Ideologi yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan

Polres Tangsel – Indonesia adalah negara yang besar terdiri dari ribuan pulau dari sabang sampai merauke dengan keanekaragamannya (suku, adat istiadat, bahasa).Kita harus bangga memiliki negara yang besar dengan keanekaragamannya, jadikan keanekaragaman sebagai kekayaan dan pemersatu bangsa.

Guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, kita harus menjaga Indonesia dengan keanekaragamannya dari paham radikalisme, berita hoax maupun intoleran

Sebagaimana diketahui radikalisme adalah suatu ideologi, gagasan atau paham dengan cara ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim.Salah satu kelompok radikal yang menghancurkan timur tengah adalah ISIS.

Melalui internet kelompok ISIS ini menyebar propaganda persuasif untuk menarik pengikut seperti mengiming-imingi para pengikutnya dengan kesejahteraan ekonomi dan negara yang aman damai serta memodifikasi secara apik bahwa di sana hidup terjamin, aman, dan tentram di bawah syariat Islam.

Namun kondisinya berbeda dengan apa yang dijanjikan oleh ISIS di internet, terjadi berbagai peperangan dan porak-porandanya berbagai wilayah di Irak dan Suriah.

Sedangkan berita hoaks atau hoax menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa kita harus mencegah paham radikal menyebar di Indonesia dan juga berita hoax yang ada di dunia maya (seperti medsos) guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Kaum muda diharapkan kritis terhadap upaya memecah belah bangsa, merendahkan martabat bangsa dan senantiasa waspada terhadap upaya infiltrasi ideologi dengan cara yang sangat halus dan kekinian. “Yang ingin merubah atau menggantikan Pancasila serta ingin memecah belah NKRI,” kata Bupati Indartato saat menjadi inspektur upacara peringatan Hari Bela Negara ke- 69, Hari Ibu ke-89, dan Hari Nusantara yang diikuti anggota TNI/Polri, ASN, organisasi wanita, dan pelajar di halaman pendopo kabupaten, Selasa (19/12/2017).

Dewasa ini ketergantungan terhadap teknologi informasi telah membawa semua aspek kehidupan pada cara pandang kita terhadap berbagai kemungkinan ancaman. Salah satunya ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah maupun keselamatan segenap bangsa yang tidak lagi bersifat tradisional atau ancaman militer. Tetapi sudah bersifat multidimensional dan berada di setiap lini kehidupan.

Menurut bupati, para generasi muda adalah pemimpin di masa mendatang, harus berperan dan bangga dengan ke-Indonesiaannya, serta harus hebat untuk diri dan bangsa, maupun negaranya. “Itulah bagian dari bentuk bela negara yang sesungguhnya di era kekinian,” ucap dia.

Terkait peringatan Hari Ibu, Indartato menjelaskan jika hal itu dilakukan untuk mengenang dan menghargai perjuangan kaum perempuan Indonesia, yang telah berjuang bersama sama kaum laki -laki dalam merebut kemerdekaan. Tekad dan perjuangan kaum perempuan untuk mewujudkan kemerdekaan dilandasi oleh cita-cita dan semangat persatuan kesatuan menuju kemerdekaan indonesia yang aman, tentram, damai, adil dan makmur. “Mengingatkan kaum muda akan tekad, persatuan dan kesatuan kaum perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa,” jelasnya. (arif/nasrul/tarmuji taher/danang/humaspacitan)

Kepala BNPT Suhardi Alius

Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mewaspadai berbagai dimensi yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Dimensi itu merupakan efek berkembangnya globalisasi dan pembangunan bangsa.

Hal tersebut disampaikan Komjen Pol Suhardi Alius, saat menjadi pembicara di acara Gerakan Revolusi Mental Kementrian Pertanian (Kemtan) Wilayah Bebas Korupsi (WBK) yang digelar Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementan di kantor Kementan, Jakarta, Kamis (17/11).

Dalam paparan yang mengambil tema "Resonansi Kebangsaan dan Pencegahan Radikalisme", Suhardi menjelaskan, pembangunan bangsa melahirkan turbulensi yang bisa menghasilkan dua nilai, yaitu baik dan buruk. "Kalau baik tentunya akan bermanfaat bagi masyarakat banyak, tetapi kalau buruk, maka akan menggerus nasionalisme,” ujar Suhardi.

Suhardi mengatakan, semangat momentum Sumpah Pemuda 1928 lalu telah menyatukan seluruh keragaman yang ada di Indonesia, di mana keanekaragaman suku, budaya tersebut saat ini telah tercabik-cabik.

"Semangat toleransi dikatakan hampir menghilang dengan banyaknya kasus-kasus intoleransi di Indonesia. Ini yang menyebabkan nilai-nilai Pancasila itu menjadi tereduksi. Dengan mereduksinya nilai-nilai Pancasila tentu ada sesuatu yang salah telah terjadi di Indonesia. Kalau ini tidak dirawat, belum tentu ada jaminan akan ada Republik ini dalam beberapa tahun ke depan,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.

Lebih lanjut alumni Akpol 1985 ini mengatakan, berbagai dimensi yang harus diwaspadai muncul dari semua sektor, meliputi dimensi geografi, demografi, sumber daya alam, hingga sektor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Peria kelahiran Jakarta 10 Mei 1962 ini juga menyoroti maraknya paham radikalisasi yang diwaspadai pada sisi ideologi. Paham ini merupakan ancaman krusial bagi negara. Sasaran utama penyebaran paham ini ialah generasi muda Indonesia.

"Derasnya arus informasi di dunia maya ini berdampak pada pesatnya penyebaran paham radikalisme di Indonesia. Karena selama ini banyak sekali informasi radikal dari dunia maya yang mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk di antaranya anak-anak," ujarnya.

Dia juga menjelaskan bagaimana parahnya paham radikalisme dan terorisme masuk ke dalam ideologi-ideologi masyarakat terutama para generasi muda bangsa baik dari usia dini hingga dewasa. Untuk itu, berbagai pencegahan harus dilakukan agar menangkal masuknya ideologi yang menyimpang dari Pancasila.

“Saat ini, paham terorisme dan radikalisme terus berkembang di Indonesia dan hal ini dinilai sangat berbahaya. Peran dari masyarakat tentu sangat kami butuhkan dalam menangkal paham tersebut masuk terlalu dalam ke warga negara Indonesia. Pemahaman konsep jihad, khilafah dan takfiri yang keliru yang selalu digembor-gemborkan kelompok radikal menjadi tantangan bagi kita semua,” tutur Kepala BNPT.

Di hadapan pegawai di lingkungan Kemtan tersebut, pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanan) ini juga pun mengutip berbagai survei terkait penyebaran paham radikalisme di Indonesia.

Seperti survei yang dilakukan sebuah harian nasoinal tentang radikalisme di Jakarta, dari 500 responden, ternyata 22% guru dan 21% murid menganggap bahwa Pancasila dianggap tidak relevan lagi. Intinya, radikalisme merupakan tantangan yang begitu kerasnya bagi nasionalisme kita ke depan.

‘’Kita menghadapi tantangan nasional, regional, dan global. Oleh sebab itu, sejak dini generasi muda harus mampu membentengi diri agar tidak terpapar unsur radikalisme, terutama kalangan mahasiswa sangat berpotensi menjadi sasaran,’’ kata jenderal polisi tiga bintang itu

Selain itu survei dari Wahid Foundation pada 2016 ini juga melaporkan sekitar 72% masyarakat Indonesia menolak radikalisme. Selain itu, sekitar 7,7% menyatakan berpartisipasi dalam radikalisme, dan 0,4% menyatakan pernah terlibat dalam kegiatan radikalisme. Survei tersebut menyasar pada responden 150 juta masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Jika dikalkulasikan, maka nilai 7,7% tersebut setara dengan 11,5 juta jiwa. Sedangkan 0,4 % setara dengan 600.000 jiwa.

"Untuk itu, penghalauan paham ini tidak bisa dilakukan oleh BNPT saja. 17 kementerian/lembaga akan kami libatkan. Karena kami bekerja tidak hanya menyelesaikan di sektor hilir, tetapi juga di sektor hulu agar akar masalah itu juga tersentuh," ujarnya.

Lalu dalam paparannya terkait masalah Gerakan Revolusi Mental, Kepala BNPT mengatakan, masalah keteladanan dan kejujuran seorang pimpinan itu adalah suatu hal yang paling utama dimata bawahan. Menjadi pemimpin jangan sampai pernah memberikan perintah yang menyimpang kepada bawahan. Karena kalau sampai itu terjadi maka pimpinan itu sudah tidak punya wibawa lagi, karena anak buah itu ikut sama imamnya.

"Jangan pernah memberikan perintah perintah kepada anak buah yang keluar dari ketentuan. Anak buah itu kan bagaimana pimpinanya. Saya sudah pernah jadi kapolsek, kapolres, kapolda, kabaresrim tahu persis permasalahan itu. Anak buah tidak akan menyimpang kalau pimpinan tidak memerintahkan untuk menyimpang atau memberikan kesempatan untuk itu (korupsi)," ujar Suhardi.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: ANTARA


Gotong royong membersihkan rumah termasuk sila Pancasila ke- A. kedua B. Ketiga C. Keempat D. Kelima Jwb dong guys soalny aq udh ngantuk nih

tuliskan 2 sikap sebagai anggota keluarga yang tidak mencerminkan nilai nilai pacasila​

apa yang harus kalian lakukan supaya tiap-tiap anggota kelompok berperan dalam membuat kerajinan tersebut​

4) Bersikap adil dan menghormati hak orang lain termasuk pengalaman Pancasila sila ke-... A. Pertama B. Ketiga C. Keempat D. Kelima 5) Menjaga keseim … bangan antara hak dan kewajiban termasuk nilai Pancasila sila ke-... A. 2 B. 3 C. 4 D.5 Bantu jwb guys...

tuliskan 2 sikap sebagai siswa yang tidak mencerminkan nilai nilai pacasilamata pelajaran : PKN/tema​

Berikut ini yang termasuk pengalaman sila keempat Pancasila adalah... A. Musyawarah pemilihan ketua kelas B. Menjenguk teman yang sakit C. Menghormat … i teman yang berbeda agama D. Bersikap hemat PLSSS.... dijawab y butuh bngt nih besok terakhir dikumpul

1. Bagaimana cara kita menempatkan kepentingan pribadi sebagai warga negara Indonesia yang baik? 2. Bagaimana yang harus dilakukan jika kamu menjadi k … etua kelas, dan banyak pendapat pribadimu yang tidak diterima anggota kelasmu? 3. sikap terbaik apa yang harus kamu lakukan ketika ada tamu teman ayah yang datang ke rumah namun Ayah tidak berada di rumah? Tolong bantu jawab yh, soalnya bsk dikumpulin​

3. Ibu baru saja pulang dari pasar. Ketika di pasar, ibu membeli banyak barang dan kebutuhan sehari-hari. Ibu juga membeli beberapa makanan untuk kelu … arga. Semua keluarga mendapatkan makanan kesukaannya masing-masing. Identifikasi sila Pancasila yang diterapkan oleh ibu! Jawab: 4. Jelaskan makna dari sila kedua Pancasila! Jawab: ...... 5. Apa saja perilaku yang sesuai dengan sila keempat Pancasilananti kalo ada yg jawab gua kasih poin 50%​

tuliskan ciri ciri dari penerapan Pancasila dalam periode 1966-1998​

Kak, tolong bantu pr IPA kak​