Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan

Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
Diskusi politik. ©2013 Merdeka.com/Dwi Narwoko

PENDIDIKAN | 3 Mei 2016 19:00 Reporter : Dewi Ratna

Merdeka.com - Pernahkah kamu mendengar istilah budaya politik? Budaya politik adalah semua hubungan yang berkaitan dengan akal atau pikiran dan memiliki hubungan dengan terwujudnya aturan, kewenangan atau kekuasaan. Budaya politik memiliki berbagai macam tipe, berdasarkan di negara mana budaya politik itu diterapkan. Nah, sekarang kita akan membahas tentang tipe-tipe budaya politik berdasarkan negaranya.

  1. Tipe Budaya Politik berdasarkan sikap yang sudah ditunjukkan atau diperlihatkan. Negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang maju dan berkembang, tentunya harus memiliki kerja sama yang luas. Kondisi ini menjadikan budaya politiknya memiliki sikap setia dan toleransi. Yang dimaksud dengan budaya politik militan adalah budaya politik yang melihat perbedaan sebagai usaha kejam yang menantang. Jadi, kalau negara itu punya masalah, maka akan dicari kambing hitam orang yang bersalah. Kalau yang dimaksud dengan budaya politik toleransi adalah sikap netral dan kritis dalam setiap ide seseorang. Kalau kedua prinsip ini disatukan, maka negara tersebut bisa menggunakan budaya politiknya dengan baik dan bermanfaat.
  2. Tipe Budaya Politik berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Kalau menurut tipe ini, budaya politik bisa dibagi menjadi dua yaitu, budaya politik yang memiliki sikap mental absolut dan budaya politik yang memiliki sikap akomodatif.

Kedua tipe budaya politik ini nggak salah, semuanya benar, tergantung dengan kebutuhan negara masing-masing. Bab ini penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kebutuhan politik semua negara, termasuk negara Indonesia. Kalau kamu sudah tahu kebutuhan politik negara, maka pelaksanaan prinsip dan tipe budaya politik ini akan mudah untuk dilakukan. Tertarik untuk mempelajari bab ini secara lebih detail dan menyeluruh kan? Selamat belajar.

(mdk/iwe)

  • Home
  • pendidikan
  • Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sikap dan Orientasi Politik

Setiap negara memiliki budaya politik masing-masing dengan karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai faktor. Budaya politik di Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa tipe. Lalu seperti apakah tipe-tipe budaya politik di Indonesia, nah disini saya akan menjelaskan tentang Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sikap dan Orientasi Politik selamat membaca.

1. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sifat yang Ditunjukkan

a. Budaya Politik Militan
Budaya politik militan adalah budaya politik yang tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari aternatif yang terbaik, tetapi di pandang sebagai usaha jahat atau menantang. Apabila terjadi krisis, yang dicari adalah kambng hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah.

b. Budaya Politik Toleransi
Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsesuen yang wajar dengan selalu membuka jalan untuk bekerja sama, sikap netral atau krisis terhadap ide orang lain sikap netral atau krisis terhadap ide orang lain, tetap tidak curiga terhadap orang lain.

2. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Sikap terhadap Tradisi dan Perubahan

a. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Absolut

Budaya politik yang mempunyai sikap mental absolut mempunyai nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna sehigga tidak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan pada kebaikan. Pola pikir seperti ini hanya memberikan pperhatian pada hal-hal yang selaras dengan mentalnya dan menolak hal-hal yang baru. Budaya politik yang bermental absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis dalam tradisi, dan hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Dalam hal ini tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukannya. Oleh karena itu, kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur-unsur baru. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan. Setiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya sehingga harus dikendalikan.

b. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Akmodatif

Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan



Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental Akmodatif biasanya terbuka dan bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Masyarakat dalam tipe ini dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan sehingga perubahan mendorong usaha perbaikan dan peecahan yang lebih sempurna.

3. Tipe Budaya Politik Berdasarkan Orientasi Politik

a. Budaya Politik Parokial (Parochial Political Culture)Budaya Politik Parokial  adalah budaya politik yang paing rendah atau sederhana. Anggota masyarakat tidak memiliki keinginan terhadap perubahan-perubahan dan juga tidak terlalu peduli terhadap objek-objek politik. Bahkan mereka tidak merasakan bahwa mereka adalah warga negara dari sebuah negara. Mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas.


b. Budaya Politik Kaula atau Subjektif (Subject Political Culture)


Masyarakat dalam tipe budaya politik subjek memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi ketertiabn mereka adalah pasif. Mereka memiliki kecenderungan untuk enggan membicarakan masalah-masalah politik, meskipun mereka tetap megikuti berita-berita politik.

c. Buday Politik Partisipan (Participant Political Culture)Kelompok masyarakat yang termasuk dalam tipe budaya politik partisipan yaitu masyarakat yang telah sadar mengenai hak-hak mereka untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.Menurut Almond dan Verba, ketiga budaya politik tersebut tervariasi kedalam tiga bentuk budaya politik sebagai berikut.


a. Budaya Politik Parokial-Subjek (The Parochial-Subject Culture)


Bentuk budaya politik parokial-subjek merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya politik parokial menuju pola budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik), contohnya bentuk-bentuk klasik kerajaan, seperti kerajaan-kerajaan di Afrika dan Kekaisaran Turki.

b. Budaya Politik Subjek-Partisipan (The Subject-Participant Culture)
Bentuk budaya politik subjek-partisipan merupakan peralihan atau perubahan dari budaya politik subjek (pemerintahan yang sentralistik) menuju budaya partisipan (demokratis). Contoh negara yang memiliki tipe budaya campuran ini adalah Prancis, Jerman, dan Italia.

c. Budaya Politik Parokial-Partisipan (The Parochial-Participant Culture) 
Bentuk budaya politik parokial-partisipan merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya parokial menuju budaya partisipan. Tipe budaya campuran ini banyak terdapat di negara-negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan politik.

SHARE ON Twitter Facebook WhatsApp Pinterest

  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan
  • Budaya politik yang memiliki sikap absolut merupakan tipe budaya politik berdasarkan

Berdasarkan Sikap yang Ditunjukkan

a.    Budaya politik militan

       Budaya politik militan tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi melihatnya sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi krisis, yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan peraturannya yang mungkin salah.

b.    Budaya politik toleransi

       Budaya politik toleransi adalah budaya politik yang pemikirannya berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai. Budaya politik ini berusaha mencari konsensus yang wajar, yaitu selalu membuka pintu untuk kerja sama. Yang dilakukan budaya politik ini adalah sikap netral atau kritis terhadap ide orang, bukan curiga terhadap orang.

Pernyataan umum dari pimpinan masyarakat yang bernada sangat militan dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Ketegangan & konflik itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dgn jiwa toleransi hmpir slalu mengundang kerja sama.

Berdasarkan Sikap terhadap Tradisi & Perubahan

a.    Budaya politik yang memiliki sikap mental absolut

       Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebalikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi. Tradisi dan kemurniannya diterima tanpa sikap kritis. Tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukannya. Kesetian yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru.

b.    Budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif

       Budaya politik yang memiliki struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.

Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna.

Berdasarkan Orientasi Politiknya

a.    Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya rendah, yang disebabkan oleh faktor kognitif (misal tingkat pendidikan relatif rendah).

b.    Budaya politik subjek/kaula (subject political culture), yaitu masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif.

c.    Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.

    Menurut Almond dan Verba, ketiga tipe (partisipan, parokial, dan subjek) tervariasi ke dalam tiga bentuk budaya politik sebagai berikut.

a.    Budaya Politik Parokial-Subjek (The Parochial-Subject Culture)

       Bentuk budaya campuran (subjek-parokial) ini merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya parokial menuju pola budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik). Contoh budaya ini adalah bentuk klasik kerajaan, seperti kerajaan di Afrika, Rusia (Jerman).

b.    Budaya Politik Subjek-Partisipan (The Subject-Participant Culture)

       Bentuk budaya campuran (subjek-partisipan) merupakan peralihan atau perubahan dari budaya subjek (pemerintahan yang sentralistik) menuju budaya partisipan (demokratis). Contoh negara yang memiliki tipe budaya campuran ini adalah Prancis, Jerman, dan Italia.

c.    Budaya Politik Parokial-Partisipan (The Parochial-Participant Culture)

       Bentuk budaya campuran (parokial-partisipan) ini merupakan peralihan atau perubahan dari pola budaya parokial menuju budaya partisipan. Tipe budaya campuran ini terdapat banyak di negara-negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan politik. Pada umumnya, di negara-negara berkembang budaya politik yang dominan adalah budaya parokial. Meskipun demikian, norma-norma struktural yang diperkenalkan biasanya bersifat partisipan dan demi keselarasan mereka menuntut suatu budaya partisipan. Hal ini sering menimbulkan ketimpangan antara struktur yang menghendaki sifat partisipan dengan budaya alami yang masih bersifat parokial.

Model-model Kebudayaan Politik

a.    Demokratik Industrial

       Sistem ini memiliki cukup banyak aktivis politik untuk menjamin adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiran pemberian suara yang besar.

b.    Sistem Otoriter

       Dalam sistem ini, jumlah industri dan gerakan modernis amat kecil, meskipun terdapat organisasi politik dan partisipan politik seperti mahasiswa, kaum intelektual yang menentang sistem yang ada secara persuasif, tetapi sebagian besar rakyatnya hanya menjadi subjek yang pasif.

c.    Demokratis Pra-industrial

       Dalam sistem ini, jumlah partisipan dan keterlibatannya dalam pemerintahan sangat kecil.


Page 2