Show
PENDIDIKAN | 3 Mei 2016 19:00 Reporter : Dewi Ratna Merdeka.com - Pernahkah kamu mendengar istilah budaya politik? Budaya politik adalah semua hubungan yang berkaitan dengan akal atau pikiran dan memiliki hubungan dengan terwujudnya aturan, kewenangan atau kekuasaan. Budaya politik memiliki berbagai macam tipe, berdasarkan di negara mana budaya politik itu diterapkan. Nah, sekarang kita akan membahas tentang tipe-tipe budaya politik berdasarkan negaranya.
Kedua tipe budaya politik ini nggak salah, semuanya benar, tergantung dengan kebutuhan negara masing-masing. Bab ini penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kebutuhan politik semua negara, termasuk negara Indonesia. Kalau kamu sudah tahu kebutuhan politik negara, maka pelaksanaan prinsip dan tipe budaya politik ini akan mudah untuk dilakukan. Tertarik untuk mempelajari bab ini secara lebih detail dan menyeluruh kan? Selamat belajar. (mdk/iwe)
Setiap negara memiliki budaya politik masing-masing dengan karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai faktor. Budaya politik di Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa tipe. Lalu seperti apakah tipe-tipe budaya politik di Indonesia, nah disini saya akan menjelaskan tentang Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sikap dan Orientasi Politik selamat membaca. 1. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sifat yang Ditunjukkana. Budaya Politik Militan b. Budaya Politik Toleransi 2. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sikap terhadap Tradisi dan Perubahana. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Absolut b. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Akmodatif
3. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Orientasi Politika. Budaya Politik Parokial (Parochial Political Culture)Budaya Politik Parokial adalah budaya politik yang paing rendah atau sederhana. Anggota masyarakat tidak memiliki keinginan terhadap perubahan-perubahan dan juga tidak terlalu peduli terhadap objek-objek politik. Bahkan mereka tidak merasakan bahwa mereka adalah warga negara dari sebuah negara. Mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas.
Masyarakat dalam tipe budaya politik subjek memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi ketertiabn mereka adalah pasif. Mereka memiliki kecenderungan untuk enggan membicarakan masalah-masalah politik, meskipun mereka tetap megikuti berita-berita politik. c. Buday Politik Partisipan (Participant Political Culture)Kelompok masyarakat yang termasuk dalam tipe budaya politik partisipan yaitu masyarakat yang telah sadar mengenai hak-hak mereka untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.Menurut Almond dan Verba, ketiga budaya politik tersebut tervariasi kedalam tiga bentuk budaya politik sebagai berikut.
Bentuk budaya politik parokial-subjek merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya politik parokial menuju pola budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik), contohnya bentuk-bentuk klasik kerajaan, seperti kerajaan-kerajaan di Afrika dan Kekaisaran Turki. b. Budaya Politik Subjek-Partisipan (The Subject-Participant Culture) c. Budaya Politik Parokial-Partisipan (The Parochial-Participant Culture)
Berdasarkan Sikap yang Ditunjukkan a. Budaya politik militan Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi melihatnya sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi krisis, yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan peraturannya yang mungkin salah. b. Budaya politik toleransi Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai. Budaya politik ini berusaha mencari konsensus yang wajar, yaitu selalu membuka pintu untuk kerja sama. Yang dilakukan budaya politik ini adalah sikap netral atau kritis terhadap ide orang, bukan curiga terhadap orang. Pernyataan umum dari pimpinan masyarakat yang bernada sangat militan dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Ketegangan & konflik itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dgn jiwa toleransi hmpir slalu mengundang kerja sama. Berdasarkan Sikap terhadap Tradisi & Perubahan a. Budaya politik yang memiliki sikap mental absolut Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebalikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi. Tradisi dan kemurniannya diterima tanpa sikap kritis. Tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukannya. Kesetian yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru. b. Budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif Budaya politik yang memiliki struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna. Berdasarkan Orientasi Politiknya a. Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya rendah, yang disebabkan oleh faktor kognitif (misal tingkat pendidikan relatif rendah). b. Budaya politik subjek/kaula (subject political culture), yaitu masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif. c. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Menurut Almond dan Verba, ketiga tipe (partisipan, parokial, dan subjek) tervariasi ke dalam tiga bentuk budaya politik sebagai berikut. a. Budaya Politik Parokial-Subjek (The Parochial-Subject Culture) Bentuk budaya campuran (subjek-parokial) ini merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya parokial menuju pola budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik). Contoh budaya ini adalah bentuk klasik kerajaan, seperti kerajaan di Afrika, Rusia (Jerman). b. Budaya Politik Subjek-Partisipan (The Subject-Participant Culture) Bentuk budaya campuran (subjek-partisipan) merupakan peralihan atau perubahan dari budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik) menuju budaya partisipan (demokratis). Contoh negara yang memiliki tipe budaya campuran ini adalah Prancis, Jerman, dan Italia. c. Budaya Politik Parokial-Partisipan (The Parochial-Participant Culture) Bentuk budaya campuran (parokial-partisipan) ini merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya parokial menuju budaya partisipan. Tipe budaya campuran ini terdapat banyak di negara-negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan politik. Pada umumnya, di negara-negara berkembang budaya politik yang dominan adalah budaya parokial. Meskipun demikian, norma-norma struktural yang diperkenalkan biasanya bersifat partisipan dan demi keselarasan mereka menuntut suatu budaya partisipan. Hal ini sering menimbulkan ketimpangan antara struktur yang menghendaki sifat partisipan dengan budaya alami yang masih bersifat parokial. Model-model Kebudayaan Politik a. Demokratik Industrial Sistem ini memiliki cukup banyak aktivis politik untuk menjamin adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiran pemberian suara yang besar. b. Sistem Otoriter Dalam sistem ini, jumlah industri dan gerakan modernis amat kecil, meskipun terdapat organisasi politik dan partisipan politik seperti mahasiswa, kaum intelektual yang menentang sistem yang ada secara persuasif, tetapi sebagian besar rakyatnya hanya menjadi subjek yang pasif. c. Demokratis Pra-industrial Dalam sistem ini, jumlah partisipan dan keterlibatannya dalam pemerintahan sangat kecil. Page 2 |