Berikut ini yang merupakan karakteristik dari gaya komik Amerika adalah

commit to user 33

a. Gaya Gambar Komik Amerika

Komik Amerika memiliki gaya gambar realis dan semi realis. Realis adalah bentuk seni yang penampakannya dibuat mirip dan mendekati objek asli dalam kehidupan nyata. Semi realis adalah perpaduan antara kartun dan realis. Karakter dalam komik Amerika biasanya terlihat macho secara realis. Dalam menggambar kartun manusia, gaya Amerika biasanya menggunakan lekukan- lekukan tubuh yang membuat pergerakan sendinya terlihat luwes. Ciri khas dari buku komik Amerika adalah jumlah halamannya sedikit namun dengan pewarnaan full color di seluruh halaman. Gambar 2.25 : Contoh komik gaya Amerika Sumber : www.tjc.com

b. Gaya Gambar Komik Jepang Manga

Ciri khas dari gambar manga ada pada bagian wajah yang memiliki mata besar dan cantik, dan mulut dan hidung yang kecil. Gambar manga ada yang realis dan ada juga yang kartun, tetapi tetap memiliki kesan yang sama yaitu cantik, manis, dan imut. Buku komik Jepang biasanya berukuran kecil dengan banyak halaman dan berwarna hitam putih di seluruh halaman. commit to user 34 Gambar 2.26 : Contoh komik gaya JepangManga Sumber : www.pakgamers.com

B. Tinjauan tentang Pasar Tradisional

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa dibayar dengan menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimilikidikelola oleh peritel kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Keberadaan pasar tradisional di Indonesia bermula dari masa pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan Medang, Jawa Timur, pada abad ke-10. Mpu Sindok memerintah pada sekitar tahun 929-947 Masehi dengan gelar Sri

22 • Editor Proses selanjutnya adalah editor. Editor yang bertanggung jawab jika terdapat kesalahan dalam proses sebelumnya dan meyakinkan agar kualitas komik ini menjadi lebih bagus. • Produksi Penerbitan Ketika semua proses sudah dilakukan, komik siap dicetak. Komik dicetak dengan menggunakan mesin cetak offset, karena mesin ini mampu mencetak secara masal dengan jumlah yang banyak. Ada pula komik yang diproduksi dengan format digital. • Pemasaran Komik yang sudah dicetak merupakan komik yang sudah siap dijual. Pemasaran komik bisa dilakukan di media elektronik dan media cetak, seperti situs-situs internet, televisi, media masa, banner, dan lain sebagainya. Bisa juga melalui event-event yang ada, atau mengadakan sebuah event bertemakan komik sebagai media promosi. • Pendistribusian Setelah semuanya selesai, selanjutnya adalah pendistribusian komik yang akan dijual, bertujuan untuk membantu penjulan komik supaya banyak orang yang mengetahui dan mengenal komik tersebut. Proses ini bisa dilakukan melalui agen-agen, toko buku, situs internet, dan juga event. 2.1.9. Tinjauan tentang Gaya Besar Komik Berikut tinjauan tentang gaya besar komik menurut Agung Setyo Margono dalam situs dekogaki.com:

a. Komik Gaya Eropa

Komik Eropa mempunyai ciri khas gambar yang ringkas, karakter kartun cenderung tidak realis, beberapa contohnya: Asterix, smurf, gaston lagaffe dan tintin. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 Gambar 2.16 Komik Gaya Eropa Sumber: www.dekogaki.com, 6-3-2013

b. Komik Gaya Amerika

Komik Amerika mempunyai ciri khas kompleksitas yang tinggi dimulai dari karakter komik yang realis, kartun serta pewarnaan yang cukup rumit. Beberapa contohnya: Superman, Batman, looney tunes kartun, X men. Gambar 2.17 Komik Gaya Amerika Sumber: www.dekogaki.com, 6-3-2013

c. Komik Gaya Asia

Menurut Scott McCloud dalam buku Membuat Komik 2006; 216, manga adalah bahasa Jepang dari komik. Manga banyak sekali menggunakan teknik bercerita secara visual, yang tidak pernah ditemukan di komik Amerika. Ada delapan teknik bercerita dalam manga, diantaranya adalah : • Wajah dan figur, rancangan yang sederhana, emotif yang memancing identifikasi pembaca. • Kesan tempat yang kuat, rincian latar belakang yang dipicu dengan indera pengingat, dan ketika dipertemukan dengan karekter iconik memancing efek masking. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 • Seringnya menggunakan panel yang bisu, dipadukan dengan transisi aspek-ke aspek sehinga pembaca terdorong untuk menyusun kepingan informasi gambar dari setiap adegan. • Gerak subyek yang menggunakan latar tidak jelas sehingga membuat pembaca ikut bergerak bersama karakter dalam komik. • Kematangan genre, pemahaman dalam bercerita sangat unik dan mendorong terciptanya ratusan genre seperti olahraga, roman, fiksi ilmiah, fantasi, dan horror • Rancangan karakter yang beragam, menampilkan wajah dan tubuh yang berbeda, dan sering menggunakan arketip yang kita kenal. • Rincian dalam dunia nyata, hal sekecil apapun sebuah apresiasi untuk keindahan hal yang remeh dan kaitan terhadap nilai pengalaman sehari-hari kepada pembacanya, bahkan dalam cerita fantasi atau fiksi • Efek ekspresif emosional yang beragam, semua menyediakan jendela bagi pembaca untuk melihat yang dirasakan oleh karakter. Semua teknik tersebut membuat pembaca jadi terpancing untuk berpartisipasi, sebuah rasa menjadi bagian dalam cerita. Ciri – ciri itu yang mendorong keberhasilan komik Jepang baik di negaranya sendiri maupun di Amerika Utara. Shonen adalah manga yang ditujukan untuk pembaca laki – laki. Dalam shonen sangat terasa emosi yang memuncak dari karakter protagonist, sehingga pembaca selalu mengingatnya. Partisipasi pembaca dalam manga ini lebih dalam aksi yang disebabkan subyek dan pembingkaian sudut pandang yang membingungkan. Komposisi halaman dan bahasa tubuh tidak jauh beda dengan genre aksi komik Amerika, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan sebuah ketegangan. Berkat teknik partisipasi tersebut, pembaca manga menemukan ketegangan yang tidak ditemukan komik Amerika. Meletakkan pembaca dalam cerita merupakan efek utama dam teknik manga, dan memahami efek adalah langkah pertama untuk mendapatkan kekuatan manga. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 Gambar 2.18 adegan dalam Shonen Sumber; Komik Fairy Tail, 6-3-2013 Shojo adalah komik yang dtiujukan kepada pembaca perempuan. Komik shojo memperlihatkan aksi yang terlihat montase wajah ekspresif memenuhi seluruh halaman, ketika emosi memuncak yang ditampilkan melalui efek ekspresionistis atau transformasi bentuk tubuh yang ekstrim. Pendekatan shojo untuk bertpartispasi dalam kehidupan emosional karakter. Jika dalam langkah pertama meniru komikus yang paling disukai sangat wajar dan tidak ada larangan.

2.2. Teori Desain Komunikasi Visual

Goku vs Superman

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Sumber Gambar : outsiderjapan.pbworks.com"][/caption]

“Udah baca Naruto yang baru belum?”, “One Piece yang baru udah keluar belum?”. Tanya seorang teman saya di kampus. Memang, pertanyaan seperti itu seringkali dilontarkan oleh penggemar komik di Indonesia. Komik, khususnya komik jepang, memang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat kita. Setiap bulan, puluhan seri komik jepang diterbitkan. Dan sudah tidak terhitung lagi berapa ribu judul komik yang sudah menghiasi toko-toko buku di Indonesia. Tetapi hanya sedikit dari kita yang mengikuti, atau bahkan membaca komik amerika. Karena itu pula banyak teman saya yang bertanya, apa sih bedanya komik jepang dan komik amerika?

Perbedaan antara keduanya, memang cukup banyak. Pertama, dari gaya gambar. Komik jepang menekankan pada penggambaran karakter yang simpel, dan terkadang dilebih-lebihkan. Misalnya mata besar, rambut yang unik dan sebagainya. Sedangkan komik amerika, penggambaran karakter dibuat lebih realistis, dengan garis gambar yang lebih tajam. Perbedaan selanjutnya terletak pada cara baca. Komik jepang dibaca dari kanan ke kiri, sedangkan komik amerika dari kiri ke kanan. Selain itu komik jepang kebanyakan berwarna hitam putih, tidak seperti komik amerika yang hampir semua judul dibuat full colour. Genre komik jepang juga lebih luas dari komik amerika, yang lebih dari 80% nya adalah komik superhero.

Komik jepang, biasanya diterbitkan seminggu sekali, dalam bentuk weekly comic anthology. Semacam majalah mingguan yang berisikan komik-komik gitu deh. Salah satu yang paling terkenal adalah Shonen Jump. Beberapa judul populer seperti Naruto, Bleach, One Piece, diterbitkan oleh mingguan ini. Dan setiap kali terbit, mingguan komik seperti ini hanya menampilkan satu chapter per judul. Dengan cara ini, pembaca dapat lebih cepat menikmati cerita yang mereka sukai. Nah, baru setiap dua atau tiga bulan sekali, kumpulan chapter dari sebuah judul komik disatukan, menjadi tankōbon(komik utuh seperti yang banyak beredar di Indonesia).

Sedangkan komik amerika, satu judul biasanya diterbitkan sebulan sekali. Tetapi banyak juga judul yang tidak tetap waktu penerbitannya. Selain itu, pada satu judul komik, jalan ceritanya bisa berhubungan dengan judul komik yang lain, terutama pada komik superhero. Biasanya, penerbit komik membuat semacam event besar yang melibatkan berbagai superhero di dalamnya. Misalnya yang belum lama terbit adalah event “Avengers Vs X-Men” terbitan Marvel Comics. Kita tidak akan tahu jalan cerita keseluruhan, jika kita hanya membaca Avengers Vs X-Men, tanpa diikuti dengan membaca seri-seri lain yang berhubungan dengan event tersebut. Seperti misalnya seri Wolverine, Avengers Academy, Uncanny X-men, dan lain sebagainya. Komik amerika juga menyatukan seri-seri dari satu judul komik mereka menjadi sebuah volume dengan ratusan halaman, yang biasa disebut TPB atau trade paperback.

Perbedaan lain adalah cara pembuatannya. Sebuah komik amerika dikerjakan oleh sebuah tim, dimana setiap comic artist mempunyai tugasnya masing-masing. Menulis cerita, membuat sketsa, menggambar karakter, menggambar latar belakang, pewarnaan, semuanya dilakukan oleh individu yang berbeda. Selain itu, seorang comic artist dapat menangani berbagai judul yang berbeda.

Lain halnya dengan komik jepang, dimana seorang komikus jepang menjadi penentu utama atau otak dari keberhasilan suatu komik. Seorang komikus biasanya mengerjakan berbagai macam tugas, seperti menulis cerita, membuat sketsa, dan menggambar. Mereka biasanya dibantu oleh asisten dalam pembuatan latar belakang dan pewarnaan.

Jalan cerita juga menjadi salah satu perbedaan besar antara komik jepang dengan komik amerika. Komik jepang, jalan ceritanya bisa berlangsung sangat panjang, dan saling berkelanjutan, karena satu judul hanya dibuat oleh satu pengarang. Komik amerika, pada satu judul ceritanya seringkali berbeda dengan cerita yang dibuat oleh pengarang sebelumnya, dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya. Selain itu, sebuah cerita dari suatu judul komik, bisa saja diteruskan oleh komikus lain. Dan juga suatu karakter superhero di komik amerika, dapat muncul di berbagai judul, yang kesemuanya terkadang tidak saling berhubungan. Hal inilah yang membuat komik jepang lebih konsisten dalam story telling. Selain itu, ketika seorang karakter pada komik jepang meninggal, ya udah, karakter tersebut tetap meninggal dan hanya dihidupkan kembali jika hal tersebut memang bagian dari jalan cerita. Sedangkan komik amerika, ketika seorang karakter meninggal, terkadang itu hanya bagian dari sebuah event, dan penulis lain dapat menghidupkannya lagi semau mereka. Singkatnya, komik jepang mempunyai ending yang akan mengakhiri keseluruhan cerita sebuah komik. Kebanyakan komik amerika, terutama komik-komik superhero dibuat agar selalu ada cerita baru yang tidak ada habisnya. Satu cerita habis, buat lagi cerita lain dengan tokoh yang sama. Tetapi tenang, ada juga kok komik amerika yang jalan cerita keseluruhannya mempunyai ending. Yang sudah saya baca misalnya American Vampire karya Scott Snider, Y: The Last Man karya Brian K. Vaughan, atau The Sandman karya Neil Gaiman.

Sebagai penggemar komik, saya menyukai keduanya, baik itu komik jepang ataupun amerika. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan saya tidak mempunyai patokan dalam memilih komik, asalkan ceritanya bagus, ya saya baca. Selain itu komik dari negara lain, atau komik Indonesia juga banyak yang bagus. Jadi sebagai penggemar komik, kita tidak usah membanggakan suatu komik negara satu lebih baik dari komik negara lainnya.