Berikut yang bukan termasuk wawancara didominasi oleh pertukaran perasaan adalah

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 16 are not shown in this preview.

Berikut yang bukan termasuk wawancara didominasi oleh pertukaran perasaan adalah
Ilustrasi wawancara. ©2012 Shutterstock/Andrey_Popov

TRENDING | 18 Januari 2021 11:12 Reporter : Billy Adytya

Merdeka.com - Jenis-jenis wawancara terbagi menjadi beberapa macam sesuai dengan bidangnya. Mulai dari wawancara dalam dunia kerja hingga wawancara dalam bidang jurnalistik.

Perlu diketahui bahwa wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antar-dua belah pihak atau lebih guna mendapatkan informasi, data, pendapat hingga keterangan.

Seseorang yang memberikan pertanyaan akan disebut dengan pewawancara atau interviewer dalam istilah bahasa Inggris, sementara yang memberikan jawaban atau keterangan disebut dengan narasumber.

Dalam dunia jurnalistik, wawancara ini merupakan tahapan vital yang tak boleh dilewatkan karena sangat bermanfaat agar mendapatkan sumber data jurnalistik yang valid pula.

Tak hanya dalam dunia jurnalistik saja, kini wawancara juga wajib diterapkan dalam dunia pekerjaan, contohnya ketika Anda melamar bekerja maka akan melewati tahapan interview atau wawancara.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah jenis-jenis wawancara dalam berbagai bidang untuk Anda.

2 dari 4 halaman

Wawancara Bebas

Wawancara bebas ini membuat sang pewawancara dapat menanyakan apa saja kepada narasumber atau pun responden yang ada. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa pertanyaan tersebut harus memiliki hubungan dengan data-data yang diinginkan. Apabila tidak hati-hati, ini akan mengarah pada pertanyaan yang mungkin tidak terkendali.

Wawancara Terpimpin

Selanjutnya adalah wawancara terpimpim ini, interviewer memang sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap juga terinci.

Wawancara Bebas Terpimpin

Berikutnya adalah jenis wawancara bebas terpimpin. Dalam jenis wawancara ini interviewer akan mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara termpimpin. Dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa saja yang akan ditanyakan secara garis besar pada nantinya kepada narasumber atau pun responden terkait.

3 dari 4 halaman

1. Wawancara Standar

Yang merupakan wawancara tradisional atau pun standar. Jenis wawancara ini kerap kali ditemukan dan digunakan dalam wawancara kerja. Saat menjalani wawancara tersebut, narasumber akan diwawancarai oleh seorang interviewer atau pewawancara.

Orang yang menjadi pewawancara bisa seorang staf personalia, utusan departemen atau pun manajer dari sebuah departemen itu sendiri.

2. Wawancara Perilaku

Selanjutnya adalah wawancara perilaku atau behaviour iterview yang memiliki fokus pada perilaku masa lalu narasumber untuk memprediksi perilaku masa depan. Sejumlah perusahaan akan menyukai jenis wawancara satu ini.

Karena dengan wawancara perilaku, mereka beranggapan bahwa perilaku dari seseorang akan memengaruhi kinerjanya pula.

3. Wawancara Situasional

Berbeda dengan wawancara perilaku, wawancara situasional memiliki fokus pada kinerja masa depan narasumber. Umumnya pewawancara kerja akan memberikan narasumber sebuah masalah dan bertanya bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

4. Wawancara Kasus

Wawancara kasus biasanya akan digunakan oleh perusahaan konsultan. Wawancara ini memiliki fokus pada bagaimana cara Anda menyelesaikan sebuah atau beberapa isu bisnis yang spesifik. Pertanyaan yang diajukan dapat seputar pertanyaan kuantitatif guna mengetahui bagaimana Anda menangani kasus yang sudah diberikan.

5. Wawancara Via Telepon

Wawancara ini biasa dilakukan oleh perusahaan asing yang lokasinya tak berada di negara atau daerah di kandidat.

6. Wawancara Presentasi

Wawancara presentasi ini mengharuskan seseorang pelamar pekerjaan akan diberi sebuah isu bisnis dan diminta untuk mempresentasikan solusi ke satu atau lebih karyawan perusahaan. Pelamar akan diberikan waktu sebanyak 30 menit dan alokasinya adalah 15 menit untuk persiapa dan 15 menit untuk presentasi.

7. Wawancara Panel

Umumnya, wawancara panel ini Anda akan diwawancara oleh sebanyak 5 orang interviewer. Mereka akan menanyakan beragam jenis pertanyaan.

4 dari 4 halaman

1. Wawancara dengan Janji Terlebih Dahulu

Wawancara dengan janji terlebih dahulu sering kali disebut dengan intervie by appointment. Dalam jenis wawancara ini persiapan merupakan hal terpenting. Misalnya mencari tahu latar belakang narasumber. Tak hanya itu, pokok-pokok yang akan diwawancarai juga harus dipahami dengan amat matang.

2. Wawancara Langsung

Selanjutnya adalah wawancara yang disiarkan secara langsung. Bagian terpenting dari jenis wawancara ini adalah dapat direkam untuk digunakan kelak sebagai ilustrasi audio yang aktual.

Wawancara langsung lebih menghidupkan sajian sebuah berita atau informasi lantaran pendengar atau pemirsa dapat menerima informasi secara langsung dari pihak narasumber. Wawancara langsung ini juga dapat menambah sisi dan aspek human interest.

3. Wawancara di Tempat Kejadian

Wawancara di tempat kejadian kerap kali disebut dengan on the spot interview. Cara wawancara ini biasanya dilakukan ketika sedang ada peristiwa kecelakaan besar atau pun terjadi bencana alam.

4. Jumpa Pers

Selanjutnya adalah jumpa pers atau biasa disebut dengan news coman. Wawancara jenis ini biasanya memiliki sifat rombongan. Dalam artian ada banyak wartawan yang akan mewawancarai satu narasumber atau lebih dengan durasi yang bersamaan.

5. Wawancara Via Telepon

Jenis wawancara ini bukanlah yang utama. Wawancara via telepon digunakan pada waktu yang sangat darurat saja.

(mdk/bil)

Pendahuluan

Mengapa komunikasi bisnis sangat penting dalam proses perekrutan tenaga kerja? Seringkali, ketidak berhasilan dalam wawancara kerja bukanlah akibat dari kualifikasi yang buruk dari sang pelamar, namun akibat komunikasi bisnis yang belum sesuai dengan harapan/kriteria dari perusahaan tersebut.

Bisnis atau produk sebagus apapun tidak akan dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat apabila tidak diiringi dengan komunikasi bisnis yang baik. Dengan komunikasi bisnis yang baik, produk dapat dikemas sedemikian rupa, dan dipromosikan dengan cara yang menarik bagi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui keberadaan produk tersebut dan tertarik untuk membelinya.

Dalam menjalankan setiap kegiatan bisnis, para pelaku yang ada di dalamnya tentunya akan senantiasa berhadapan dengan pelaku lainnya. Salah satu bentuk dari interaksi tersebut adalah dalam bentuk wawancara. Sejak saat pertama seseorang akan memasuki dunia kerja, sampai saat pensiun, ia akan terlibat dalam berbagai wawancara bisnis. Misalnya, pada saat melamar pekerjaan, wawancara biasanya merupakan salah satu langkah dalam proses seleksi Pada kegiatan pemasaran, bagian riset akan mencari informasi mengenai pelanggan dan kepuasannya, pada saat seseorang akan mengundurkan diri dari pekerjaan biasanya juga akan menghadapi wawancara, dan berbagai wawancara di bidang lainnya untuk membantu memecahkan masalah dalam bisnis. Dengan demikian wawancara merupakan bagian yang penting dalam komunikasi bisnis

Wawancara

Wawancara menurut Dwyer (2003:474), merupakan alat untuk mengumpulkan informasi atau pertukaran informasi. Wawancara, merupakan percakapan yang terencana dengan tujuan tertentu, yang melibatkan dua orang. Bahkan, menurut bovee dan Thill (1983:415), setiap dua orang bertemu untuk mendiskusikan suatu masalah, berarti mereka terlibat dalam suatu wawancara. Suatu wawancara melibatkan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai (interviewee). Agar wawancara dapat berhasil baik, infornasi harus mengalir dengan baik diantara mereka. Oleh karena

itu ketrampilan dan pemahaman mengenai proses wawancara menjadi penting bagi keduanya.

Wawancara, berbeda dengan percakapan biasa. Karakteristik yang membedakannya adalah sebagai berikut:

  1. Lebih mempunyai tujuan dari percakapan biasa (more purposeful). Karena tujuan ini telah ditetapkan lebih dahulu, maka wawancara cenderung lebih formal
  2. Wawancara adalah percakapan yang lebih terstruktur (more structured). Pembicaraan biasa seringkali tidak mempunyai struktur, tetapi wawancara mempunyai tahap-tahap yang tersusun
  3. Wawancara lebih ditekankan untuk mendapatkan informasi (more information oriented). Apapun tujuan spesifiknya, dalam wawancara tersebut biasanya terjadi pertukaran informasi. Pelaksanaan wawancara terutama melibatkan bentuk komunikasi verbal secara lisan, baik mendengar maupun berbicara, serta komunikasi nonverbal.

Jenis-jenis Wawancara Dalam Bisnis 

Wawancara yang ditemukan dalam bisnis dapat dikelompokkan menjadi wawancara yang didominasi oleh pertukaran informasi, dan wawancara yang didominasi oleh pertukaran perasaan.

  1. Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Informasi

Semua jenis wawancara sebenarnya tidak hanya melibatkan pertukanan informasi tetapi juga melibatkan emosi. Contoh-contoh wawancara yang akan dijelaskan berikut ini adalah wawancara yang lebih didominasi oleh pertukaran informasi.

  • Wawancara pekerjaan (job interview)

Dalam wawancara pekerjaan, pelamar ingin mempelajari mengenai posisi yang ditawarkan perusahaan dan mengenai perusahaannya. Di sisi lain pewawancara ingin mempelajari mengenai kemampuan dan pengalaman pelamar. Kedua belah pihak di sini berkeinginan untuk memberikan kesan yang baik.

  • Wawancara informasi (information interview)

Dalam wawancara informasi, pewawancara berusaha mencari fakta atau data untuk pengambilan keputusan atau untuk memahami suatu masalah. Informasinya kebanyakan mengalir satu arah, dimana pewawancara memberikan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak lain. Dalam hal ini keterampilan mendengan menjadi sangat dominan. Contoh wawancara ini misalnya: reporter yang mencari berita, konsultan yang berusaha mengenali sikap karyawan perusahaan yang menjadi kliennya, dan sebagainya.

  • Wawancara yang bersifat membujuk (persuasive interview)

Pewawancara dalam wawancara yang bersifat membujuk akan menjelaskan kepada pihak lainnya mengenai ide, produk, atau, jasa, dan menjelaskan mengapa pihak lainnya tersebut perlu melakukan apa yang direkomendasikannya. Wawancara seperti ini seringkali terjadi dalam penjualan. Misalnya pewawancara mendiskusikan dengan calon pembeli mengenai keb utuhan pembeli, dan menjelaskan bagaimana produknya dapat memenuhi kebutuhan pembeli tersebut.

  • Wawancara bagi karyawan yang mengundurkan diri (exit interview)

Pada wawancara yang dilakukan kepada karyawan yang akan mengundurkan diri dari perusahaan, pewawancara mencoba untuk memahami alasan mengapa karyawan tersebut akan pindah atau keluar dari pekerjannya. Orang yang akan meninggalkan perusahaan biasanya dapat memberikan pandangan yang lebih jujur mengenai kelebihan dan kelemahan perusahaan.

  1. Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Perasaan Berikut ini adalah contoh dari wawancara yang didominasi oleh pertukaran perasaan (exchange of feeling).
  • Wawancara evaluasi (evaluation interview)

Sebagai tindak lanjut atau bagian dari proses penilaian kinerja, atasan langsung dari pegawai akan memberikan umpan balik mengenai kinerjanya. Atasan dapat melakukan tanya jawab dengan pegawai tersebut mengenai pencapaiannya dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk kinerja yang lebih baik.

  • Wawancara pemberian nasihat (counseling interview)

Wawancara ini dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya, mengenai masalah-masalah pribadi yang mengganggu atau mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.

  • Wawancara untuk mengatasi konflik (conflict resolution interview)

Konflik terjadi apabila dua individu atau kelompok berselisih pandangan. Wawancarajenis ini dapat dilakukan untuk menelusuri permasalahannya, dengan tujuan untuk mendapatkan solusi atau kesepakatan diantara kedua pihak tersebut.

  • Wawancara teguran (diciplinary interview)

Wawancara teguran dilakukan apabila seorang pegawai melakukan tindakan indisipliner. Atasan langsung mewawancarai pegawai yang bersangkutan untuk mencoba mengoreksi perilaku perilakunya yang mengabaikan aturan dan tata tertib perusahaan.

Selain contoh-contoh di atas, masih banyak wawancara di bidang bisnis lainnya yang sering dilakukan, baik yang didominasi oleh pertukaran informasi, maupun yang didominasi oleh pertukaran perasaan. Misalnya di bidang pemasaran, utamanya dalam melakukan riset pemasaran dan dalam melayani pelanggan.

Struktur Wawancara

Meskipun terdapat berbagai macam wawancara dengan tujuan yang berbeda-beda, setiap wawancara pada dasarnya mempunyai struktur yang sama. Kesadaran pewawancara untuk mengikuti struktur tersebut akan menciptakan suatu wawancara yang efektif. Proses wawancara biasanya dibagi ke dalam enam fase dan akan diuraikan di bawah ini. Penerapan fase yang diambil sebagai contohnya adalah untuk wawancara pekerjaan.

perencanaan sebenarnya tidak termasuk bagian dari wawancara, karena dilakukan sebelum wawancara dilaksanakan. Walaupun demikian penting untuk dimasukkan, karena perencanaan dapat menjamin keberhasilan wawancara. Di bawah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan saat merencanakan wawancara:

Mempelajari hal-hal mengenai pelamar dan subyek atau pekerjaan yang ditawarkan. Menetapkan spesifikasi pepekerjaan yang akan ditawarkan dan berdasarkan hal tersebut Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang penting Mengidentifikasikan jawaban-jawaban yang diinginkan. Memilih tempat yang tepat dan memberitahukannya kepada pelamar

Bagi sebagian orang, wawancara merupakan suatu peristiwa yang bisa menciptakan ketegangan. Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan jalannya pertukaran informasi, di awal wawancara, pewawancara harus menciptakan hubungan dengan pelamar. Jabatan tangan, senyum yang hangat, dan suara yang ramah, merupakan salah satu cara dalam menyambut pelamar. Sikap seperti ini sama dengan yang dilakukan saat menerima tamu yang sedang mengunjungi kantor atau rumah. Karena ada kemungkinan pewawancara merasa gugup, atau mungkin asing dengan keadaan sekitarnya, maka sebaiknya percakapan dimulai dengan yang ringan-ringan dahulu. Misalnya, mengajak bicara mengenai cuaca, kejadian sehari-hari, atau mungkin topik yang berhubungan dengan minat pelamar (olah raga, politik, dan lain-lain). hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan komunikasi dan memenunjukkankan bahwa pewawancara menghargai minat pelamar. Dengan sambutan hangat pelamar akan merasa percaya diri sehingga informasi yang diharapkan dapat mengalir lancar.

Seorang pewawancara harus menjelaskan tujuan utama wawancara tersebut. Berikan pengertian pada pelamar tentang keinginan anda, karena seringkali masalah timbul disebabkan pewawancara mengasumsikan bahwa tujuan-tujuan yang diharapkannya sudah jelas bagi pelamar. Untuk menghindari hal ini maka jelaskan tujuan-tujuan tersebut pada saat wawancara.

Setelah tahap di atas, maka dimulai pembicaraan mengenai subyek yang ingin diketahui dari pelamar. Skema yang baik harus mengikuti sebuah kronologi yang tepat yaitu dimulai dengan latar belakang pendidikan dan aktivitas pelamar, dilanjutkan dengan pengalaman pekerjaan (jika ada) dan diakhiri dengan aktivitas pekerjaan. Dalam merangkum hal-hal tersebut, pewawancara harus memeriksa kualifikasi teknis (kemampuan untuk melakukan pekerjaan) dorongan dan aspirasi (kemauan untuk melakukan pekerjaan), hubungan sosial dan keseimbangan emosi (hubungan dengan sesama teman dan diri sendiri), karakter (sifat yang dapat dipercaya), dan faktor lain yang dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan suatu pekerjaan. Faktor tersebut mungkin berhubungan dengan kekuatan fisik, sikap dari suami/istri terhadap pekerjaan, stabilitas keuangan, kemauan untuk melakukan perjalanan, kemauan pindah secara permanen. Hal yang juga penting mengenai pelamar adalah mengenai aspek-aspek keperibadian pelamar yang berhubungan dengan minat, sikap, karakter, dan temperamen. Pada saat mempelajari kualifikasi penting dan perilaku pelamar, perhatian dapat dialihkan dengan menjelaskan tentang perusahaan. Misalnya gaji, bonus, dan hal lain yang menarik perhatian, juga memberikan kesempatan kepada pelamar untuk bertanya, sehubungan dengan pekerjaan dan perusahaan.

Pada saat wawancara, terjadi pertukaran informasi antara pewawancara dengan pelamar, kemungkinan saja informasi yang didapat relevan dengan tujuan, tetapi mungkin pula sama sekali tidak relevan. Informasi yang tidak relevan akan mengakibatkan kesimpulan yang kabu atau tidak jelas. Untuk menghindari hal tersebut, pewawancara harus meringkas hasil wawancara pada saat akhir. Bila hal itu tidak dilakukan, akibatnya kedua pihak tidak menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi. Seorang pelamar tidak akan sadar bahwa wawancara telah berakhir, sampai ia melihat tanda-tanda yang ditunjukkan oleh pewawancara. Karena itu harus terdapat suatu kesepakatan tentang kesimpulan wawancara tersebut sebelum wawancara berakhir. Ringkasan ini juga harus dicatat dan disimpan sebagai suatu arsip, sehingga akan memudahkan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Tahap ini dilakukan setelah wawancara berakhir. Semua informasi yang telah didapatkan dari orang yang diwawancarai, harus dirangkum secara keseluruhan tanpa ditambah ataupun dikurangi. Dalam wawancara kerja, informasi tersebut dapat dilengkapi dengan fakta dari sumber lain yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai jalan pikiran pelamar. Indikator tersebut dapat berguna untuk bahan evaluasi. Setalah wawancara perlu dibuat laporan tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan wawancara. Pada akhir laporan tersebut diberikan kesimpulan, yang memberikan gambaran mengenai penilaian secara keselurukan.

Teknik Wawancara

Wawancara bisa dilakukan dalam berbagai, wawancara dengan cara langsung (direct interview), wawancara tidak langsung (indirect interview), atau wawancara berpola (patterned interview).

Pada wawancara langsung pewawancara mengontrol secara terus menerus jalannya wawancara. Pewawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Semua yang diwawancarai mendapatkan pertanyaan yang sama, walaupun di antara mereka terdapat perbedaan-perbedaan, misalnya kemampuan, pengalaman, umur, dan lain-lain.

Dalam wawancara tidak langsung, pewawancara memberikan rangsangan atau umpan kepada pelamar untuk berbicara. Dengan demikian pewawancara memberikan pertanyaan yang berbeda untuk orang yang berbeda. dan lain-lain.

Wawancara berpola adalah kombinasi dari wawancara langsung dan tidak langsung. Pada teknik wawancara seperti ini digunakan pula daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, tetapi pewawancara juga memberikan umpan kepada yang diwawancarai untuk mengembangkan jawaban-jawabannya. Jadi pewawancara tidak selalu menanyakan pertanyaan yang sama untuk seluruh pelamar, pewawancara akan menyesuaikan pertanyaan dengan pelamar. Ada kalanya wawancara berkembang bila orang yang diwawancarai aktif menjawab pertanyaan, tetapi jika ia pasif sangat sulit untuk mengembangkan wawancara.

Bentuk-bentuk Pertanyaan dalam Wawancara

Tanpa pertanyaan-pertanyaan yang tepat, seorang pewawaancara tidak akan memperoleh informasi yang cukup. Di bawah ini adalah beberapa tipe pertanyaaan yang dapat dipertimbangkan untuk dipilih sebelum melakukan wawancara, disertai contohnya untuk wawancara kerja.

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan pendapat atau opini dari orang yang diwawancarai. Pada pertanyaan terbuka, orang yang diwawancarai mempunyai kebebasan untuk menguraikan pendapatnya sampai seberapa jauh ia ingin menjelaskan uraiannya. Di bawah ini adalah contoh pertanyaan terbuka.

”Bisakah anda menceriterakan mengenai diri anda?”

”Mengapa anda melamar pekerjaan ini?”

”Apa pandangan anda mengenai bidang kerja yang anda tekuni?”

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban yang singkat, atau sangat singkat. Pada pertanyaan tertutup, pewawancara membatasi jawaban yang akan diberikan. Contoh dari pertanyaan tertutup adalah sebagai berikut:

”Apakah anda senang membaca buku?”

”Berapa umur anda,antara 17-25, 26-35, 36-45?” ”Anda sudah berkeluarga?”

”Apa jabatan anda sekarang?”

Pertanyaan terarah adalah pertanyaan yang mengarahkan jawabannya pada suatu arah tertentu. Jawabannya sudah sama-sama diketahui oleh pewawancara dan orang yang diwawancarai, dilakukan hanya untuk ferivikasi informasi faktual saja. Contohnya:

”Anda sudah lulus D3, bukan?”

”Anda bersedia ditempatkan di mana saja?”

Dalam pertanyaan netral, pewawancara tidak berusaha untuk mengarahkan respon orang yang diwawancarai. Pertanyaan diungkapkan sedemikian rupa sehingga tidak memperlihatkan indikasi jawaban yang diinginkan pelamar. Misalnya:

”Bagaimana pendapat anda mengenai pekerjaan yang membutuhkan banyak perjalanan?” ”Mengapa anda meninggalkan perusahaan?”

Pertanyaan reflektif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan refleksi jawaban orang yang diwawancarai, dengan maksud untuk mengembangkan jawaban. Contohnya:

Interviewee : ”Sebenarnya saya menyukai pekerjaan saya yang lalu, menarik, dan kompensasinya juga bagus. Tetapi saya mendapatkan masalah dengan supervisor”. Interviewer   : ”Masalah dengan supervisor?”

Interviewee  : ”Selama ini saya telah berusaha bekerja dengan baik, tetapi beberapa teman seringkali menimbulkan cekcok”. Interviewer: ”Cekcok?”

Pertanyaan hipotetis adalah pertanyaan untuk mengetahui kecepatan reaksi dan daya pikir orang yang diwawancarai dalam kaitannya dengan suatu masalah. Contohnya:

”Jika bawahan anda nanti ternyata lebih terampil daripada anda dalam beberapa hal, apa yang akan anda lakukan?” Dalam pelaksanaan wawancara, pewawancara harus terampil mengombinasikan bentuk pertanyaan yang akan diajukan.

Wawancara Pekerjaan

Wawancara pekerjaan adalah salah satu wawancara bisnis yang biasa dihadapi oleh semua orang pada saat akan mulai bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.

  1. Pentingnya Wawancara Pekerjaan

Wawancara merupakan salah satu cara yang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menjaring pelamar yang ada. Jumlah pelamar pada umunnya jauh lebih banyak daripada posisi atau lowongan yang tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan alat penyaring atau alat seleksi yang dapat menemukan orang-orang yang paling cocok untuk menempati posisi tersebut. Bagi pelamar, keberhasilan dalam menghadapi wawancara sangat menentukan masa depan karirnya. Selain berlatih menulis resume dan surat lamaran kerja, menyiapkan diri untuk diri untuk wawancara juga termasuk bagian dari usaha untuk mendapatkan pekerjaan. Pelamar harus benar-benar mempersiapkan diri agar bias memberikan kesan yang baik, dan meyakinkan pewawancara (interviewer) akan kemampuan pelamar.

Berbagai aspek, khususnya aspek kepribadian, baik secara verbal maupun nonverbal, sejak memasuki ruang wawancara akan diperhatikan oleh pewawancara. Aspek-aspek kepribadian (personality aspects) yang akan dinilai mencakup:

  • Penampilan secara fisik
  • Gerak-gerik dan sopan santun
  • Rasa percaya diri
  • Inisiatif
  • Kebijaksanaan
  • Tanggap dan keja sama
  • Ekspresi wajah
  • Kemampuan berkomunikasi
  • Sikap terhadap pekerjaan
  • Selera humor

Penilaian terhadap aspek-aspek di atas akan membantu pewawancara untuk memprediksi keberhasilan pelamar menduduki posisi tertentu di dalam perusahaan. Jika peiamar lemah dalam suatu aspek penting yang sangat dituntut pada jabatan yang diinginkan, atau yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam mendudukr jabatan tersebut, tentunya pelamar tidak akan diterima.

Jenis-jenis Wawancara Pekerjaan

Mengingat banyaknya pelamar atau ketatnya proses seleksi, seorang pelamar mungkin saja diwawancarai lebih dari satu kali. Berdasarkan frekuensi atau tahapan proses seleksi, wawancara dapat terdiri dari wawancara tahap awal, dan wawancara seleksi. baik.

  1. Wawancara Pendahuluan (preliminary interview)

Pada tahap ini wawancara dilakukan berdasarkan surat lamaran atau ikhtisar resume yang telah dibuat oleh pelamar. Hal ituuntuk memastikan bahwa pelamar telah menyelesaikan proses administrasi atau telah memberikan semua informasi penting berkaitan dengan jabatan yang diinginkan. Pada tahap ini juga dinilai kesesuaian antara kualifikasi dengan jenis jabatan yang akan diisi. Dalam proses wawancara, berikanlah informasi yang padat dan akurat dengan jelas dan tidak berbelit-belit. Jawablah semua pertanyaan yang diminta dengan baik, dan janganlah memberikan informasi yang tidak ditanyakan atau yang tidak relevan dengan pertanyaan pewawancara. baik.

  1. Wawancara Seleksi (Selection Interview)

Sebagai kelanjutan dari wawancara pendahuluan, biasanya dilakukan wawancara seleksi (selection interview) yang pada umumnya memerlukan waktu yang lebih lama daripada wawancara pendahuluan. Dalam wawancara seleksi, pelamar mungkin akan diwawancarai oleh lebih dari satu orang pewawancara. Pada tahap ini, pelamar akan ditanyai mengenai latar belakangnya, mencakup kualifikasi, pengalaman kerja, pelatihan, dan semangat kerja secara umum, untuk mengetahui apakah pelamar memiliki kualifikasi yang sesuai dengan tuntutan jabatan yang dikehendakinya. Setelah itu, bentuk pertanyaan akan lebih terbuka, di mana pelamar diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan latar belakang dirinya.

Selain berdasarkan frekuensi atau tahapannya, Dwyer (2003:476) membagi jenis wawancara berdasarkan jumlah pewawancaranya menjadi wawancara tunggal, wawancara berangkai, dan wawancara panel.

  • Wawancara Tunggal (the single interview)

Wawancara tunggal dilakukan oleh satu orang pewawancara untuk mewawancara semua pelamar. Tipe wawancara seperti ini dapat dipengaruhioleh bias pewawancara, karena ia satu-satunya orang yang terlibat dalam menilai kemampuan calon pegawai.

  • Wawancara Berangkai (the series interview)

Wawancara berangkai dilakukan beberapa pewawancara secara bergiliran. Masing-masing pewawancara mewawancarai masing-masing pelamar untuk bidang keahlian tertentu. Setelah rangkaian wawancara selesai, para pewawancara mendiskusikan hasilnya untuk membuat pilihan secara berkelompok. Proses wawancara berangkai ini tidak jauh berbeda dengan wawancara panel.

  • Wawancara Panel (the panel interview)

Wawancara panel dilaksanakan oleh sekelompok pewawancara dalam waktu bersamaan. Masing-masing pewawancara mengajukan pertanyaan tertentu sesuai dengan pengalaman dan bidang keahlian yang dimilikinya. Beragamnya pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh para pewawancara membuat pertanyaan lebih beragam dan dapat membentu meminimalkan bias pribadi. Pewawancara panel selanjutnya menilai pelamar secara bersama-sama. Anggota dari wawancara panel harus memahami bagaimana melakukan atau berpartisipasi dalam wawancara. Mereka harus berusaha mencegah adanya bias yang dapat mempengaruhi keputusan mereka. Pelamar perlu mengetahui adanya jenis-jenis wawancara di atas, sebagai pengetahuan dalam mempersiapkan diri menghadapi wawancara.

Persiapan Wawancara

Mengingat pentingnya wawancara dalam memasuki dunia kerja, sudah selayaknya pelamar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Berikut ini merupakan berbagai hal yang perlu diperhatikan saat akan menghadapi wawancara kerja:

  • Datang tepat pada waktunya
  • Bersikap yakin
  • Siapkan sertifikat diploma, surat-surat penghargaan, atau berkas penting lainnya
  • Berpakaian yang rapi dan sopan
  • Bersikap tenang
  • Ketuk pintu sebelum memasuki ruang wawancara, kecuali jika ada yang mengantar
  • Tersenyumlah, tetapi jangan tersenyum terus
  • Tunggu sampai dipersilakan duduk, atau jika tidak dipersilahkan, mintalah izin untuk duduk
  • Ingat nama pewawancara dengan benar
  • Tataplah pewawancara saat berbicara
  • Tunjukkan kemampuan diri tetapi jangan berlebihan
  • Perhatikan pertanyaan pewawancara dengan baik
  • Bicaralah dengan jelas
  • Atur nada suara
  • Tunjukkan minat dan kesungguhan
  • Bersikaplah jujur

Berikut ini adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan saat melakukan wawancara kerja:

  • Jangan datang terlambat
  • Jangan kelihatan kesal karena sudah menunggu lama
  • Jangan datang untuk wawancara tanpa persiapan
  • Jangan berpenampilan berlebihan
  • Jangan membawa tas belanja atau yang sejenisnya
  • Jangan membawa teman atau keluarga saat wawancara
  • Jangan duduk sebelum dipersilakan
  • Jangan meletakkan tas di atas meja wawancara
  • Jangan membungkuk atau menundukkan kepala
  • Jangan bertopang dagu
  • Jangan melipat tangan di muka dada
  • Jangan merokok atau mengulum perrnen
  • Jangan membuka percakapan
  • Jangan memotong pewawancara di tengah kalimat
  • Jangan melebih-lebihkan diri
  • Jangan mengatakan kepada perusahaan hal-hal yang seharusnya dilakukan mereka kepada anda
  • Jangan membual
  • Jangan mengkritik diri sendiri
  • Jangan mengkritik atau menjelek-jelekkan calon atasan atau mantan atasan anda
  • Jangan memberikan informasi yang tidak relevan
  • Jangan memberikan kesan sangat membutuhkan pekerjaan
  • Jangan berlama-lama dengan apa yang ditawarkan perusahaan
  • Jangan mengajukan pertanyaan yang tidak berbobot
  • Jangan emosional
  • Jangan membuka rahasia perusahaan tempat kerja sebelumnya, atau tempat kerja sekarang
  • Jangan memberikan kesan tidak sabar.

Daftar Pustaka

Bovee, C.L. & Thill, J.V. (2007). Komunikasi Bisnis. Jilid 1& 2. Edisi Kedelapan. Indeks:Jakarta. Guffey, M.E., Rhodes & K., Rogin, P. (2006). Komunikasi Bisnis: Proses dan Produk. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Purwanto,D. (2006). Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Sutrisna, Dewi. (2007), komunikasi Bisnis, edisi 1, Jakarta : CV Andi Ofset.

Walgito, Bimo,( 2004), Bimbingan dan konseling (Studi dan Karir) Yogyakarta : CV. Andi Offset.