Berikut yang bukan tujuan pengendalian mutu adalah

Memilih kualitas garmen yang paling bagus saat ini sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi banyak konsumen. Sebab dengan membeli pakaian yang kualitasnya benar-benar sudah teruji dan dibuat sesuai standar jahitan garmen yang bagus maka secara tidak langsung manfaat yang bisa didapatkan justru jauh lebih besar.

Pengertian Garmen

Garmen dapat didefinisikan sebagai sebuah bisnis yang bergerak di bidang pembuatan pakaian pria maupun pakaian wanita. Meski sama-sama menghasilkan pakaian seperti halnya modiste ataupun tailor, pakaian garmen pada dasarnya tidak diukur dan dibuat menurut pesanan perorangan tetapi dibuat menurut ukuran standar. 

Berikut yang bukan tujuan pengendalian mutu adalah

Sumber : https://asia.nikkei.com/

Bahan kain yang digunakan untuk membuat pakaian garmen pun umumnya sangat bermacam-macam. Sementara untuk produknya sendiri juga tidak kalah beragam, mulai dari kemeja, blouse, celana, rok, jaket, pakaian seragam, kaos (t-shirts, polo shirt, sportswear), pakaian dalam (underwear) dan lain-lain.

  1. Pakaian garmen baik itu dalam bentuk kemeja, celana, jaket ataupun rok biasa diproduksi secara masal.
  2. Karena diproduksi secara masal, model pakaian yang dihasilkan pada umumnya memiliki bentuk yang sama.
  3. Pakaian garmen dibuat dengan menggunakan ukuran standart ( S, M, L, XL ) atau dengan menggunakan penomoran.
  4. Pemotongan bahan kain yang dilakukan untuk membuat pakaian garmen, biasa dikerjakan dalam jumlah yang banyak sekaligus.
  5. Sistem produksi pakaian garmen hampir semuanya dilakukan dengan sistem ban berjalan atau disebut dengan sistem borongan.

Berikut yang bukan tujuan pengendalian mutu adalah

Sumber : https://customsnews.vn/

Pakaian yang dihasilkan dari sebuah industri garmen sendiri umumnya dibuat melalui serangkaian proses yang sangat terencana dengan baik. Selain itu standar mutu jahitannya pun juga sangat diperhatikan jadi jangan heran kalau pakaian yang dibuat di garmen kualitasnya juga tidak kalah bagus dengan pakaian butik. 

Berikut yang bukan tujuan pengendalian mutu adalah

Sumber : https://customsnews.vn/

Pengertian Standar Mutu Jahitan

Standar mutu jahitan dapat didefinisikan sebagai ukuran patokan (standar) yang menjadi acuan dalam menentukan kualitas (mutu) suatu produk pakaian pria maupun pakaian wanita. Untuk mencapai standar mutu yang diharapkan maka harus dilakukan pengendalian mutu yang biasa dikenal dengan istilah quality control.

Dalam industri desain fashion sendiri, quality control mencakup semua usaha yang dilakukan untuk mengendalikan, menyeleksi dan menilai kualitas suatu produk pakaian pria maupun pakaian wanita agar sesuai standar mutu yang diinginkan. Dengan kata lain tujuan utama dari quality control yaitu:

  1. Untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel.
  2. Untuk menjamin agar pelanggan merasa puas dan investasi bisa kembali.
  3. Untuk memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.

Ingin membuat pakaian sendiri tapi masih bingung bagaimana cara mengukur badan dan menggambar polanya?. Kalau mau cara yang mudah maka anda bisa mendownload pola baju siap pakai dari kami Di Sini.

Jenis-Jenis Pengendalian Mutu

Terkait dengan standar mutu jahitan, secara teknis jenis-jenis pengendalian mutu pakaian pria maupun pakaian wanita di industri garmen dapat dibedakan menjadi beberapa bagian.

1. Pemeriksaan Bahan Baku

Pengendalian mutu pada bahan baku perlu dilakukan untuk mengetahui atau mengecek kualitas bahan kain sebelum diproses menjadi produk massal pada bagian pemotongan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengecekan bahan baku meliputi:

  • Konstruksi bahan kain.
  • Lebar bahan kain.
  • Cacat bahan kain.
  • Kemiringan benang.
  • Panjang bahan kain.
  • Shedding bahan kain.

Untuk menjamin kualitas bahan kain, urutan prosedur pemeriksaan bahan di industri garmen bisa dilakukan sesuai langkah-langkah berikut.

  • Periksa total panjang bahan kain dan tentukan panjang kain yang akan diperiksa sesuai dengan ketentuan sample pemeriksaan
  • Pilih gulungan kain atau rol kain yang akan dijadikan sample pemeriksaan.
  • Periksa dan ukuran lebar kain.
  • Periksa dan rasakan “handling” kain (apakah telah sesuai dengan standar yang ditentukan).
  • Periksa tetal lusi dan tetal pakan pada kain.
  • Lakukan evaluasi untuk memeriksa fabric defect atau cacat kain.
  • Catat seluruh kerusakan kain pada lembar kertas pemeriksaan.
  • Apabila ditemukan cacat kain lebih dari 3 (tiga) point pada satu tempat tertentu, berikan tanda dengan label tag-pin.
  • Lakukan perbaikan apabila diperlukan.

Butuh bahan kain berkualitas dengan harga murah untuk membuat pakaian pria maupun pakaian wanita?. Anda bisa mendapatkan bahan kain dari kami Di Sini.

2. Pemeriksaan Sample (Sample Inspection)

Sample merupakan contoh dari pihak pembeli (buyer) yang dibuat oleh perusahaan berdasarkan contoh dari pihak pembeli. Tujuan dilakukannya pemeriksaan sample yaitu agar seluruh sample yang dibuat oleh perusahaan bebas dari cacat dan sesuai dengan karakter produk yang diminta oleh pembeli.

Prosedur pemeriksaan sample dalam industri garmen sendiri secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.

  • Petugas bagian quality control akan menerima sample dan memeriksa sample tersebut.
  • Lembar rencana kerja (work-sheet) dan contoh produk garmen yang akan di produksi dibuat oleh petugas bagian sample dan merchandiser untuk kemudian diserahkan ke bagian quality control.
  • Petugas quality control akan memeriksa dan mengoreksi sample pada lembar pemeriksaan dan menyerahkan kembali kepada merchandiser.
  • Sampai di sini merchandiser akan mempelajari catatan dari petugas quality control.
    • Jika sample ditolak, maka sample akan dikembalikan ke bagian pembuatan sample untuk diperbaiki atau dibuat ulang sesuai permintaan pembeli (buyer).
    • Jika sample diterima, maka sample tersebut akan dikirim oleh merchandiser ke pihak pembeli untuk mendapatkan persetujuan (approval sample).
  • Petugas quality control akan menerima salinan laporan pemeriksaan sample dari merchandiser.
  • Sample yang telah disetujui oleh pihak pembeli/buyer (approval sample) dikembalikan ke bagian produksi untuk diproduksi secara massal.

3. Pemeriksaan Bagian Potong atau Cutting

Bagian potong alias cutting merupakan bagian yang mengurusi proses pemotongan kain sesuai pola marker yang ada dan sudah dicek kebenarannya oleh bagian marker dan QC cutting.

Secara singkat pengendalian mutu yang dilakukan pada proses pemotongan meliputi :

  • Mengecek gelaran kain.
  • Arah benang (lusi/pakan).
  • Konstruksi pola marker.
  • Toleransi ukuran.
  • Penyusutan kain.
  • Hasil pemotongan/cutting.

Adapun urutan prosedur pemeriksaan pada bagian pemotongan diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Periksa lembar kain bagian atas sampai pada lembar kain bagian bawah.
  • Periksa dan cocokkan komponen pola baju apakah komponen pola sudah lengkap atau belum.
  • Periksa apakah terdapat kesalahan pemotongan pada setiap garis komponen pola atau tidak.
  • Cek interlining dengan pola (apabila komponen garmen atau pakaian menggunakan interlining dan bordir).
  • Kesalahan potong pada bagian yang seharusnya dipotong ulang pada kain cadangan, dilakukan pencatatan dan pemotongan ulang.

4. Pemeriksaan Pada Bagian Fusing

Fusing sangat berkaitan erat dengan bahan pelapis (underlying). Pada sebagian proses produksi di garmen, proses fusing sendiri berbeda dengan tahap pengepresan produk rumahan, dimana perbedaan tersebut terletak pada material atau bahan pelapis yang digunakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengecekan bagian fusing meliputi :

  • Melakukan pemeriksaan terhadap hasil fusing apakah mengalami perubahan warna dan ukuran atau tidak.
  • Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas fusing yang dihasilkan apakah sudah memenuhi standar atau tidak.
  • Melakukan pemeriksaan khusus untuk kain bermotif stripe atau kotak agar hasil fusing benar-benar lurus dan balance.
  • Melakukan pemeriksaan apakah interlining yang digunakan sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh pembeli atau tidak.

5. Pemeriksaan Bagian Penjahitan atau Sewing

Ketika proses sewing atau kegiatan menjahit sedang berlangsung perlu dilakukan pengecekan atau pemeriksaan untuk menjamin bahwa pakaian yang dihasilkan nantinya memiliki kualitas yang baik. Jenis pemeriksaan ini biasanya di terapkan untuk garmen berkualitas tinggi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengendalian mutu pada proses penjahitan meliputi:

  • Jumlah komponen pakaian.
  • Jumlah setikan per inchi.
  • Warna benang.
  • Hasil jahitan (tidak mengkeret ataupuckering).
  • Aksesories pelengkap pakaian.
  • Ukuran harus sesuai dengan standar (berdasarkan worksheet).

Sementara untuk urutan prosedur pemeriksaan pada proses penjahitan diantaranya terdiri dari:

  • Periksa hasil cutting per komponen sesuai dengan sample dan toleransi.
  • Periksa jumlah setikan dalam 1 inch (stitch/inch).
  • Periksa hasil jahitan dan ukuran tiap tahapan proses, jahitan harus baik, rapi, tidak loncat.
  • Periksa hasil jadi sesuai dengan work sheet.
  • Periksa hasil jadi setelah dilakukan trimming.
  • Semua data dicatat pada blangko yang sudah disediakan.
  • Melakukan pemeriksaan terhadap model baju atau style yang akan digunakan.
  • Melakukan pemeriksaan terhadap material penunjang yang akan digunakan pada pakaian misalnya label, kancing, ritsleting dan benang.
  • Melakukan pemeriksaan terhadap ukuran dan model baju yang sudah jadi.
  • Melakukan tes cuci pada garmen jadi untuk mengetahui apakah ada perubahan warna dan ukuran setelah pencucian.

6. Quality Control (QC) Pada Finishing

Setelah proses sewing atau penjahitan selesai dilakukan pakaian selanjutnya di proses lebih lanjut di bagian finishing. Aktivitas utama dari departemen finishing meliputi pemangkasan sisa benang, pengecekan pakaian dan penyetrikaan(pressing).

Point pemeriksaan dalam bagian finishing garmen secara umum terdiri dari:

  • Initial finishing inspection yakni pengecekan sebelum memulai proses menyetrika garmen.
  • Final finishing inspection yakni pemeriksaan pakaian setelah di pasang tag (merek baju) dan packing(kemasan).
  • Internal final audit yakni pemeriksaan pakaian yang sudah dikemas dan dipacking hingga jumlah tertentu.

Sementara untuk urutan prosedur pemeriksaan pada proses finishing diantaranya terdiri dari:

  • Memeriksa style jahitan dan ukuran pakaian jadi dari bagian penjahitan atausewing.
  • Cek hasil seterika (apabila ditemukan cacat maka pakaian ditransfer kebagian packing untuk diperbaiki).
  • Memisahkan antara cacat minor dan cacat mayor.
    • Cacat minor merupakan sebuah kondisi yang tidak akan menimbulkan complain dari konsumen.
    • Cacat mayor merupakan sebuah kondisi garmen yang diindikasikan akan menjadi second quality.
  • Mencatat hasil cacat minor dan cacat mayor untuk diketahui oleh pimpinan.
  • Cek packing sesuai dengan worksheet.

Terkait dengan kondisi cacat pada pakaian berikut beberapa jenis kesalahan yang biasa terjadi dalam proses produksi garmen.

  • Pemasangan lapisan kaki kerah pakaian kurang rapi.
  • Lebar dari pucuk kerah tidak sama kiri dan kanan.
  • Terdapat jahitan sambungan pada kerah.
  • Jahitan loncat pada bagian tengah.
  • Jumlah kancing baju ada yang kurang bahkan rusak.
  • Penempatan saku yang tidak sesuai.
  • Tangan tidak sama pada bagian ketiak.
  • Panjang tangan kiri dan kanan tidak sama.
  • Pemasangan manset menonjol ke luar.

7. Pemeriksaan Akhir (Final Inspection)

Tahap pengendalian mutu atau pemeriksaan akhir dilakukan dengan cara membongkar sejumlah karton secara acak kemudian mengambil beberapa pakaian yang sudah di polybag atau dikemas untuk dicek bagian-bagian kualitas mutu produk tersebut.

Tujuan Pemeriksaan Akhir

  • Memberikan informasi kepada manajemen terkait dengan mutu garmen yang akan dikirim kepada pihak pembeli ataubuyer.
  • Memberi kesempatan terakhir bagi manajemen untuk menemukan masalah sebelum barang dikirim ke pihak pembeli.

Manfaat Pengendalian Mutu Akhir

  • Mengetahui tindakan seperlunya atas suatu produk garmen yang diterima atau ditolak pihak pembeli, sehingga produk tersebut dapat diterima secara baik oleh pembeli atau buyer.
  • Mengetahui profesionalisme dan kinerja manajemen perusahaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan akhir meliputi:

  • Styling atau penampilan pakaian.
  • Jahitan dan ukuran.
  • Measurement atau mengukur pakaian.
  • Memberi catatan atau komentar sesuai standar yang ditetapkan (worksheet) pada blangko yang telah disiapkan.

Sementara untuk urutan prosedur pemeriksaan akhir pada industri garmen diantaranya terdiri dari:

  • Memeriksa kesesuaian jumlah pemesanan, warna dan model.
  • Melakukan pemilihan dan pengambilan garmen secara random sesuai dengan statistical sample plan.
  • Melakukan pemeriksaan secara visual untuk melihat kualitas hasil jahitan apakah sudah sesuai dengan standar atau tidak.
  • Melakukan pemeriksaan terhadap ukuran, apakah sudah sesuai dengan pemesanan atau tidak. Minimum pengukuran 5 pieces untuk setiap warna dan ukuran.
  • Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap model baju, bahan kain, warna, jahitan, material penunjang maupun konstruksi material.

Faktor Penentu Kualitas Produksi Garmen

Terlepas dari prosedur produksi yang memang sudah seharusnya dilakukan, dalam memproduksi pakaian garmen sebenarnya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Beberapa faktor-faktor yang dimaksud diantaranya yakni manusia, mesin produksi yang digunakan dan juga waktu.

1. Manusia

Sumber daya manusia merupakan unsur utama yang menentukan proses pengendalian kualitas produk yang dihasilkan. Ketelitian dari pengerjaan barang yang akan dihasilkan sangatmenentukan bagus tidaknya barang yang akan dihasilkan.

2. Mesin Produksi

Sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk pakaian, mesin produksi dapat membantu mengurangi jumlah produk cacat yang diakibatkan oleh kelalaian tenaga kerja pada saat proses produksi.

  • Faktor usia mesin merupakan salah satu penentu dari produk yang dihasilkan.
  • Semakin tua mesin yang digunakan semakin banyak produk yang dihasilkan kurang dari kualitas standar.
  • Selain faktor usia mesin terdapat ketepatan dan kecepatan dalam seting mesin yang sangat berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan.

3. Waktu

Faktor waktu dalam menentukan baik tidaknya produk yang dihasilkan sangat berpengaruh.

  • Bila waktu pengerjaannya lama atau panjang bisa dipastikan kualitasnya akan semakin bagus.
  • Bila waktunya sedikit atau mendesak maka proses produksi kurang teliti sehingga cacat yang dihasilkan kemungkinan banyak.

Demikian pembahasan singkat mengenai standar mutu jahitan garmen lengkap dengan pengendalian mutu yang dapat dilakukan. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai standar mutu yang diharapkan, maka harus dilakukan pengendalian mutu (quality control).

Quality control dalam proses produksi pakaian sendiri bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel, untuk menjamin agar pelanggan merasa puas dan investasi bisa kembali sehingga perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka panjang.

Semoga bermanfaat.