Mengapa dinamakan Meganthropus Paleojavanicus?

Oleh Nisa Mutia Sari pada 08 Nov 2019, 12:55 WIB

Diperbarui 08 Nov 2019, 12:55 WIB

Mengapa dinamakan Meganthropus Paleojavanicus?

Perbesar

Sangiran / Sumber: Wikipedia

Liputan6.com, Jakarta Meganthropus paleojavanicus merupakan salah satu fosil mirip manusia purba tertua yang ditemukan di Indonesia. Maka sangat menarik untuk mengenal ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini. 

Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada penelitian 1936 dan berakhir pada 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus berbeda dengan Pithecanthropus erectus (homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.

Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata Mega yang berarti besar dan Anthropus berarti manusia, dan Paleo berarti tertua, serta Javanicus berarti Jawa.

Jadi, kalau digabungkan arti dari Meganthropus paleojavanicus adalah fosil manusia bertubuh besar paling tua di Pulau Jawa atau manusia raksasa dari Jawa yang diperkirakan hidup pada masa 1 – 2 juta tahun yang lalu pada masa Paleolithikum atau zaman batu tua.

Karena ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus memiliki perbedaan dengan Pithecanthropus erectus, maka penting untuk mengenal masing-masing ciri-ciri dari Meganthropus paleojavanicus. Berikut ini Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber ciri-ciri meganthropus paleojavanicus, Jumat (8/11/2019).

Mengapa dinamakan Meganthropus Paleojavanicus?

Perbesar

Fosil Pithecanthropus erectus / Sumber: Wikipedia

Setiap fosil yang ditemukan memiliki ciri yang berbeda-beda. Begitu juga dengan ciri-ciri meganthropus paleojavanicus. Berikut ciri-ciri meganthropus paleojavanicus:

1. Meganthropus paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil alam, sehingga kehidupannya tergantung pada alam.

2. Cara hidup meganthropus paleojavanicus selalu berpindah tempat karena bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi lainnya.

3. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus lainnya adalah memiliki rahang bawah yang tebal dan kuat.

4. Tubuhnya sangat tegap.

5. Kening pada meganthropus paleojavanicus juga tabal dan menonjol.

6. Tulang pipi juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.

7. Punya otot yang sangat kuat.

8. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.

9. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.

10. Bentuk hidungnya melebar.

11. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.

12. Bentuk geraham menyerupai manusia.

13. Volume otaknya sebesar 900 cc.

14. Tingginya sekitar 2,5 meter.

15. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yiatu agak membungkuk dengan tangan yang menyangga tubuh.

16. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.

17. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan memasak.

Meganthropus A / Sangiran 6

Meganthropus A / Sangiran 6 merupakan fragmen rahang yang snagat besar. Pertama kali fragmen rahang ini ditemukan pada tahun 1942 oleh Von Koenigswald. Koenigswald ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, namun dirinya berhasil mengirim cast rahang untuk Franz Weidenreich.

Weidenreich kemudian melanjutkan penelitian dan menamakan spesimen tersebut di tahun 1945. Ia menyatakan spesimen tersebut memiliki rahang terbesar yang pernah ia lihat. Rahang tersebut dikatakan sama besarnya dengan gorila tetapi bentuknya berbeda.

Setelah dilakukan berbagai rekonstruksi dan penelitian, ditemukan adanya kemungkinan bahwa meganthropus berukuran lebih besar daripada gorila manapun yang kita ketahui.

Meganthropus B / Sangiran 8

Penemuan fosil ini berupa potongan tulang rahang lain yang dideskripsikan oleh Marks pada 1953. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki ukuran dan bentuknya hampir sama dengan penemuan rahang bawah yang asli yang sudah mengalami kerusakan parah.

Fosil ini diketahui bahwa itu adalah tulang rahang dewasa, yang berukuran lebih kecil daripada homo erectus. Tetapi yang membingungkan, spesimen tersebut memiliki beberapa ciri unik yang sama dengan penemuan awal, dan ciri tersebut tidak ada pada homo erectus.

Meganthropus C / Sangiran 33 / BK 7905

PEnemuan fosil berupa potongan tulang rahang ini ditemukan pada 1979. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki beberapa kesamaan umum dengan temuan rahang bawah yang telah dikatakan sebelumnya.

Hubungan fosil ini dengan Meganthropus Paleojavanicus  tampaknya menjadi hubungan yang paling lemah dari penemuan – penemuan tulang rahang sebelumnya.

Meganthropus D

Fosil ini berupa tulang rahang dan ramus yang ditemukan oleh Sartono pada 1993. Usia fosil tersebut telah ditentukan antara sekitar 1,4 hingga 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramusnya telah mengalami kerusakan yang buruk. Akan tetapi bagian tulang rahang bawahnya relatif tampak tidak mengalami kerusakan walaupun detail giginya telah hilang.

Fosil ini berukuran agak lebih kecil tetapi bentuknya sangat mirip daripada Meganthropus A. Sartono, Tyler dan Krantz akhirnya menyepakati bahwa Meganthropus A dan D tampaknya merupakan contoh dari spesies yang sama, apapun itu.

Meganthropus I / Sangiran 27

Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap, tapi hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas (diasumsikan) H. Homo. Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.

Meganthropus II / Sangiran 31

Meganthropus II ini merupakan fragmen tengkorak yang pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada 1982. Analisis yang dilakukan Tyler menghasilkan kesimpulan bahwa ukurannya ternyata berada di luar batas normal Homo Erectus.

Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki bentuk tengkorak lebih dalam, berkubah lebih rendah dan jauh lebih lebar dari spesimen manapun yang pernah ditemukan.

Bagian sagittal crest dobel dengan kapasitas tengkorak sekitar 800 – 1000 cc. Rekonstruksi Sangiran 31 sejak dipresentasikan pada AAPA meeting di tahun 1993, telah diterima oleh banyak kalangan otoritas. Sejauh ini tidak ada homo erectus lain yang menunjukkan ciri – ciri ini.

Meganthropus III

Meganthropus III merupakan penemuan fosil lain yang memiliki sedikit kaitan yang lemah dengan Meganthropus Paleojavanicus. Penemuan ini diperkirakan adalah bagian posterior dari tengkorak hominid, yang memiliki ukuran 7 hingga 10 cm.

Tyler pada 1996 menggambarkan penemuan sudut oksipital dari keseluruhan tengkorak yang diperkirakan sejauh 120 derajat. Menurut Tyler itu adalah rentang ukuran yang dimiliki homo erectus. Akan tetapi interpretasi Tyler masih dipertanyakan oleh para pihak berwenang yang ragu akan adanya hubungan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

Mengapa dinamakan Meganthropus Paleojavanicus?