidak nyaman, apalagi kita yang memakai kacamata, masker sering kali membuat kacamata kita berembun dan itu sangat mengganggu aktivitas kita. Namun, tahukah Anda bahwa sejauh ini, masker terbukti dapat mengurangi kemungkinan penularan Covid 19 secara signifikan. Masker kain, dan masker lain yang memiliki tingkat kerapatan yang lebih tinggi, sangat efektif menahan droplet sehingga kita tidak tertular atau menulari orang di sekitar kita tanpa sadar. Karena itu, meski tak nyaman, selalu kenakan masker Anda saat beraktivitas di luar rumah dan ganti masker Anda secara rutin.

2. Membiasakan Diri untuk Mencuci Tangan dengan Sabun

Ini adalah kebiasaan sepele yang sudah diajarkan kepada kita sejak taman kanak-kanak, tetapi sangat sering kita abaikan sebelum pandemi ini melanda. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir ternyata cukup efisien untuk menekan kemungkinan penularan Covid 19 sebab sabun dapat menghancurkan pelindung virus Covid 19 yang terbuat dari protein dan seketika mematikannya. Karena itu, jangan tunda untuk mencuci tangan sebelum masuk rumah, dan jangan segan-segan mencuci tangan Anda setelah memegang benda-benda di fasilitas umum atau benda yang sangat cepat berpindah tangan seperti uang.

3. Tidak Berkerumun

Sebagai makhluk sosial, hal ini sangat sulit kita lakukan. Kita terbiasa bersua dengan rekan dan teman-teman kita secara fisik, berjabat tangan, dan berbincang-bincang dalam jarak dekat. Padahal, droplet yang keluar dari mulut kita dapat tersebar hingga 1 meter! Dengan memakai masker dan tidak berkerumun, kita melindungi diri kita sekaligus orang-orang yang kita kasihi. Lagi pula, teknologi yang kita miliki sekarang ini sudah dapat memfasilitasi kerinduan kita untuk berinteraksi dengan teman-teman kita.

4. Membangun Imun

Selain dari luar, kita juga perlu menangkal penyakit ini dari dalam tubuh kita. Membangun imun yang baik melalui gaya hidup sehat juga sangat disarankan oleh para ahli medis agar kita dapat terhindar dari penularan Covid 19. Makan makanan yang bergizi, mengonsumsi multivitamin, berolahraga sangat efektif meningkatkan sistem imun tubuh kita. Bahkan, dari banyak laporan mengenai pasien Covid 19 yang sembuh, imun merekalah yang paling berperan dalam kesembuhan mereka. Memang benar, membangun gaya hidup sehat adalah tabungan yang paling bernilai!

5. Beradaptasi dengan Gaya Hidup Digital

Sadarkah Anda bahwa sejak pandemi Covid 19 melanda seluruh dunia, ada begitu banyak teknologi yang disediakan agar kita dapat tetap menjalankan aktivitas kita tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain? Dalam beberapa bidang, seperti pendidikan, hal ini masih menjadi polemik dan masih banyak ruang untuk pembenahan, tetapi di banyak bidang lainnya kita perlu mengakui bahwa penerapan teknologi ini sangat terbantu dan memudahkan kita. Karena itu, biasakan diri Anda dengan perkembangan teknologi yang masih akan terjadi, karena hal ini akan menolong kita untuk tetap terkoneksi dengan dunia dan orang-orang kita kasihi sampai pandemi ini berakhir.

Dengan mengadopsi kebiasaan-kebiasaan baru di atas, diharapkan kita tidak hanya dapat tetap sehat, tetapi juga melindungi orang-orang di sekitar kita dan memutus rantai penularan Covid 19. Semoga artikel ini menginspirasi kita untuk selalu waspada dan menjaga kesehatan kita dan keluarga. Tetap sehat, tetap semangat!

Disadur dari berbagai sumber.

Oleh : Usman Manor, Analis Sumber Sejarah Kemenko PMK

BRAFOPMK - Kini, zaman telah berganti. Namun pola perkembangan budaya dan literasi relatif sama. Pandemi Covid-19 seakan menjadi katalisator penggerak perkembangan budaya melalui daring dan digital.

Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam memutus mata rantai penyebaran pandemi Covid-19 secara masif dan sistematis. Covid-19 bukan hanya virus mematikan, namun memiliki efek domino yang juga mengerikan. Salah satu kebijakan yang digunakan pemerintah dalam mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19 adalah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Penerapan kebijakan ini memicu menurunnya interaksi dan konektivitas. Namun, situasi dan kondisi pandemi tetap tidak menyurutkan budaya untuk terus berkembang. Harmonisasi dan literasi budaya menghasilkan inovasi sehingga menjadi semacam oase di tengah pandemi yang sedang mewabah.

Jika ditelisik lebih jauh, budaya yang merupakan hasil olah rasa, cipta, dan karsa manusia terus beradaptasi, meskipun pandemi berusaha menggerogoti. Sekira satu abad yang lalu kala wabah kolera mewabah di Batavia, budaya tetap berkembang meskipun tidak signifikan.

Penduduk Eropa yang mendiami wilayah Batavia mempercayai budaya mencuci tangan sebagai upaya mencegah tertular wabah. Begitu pula dengan penduduk etnis Cina yang membudayakan minum teh hangat guna menghindari tertular penyakit perut dan memainkan pertunjukan Barongsai sebagai upaya “menakuti” penyakit menular.

Penduduk pribumi, terutama yang berasal dari etnis Betawi, Jawa, dan Sunda mempercayai budaya meminum air yang sudah didoakan terlebih dahulu oleh pemuka Agama.

Sejalan dengan budaya yang berkembang di masyarakat, Pemerintah Hindia Belanda kala itu berupaya melakukan berbagai propaganda kesehatan, salah satunya dengan menerbitkan jurnal dan buku mengenai penyakit menular guna meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan dan masyarakat terkait penyakit.

Kini, zaman telah berganti. Namun pola perkembangan budaya dan literasi relatif sama. Pandemi Covid-19 seakan menjadi katalisator penggerak perkembangan budaya melalui daring dan digital. Untuk itu, perlu untuk dipahami bahwa kebudayaan merupakan investasi yang tetap berkembang kala perekonomian tengah meradang sebagai akibat dari pandemi yang bergelombang.

Sebagai sebuah investasi, kebudayaan memerlukan visi, misi, dan strategi serta enabler yang tepat dalam upaya mencapai target dan mengoptimalkan potensi bangsa dan negara yang kaya akan produk budaya. Visi kebudayaan Indonesia pada dasarnya adalah Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sesuai Pembukaan UUD 1945.

Secara ringkas, visi kebudayaan tersebut tergambar secara eksplisit pada stanza kedua lagu kebangsaan Indonesia Raya, yaitu Indonesia Bahagia. Sementara misi kebudayaan Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta turut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sesuai dengan Alinea keempat UUD 1945.

Sebagai sebuah investasi, kebudayaan juga memerlukan strategi dan enabler sehingga mampu mencapai target berupa kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Strategi tersebut diimplementasikan melalui penyediaan bagi keragaman ekspresi budaya, pengembangan praktik kebudayaan, pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan, percepatan reformasi kelembagaan, dan peningkatan peran pemerintah sebagai fasilitator.

Implementasi strategi tersebut memerlukan enabler utama yakni peran serta masyarakat dan enabler pendukung, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Visi, misi, dan strategi serta enabler tersebut telah dimiliki oleh Indonesia, hanya saja pada tataran implementasinya memerlukan sinkronisasi dan simultanitas.

Pada akhirnya, harmonisasi kebudayaan, baik pada masa pandemi maupun pada masa normal memerlukan dirijen berupa kerangka pikir yang terinduksi dalam substansi revolusi mental, pemajuan kebudayaan, dan prestasi olahraga. Kebudayaan akan menjadi investasi yang mampu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia apabila revolusi mental semakin membumi dan mengakar di kalangan masyarakat yang kemudian dengan sendirinya mampu meningkatkan literasi, inovasi dan kreativitas masyarakat.

Peningkatan literasi, inovasi dan kreativitas akan membawa kemajuan pada kebudayaan secara keseluruhan. Kemajuan ini secara otomatis akan berperan besar dalam hadirnya prestasi, baik bagi olahraga, olahrasa, dan olahkarsa sebagai hasil dari keberhasilan investasi budaya yang secara utuh berwujud kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. (*)