Berikut ini yang merupakan prinsip Kerja Sistem pengisian Sepeda motor yang tepat adalah

Cara Kerja Sistem Pengisian a.    Kunci Kontak ON, Mesin Mati.

Bila  kunci  kontak  dihidupkan  (ON),  maka  arus  field  dari  baterai  akan mengalir  ke  rotor  dan  membangkitkan  rotor  coil.  Pada  saat  itu  juga  arus  dari baterai akan mengalir ke lampu indikator dan lampu menyala. Secara keseluruhan mengalirnya arus listrik sebagai berikut:

Gambar 21. Cara Kerja Intern Pengisian Pada Posisi Mesin Mati

1)     Arus yang ke field coil. Terminal (+) baterai → fusible link → kunci kontak → (IG switch) → fuse terminal IG regulator → point PL 1  → point PL o  → terminal F regulator → terminal F alternator → brush → slip ring → rotor coil → slip ring → brush → terminal E alternator → massa body.

Akibatnya rotor terbangkitkan dan timbul kemagnetan yang selanjutnya arus tersebut disebut arus medan (field current).

2)    Arus ke lampu indicator Terminal (+) baterai → fusible link → kunci kontak IG (IG switch) → fuse → lampu CHG → terminal L regulator → titik kontak Po→ titik kontak P1 → terminal E regulator → massa body.

Akibatnya lampu indicator (lampu CHG) menyala.

b.    Mesin Dari Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang. Sesudah  mesin  hidup  dan  rotor  pada  alternator  berputar,  tegangan  / voltage dibangkitkan  dalam stator  coil,  dan  tegangan  netral  dipergunakan  untuk voltage relay, karena itu lampu charge jadi mati. Pada waktu yang sama tegangan yang  di  keluarkan  beraksi  pada  voltage  regulator.  Arus  medan  (field  current) yang  ke  rotor  dikontrol  dan  disesuaikan  dengan  tegangan  yang  dikeluarkan terminal  B  yang  beraksi  pada  Voltage  regulator.  Demikianlah  salah  satu  arus medan  akan  lewat  menembus  atau  tidak  menembus  resistor  R,  tergantung  pada keadaan titik kontak PO. Bila  gerakan  PO   dari  voltage  relay,  membuat  hubungan  dengan  titik kontak  P2,  maka  pada  sirkuit  sesudah  dan  sebelum  lampu  pengisian  (charge) tegangannya  sama  sehingga  arus  tidak  akan  mengalir  ke  lampu  dan  akhirnya lampu  mati.  Untuk  jelasnya  aliran  arus  pada  masing-masing  peristiwa  sebagai berikut: a)    Tegangan netral

Terminal  N  alternator  →  terminal  N  regulator  →  magnet  coil  dari voltage relay →  terminal E regulator → massa body. Akibatnya pada magnet coil dari voltage relay akan terjadi kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po dan P1  dan selanjutnya Po akan bersatu dengan P2 dengan demikian lampu pengisian (charge) jadi mati.

Gambar 22. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Rendah
b)    Tegangan yang keluar (output voltage)

Terminal B alternator → terminal B regulator → titik kontak P2  → titik kontak Po  →  magnet coil dari voltage regulator → terminal E regulator → massa body. Akibatnya  pada  coil  voltage  regulator  timbul  kemagnetan  yang  dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo  akan tertarik pada PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang (seperti pada gambar rangkaian). c)     Arus yang ke field (field current)

Terminal B alternator → IG switch → fuse → terminal IG regulator → point  PL1   →  point  PL2   →  resistor  R  →  terminal  F  regulator  →  terminal  F alternator → rotor coil → terminal E alternator → massa body.

Dalam hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk ke rotor coil biasanya melalui dua saluran. 1.   Bila kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo  dari PL1 maka arus yang mengalir ke rotor coil akan melalui resistor R. Akibatnya arus akan kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berkurang). 2.   Sedangkan jika pada saat voltage regulator  lemah dan PLo  tidak tertarik pada PL1   maka  arus  yang  ke  rotor  coil    akan  tetap  melalui  poin  PL1   ke  PLo. Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil  akan normal kembali. d)     Output current Terminal B alternator → baterai dan beban → massa body c.    Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi Bila  putaran  mesin  bertambah,  voltage  yang  dihasilkan  oleh  kumparan stator menjadi naik, dan gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator menjadi lebih kuat. Dengan  gaya  tarik  yang  lebih  kuat,  field  current  yang  ke  rotor  akan mengalir terputus-putus (intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi arus dapat mengalir ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo  dari voltage regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2. Bila  gerakan  titik  kontak  PLo  pada  regulator  berhubungan  dengan  titik kontak  PL2,  field  coil  akan  dibatasi.  Bagaimana  pun  juga,  point  Po  dari  voltage relay tidak akan terpisah dari point P2,  sebab tegangan neutral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya adalah sebagai berikut: 1)    Voltage Neutral (tegangan netral) Terminal  N  alternator  →  terminal  N  regulator  →  magnet  coil  dari voltage relay → terminal E regulator → massa body. Arus ini sering disebut juga neutral voltage 2)    bOutput voltage

Terminal B alternator → terminal B regulator → point P2   → point Po  → magnet coil dari N regulator → terminal E regulator. Ini yang disebut dengan output voltage.

Gambar 23. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi

3)    Tidak ada arus ke Field Current Terminal B alternator → IG (switch) → fuse → terminal IG regulator → resistor R → terminal F regulator → terminal F alternator → rotor coil → point PLo → ground (no. F.C) → terminal E alternator → massa (F current). Bila  arus  resistor  R  →  mengalir  terminal  F  regulator  →  rotor  coil  → massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, tetapi jika PLo menempel PL 2  → maka arus mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada. 4)    Output Current

Terminal B alternator baterai / load masa.

Type IC Regulator a.   Konstruksi

Konstruksi pada alternator type IC Regulator hampir sama dengan yang ada  pada  type  konvensional,  yang  membedakan  keduanya  adalah  hanya  pada penggunaan IC Regulatornya .

Gambar 24. Gambar Alternator Type IC Regulator
Disini akan ditambahkan beberapa komponen yang ada pada Alternator dengan   type   IC   Regulator   dimana   di   dalam   type   konvensional   tidak   ada. Komponen tersebut adalah:

IC Regulator IC  Regulator  mempunyai  fungsi  membatasi tegangan  yang  dikeluarkan alternator  dengan  mengatur  arus  field  yang  mengalir  pada  rotor  coil.  Perbedaan antara  keduanya  adalah  pemutusan  arus,  sedangkan  pada  regulator  type  poin pemutusan arus oleh relay. IC (Integrited Circuit) adalah sirkuit yang dikecilkan yang  terdiri  dari  bagian-bagian  listrik  dan  elektronik  kecil  (transistor,  dioda,

resistor, kapasitor, dan lain-lain).

Gambar 25. Terminal IC Regulator

Gambar 26. Skema Dasar IC Regulator

Lihat  gambar  26  di  atas,  dalam  sirkuit  diagram  IC  regulator  pada  saat tegangan  output  terminal  B  rendah  tegangan  baterai  mengalir  ke  Tr1   melalui resistor R1  dan Tr1  ON pada saat itu arus field ke rotor coil  mengalir dari B → rotor coil → F → Tr1 → E. Putaran rendah : B → R1 → B Tr1 → E Tr1 → massa. Mengakibatkan Tr1 ON. Stator → Rotor Coil → F → C Tr1 → Massa. Putaran   tinggi   :   B→   R1   →   DZ   →   B   Tr2   →   E   Tr2    →   Massa. Mengakibatkan  Tr2  ON.  Stator  Coil  →  B  →  R1  →  C  Tr2  →  E  Tr2  →  Massa. Mengakibatkan Tr1 OFF. Pada  saat  tegangan  output pada terminal  B  tinggi,  tegangan yang lebih tinggi   itu   dialirkan   ke   dioda   zener   (ZD)   dan   bila   tegangan   (ZD)   menjadi penghantar akibatnya Tr2 ON dan Tr1  OFF.

Alternator pada gambar tersebut adalah compact alternator dengan netral point   dioda.   Pada   alternator,   IC   regulator   yang   mengatur   arus   perangsang (exceting current). IC berfungsi sebagai detektor rotor coil open circuit dan untuk lampu peringatan pengisian.

Gambar 27. Cara Kerja IC Regulator 2.    Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator 1. Kunci kontak ON, mesin mati

Bila  kunci kontak  ON,  maka tegangan  baterai  mengalir  ke  terminal  IC Regulator.  Tegangan  akan  dideteksi  oleh  MIC  dan  Tr1   ON,  arus  perangsang mengalir ke rotor coil melalui baterai dan terminal B. Lihat gambar dibawah ini:

Gambar 28. Skema Arus Pada Posisi Kunci Kontak ON Mesin Mati
Untuk mengurangi pengeluaran arus baterai pada saat kunci kontak ON seperti ini, MIC mempertahankan arus perangsang pada harga yang kecil (0,2 A) dengan  ON  –  OFF  pada  Tr1   dengan  cara  terputus-putus.  Tegangan  terminal  P adalah  0  dan  ini  dideteksi  oleh  MIC  dan  mengakibatkan  Tr2   OFF,  Tr3   ON sehingga lampu peringatan pengisian menyala.

2. Pembangkitan arus oleh alternator (tegangan dibawah standar)

Gambar 29. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator

Bila  alternator  mulai  membangkitkan  arus,  maka  tegangan  terminal  P naik  MIC  merubah  Tr1    dan  ON  –  OFF  putus-putus  menjadi  terus  ON  ini menyebabkan baterai mengalirkan arus perangsang yang cukup ke rotor coil.
Pada saat tegangan terminal P naik, MIC membuat Tr3  OFF dan Tr2  ON dan  lampu  peringatan  pengisian  mati.  Jalannya  rotor  coil  berputar →  stator  coil menghasilkan arus → B alternator mengisi baterai. Arus N alternator → N relay →  kumparan  positif,  maka  lampu  mati  karena  tidak  dapat  massa.  Kontak  poin semula  F  →  IG  berpindah  F  →  B.  Dioda  zener  tidak  menjadi  penghantar  bila output alternator dibawah tegangan regulator. Demikian arus yang mengalir ke Tr1 terputus oleh zener dioda.

3. Pembangkitan arus oleh alternator (mencapai tegangan standar) Pengisian  tetap  tidak  menyala  bila  Tr1   ON  dan  tegangan  terminal  S mencapai  harga  standar,  kondisi  seperti  ini  dideteksi  oleh  MIC  dan  Tr1  OFF. Apabila  tegangan  terminal  S  turun  di  bawah  standar  maka  MIC  mendeteksi penurunan ini dan Tr1  ON lagi.

Pengulangan   proses   ini   terminal   S   akan   terus   pada   harga   standar tegangan terminal P tinggi MIC mempetahankan Tr3.

Gambar 30. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator

4. Terbuka pada sirkuit regulator sensor (Terminal S)
Bila sirkuit regulator sensor terbuka pada saat alternator berputar (tidak ada input dari   terminal   S)   yang   dideteksi   oleh   MIC   Tr1     ON   dan OFF   untuk mempertahankan  tegangan  terminal  B  antara  13,3  V  dan  16,3  V.  Bila  MIC mendeteksi (tidak ada input dari terminal S) Tr2  OFF dan Tr3  ON menyebabkan lampu peringatan menyala.

Gambar 31. Terbukanya Sirkuit Regulator Sensor 5. Terbuka pada terminal B alternator Pengisian    baterai    yang    tidak    dapat    berlangsung    sehingga    MIC mempertahankan  tegangan  terminal  B  20  V  dengan  basis  tegangan  terminal  P membuat  Tr1  ON  dan  Tr2   OFF.  Bila  pengisian  baterai  tidak  terus  berlangsung maka tegangan baterai tentu akan menurun, Tegangan baterai turun dibawah 13V, ini dideteksi oleh MIC selanjutnya Tr2  OFF dan Tr3  ON dan menyebabkan lampu

peringatan menyala.

Gambar 32. Terbuka Pada Sirkuit B Altenator 6. Terbukanya sirkuit rotor coil

Bila    rotor    coil    terbuka    pengisian    baterai    berhenti    dikarenakan pembangkitan  listrik  berhenti  dan  tegangan  output  terminal  P  menjadi  nol.  Bila kondisi  ini  tidak  ada  pembangkitan  listrik  tegangan  terminal  P  nol,  kondisi  ini dideteksi oleh MIC dan Tr2  OFF sedangkan Tr3  ON lampu peringatan menyala.

Gambar 33. Terbukanya Pada Sirkuit Rotor Coil