Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian DC yang benar adalah

Komponen Sistem Pengapian Konvensional DC Pada Sepeda Motor – sistem pengapian konvensional merupakan sistem pengapian yang masih menggunakan platina untuk memutus arus primer koilnya. Walaupun saat ini platina sudah semakin jarang digunakan dan digantikan dengan CDI. Sistem pengapian konvensional pada sepeda motor berdasarkan jenis sumber tegangannya dibedakan menjadi 2, yaitu sistem pengapian konvensional DC (Direct Current) dan sistem pengapian konvensional AC (Alternating Current). Sistem pengapian konvensional AC menggunakan alternator sebagai sumber tegangannya sehingga arusnya bolak-balik, sobat Guru Otomotif dapat membacanya pada artikel cara kerja sistem pengapian magnet pada sepeda motor. Sementara itu sistem pengapian DC menggunakan baterai sebagai sumber tegangannya, sehingga arus yang digunakan adalah searah. Di artikel ini Guru Otomotif akan membahas apa saja komponen sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor. Berikut ini komponen-komponennya:

Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian DC yang benar adalah


BateraiBaterai adalah sebuah alat elektrokimia yang dirancang untuk mensuplay energi listrik bertegangan rendah ke beberapa sistem pada sepeda motor, misalnya sistem pengapian, sistem strarter, sistem penerangan, maupun komponen listrik lainnya. Baterai pada sepeda motor memiliki kapasitas 6 volt atau 12 volt. Baterai menyimpan energi listrik dalam bentuk kimia yang akan dikeluarkan ketika diperlukan dan sesuai dengan beban yang dibutuhkan.

Kunci Kontak

Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama yang berfungsi untuk memutus dan menghubungkan rangkaian kelistrikan pada sepeda motor.

Koil Pengapian

Koil pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan yang didapat dari sumber tegangan (baik baterai atau alternator) menjadi tegangan tinggi yang dibutuhkan sistem pengapian. Di dalam koil pengapian terdapat dua kumparan atau lilitan, yaitu kumparan primer koil dan kumparan sekunder koil. Jumlah lilitan kumparan primer koil lebih sedikit dari pada kumparan sekunder koil, karenanya tegangan yang dihasilkan ketika terjadi induksi diri pun lebih besar pada kumparan sekunder.

Kontak Platina

Kontak platina berfungsi untuk memutus arus listrik yang mengalir pada kumparan primer koil, hal ini untuk dihasilkan induksi diri pada kumparan sekunder (ketika arus di kumparan primer diputus), munculnya induksi diri pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder yang selanjutnya digunakan untuk memercikkan bunga api.

Nok (Cam)

Nok berfungsi untuk membuka kontak platina dalam waktu yang tepat.

Kondensor

Kondensor berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api pada kontak platina pada saat platina mulai membuka, tujuannya adalah untuk meningkatkan tegangan pada kumparan sekunder koil. Ketika loncatak bunga api pada koil tidak dihilangkan oleh kondensor, maka arus akan tetap mengalir pada kumparan primer koil, silahkan baca artikel inilah dampak jika kondensor pengapian rusak.


Busi

Busi berfungsi untuk mengubah arus listrik bertegangan tinggi menjadi percikan bunga api yang keluar melalui celah elektroda busi.

Demikianlah artikel tentang komponen sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor, semoga bermanfaat. Silahkan dishare.

Sebuah kendaraan memiliki mesin yang digerakkan karena adanya pembakaran antara udara dan bahan bakar atau bensin. Supaya proses pembakaran berhasil dibutuhkan percikan api yang berasal dari busi. 

Percikan api tersebut berhasil muncul karena sistem pengapian konvensional yang digunakan sejak kendaraan bermotor dengan bensin pertama kali dibuat. Hingga saat ini sistem pengapian tersebut masih terus digunakan. 

Simak penjelasan lengkap mengenai pengapian konvensional dalam sebuah kendaraan berikut ini. 

Baca Juga : Sekring Motor: Fungsi, Jenis, dan Penyebab Sering Putus

Apa Itu Sistem Pengapian Konvensional dan Fungsinya 

Secara umum ada empat jenis sistem pengapian yang digunakan pada kendaraan mobil. Pertama adalah sistem pengapian konvensional, kedua sistem pengapian CDI, ketiga sistem pengapian transistor dan terakhir sistem pengapian DLI. 

Di antara keempatnya, pengapian konvensional adalah sistem yang pertama kali dirancang oleh manusia dalam sebuah kendaraan bermotor. Pengertian dari sistem ini adalah rangkaian mekatronika sederhana. 

Baca Juga : Mudah, Ini Cara Memperbaiki Aki Kering Yang Soak

Tujuan dibuat adalah untuk menciptakan percikan api pada busi dengan interval tertentu. 

Busi akan menciptakan percikan api karena energi listrik dari tegangan yang mengalir tinggi melewati elektroda busi. 

Tegangan bisa mencapai 30.000 V DC, di mana celah 0,8 mm pada elektroda tersebut akan menciptakan lompatan elektron yang bentuknya percikan api. Ciri utamanya sendiri adalah menggunakan platina untuk menghubungkan dan memutuskan pengapian. 

Baca Juga : Begini Ciri-ciri Aki Mobil yang Sudah Soak

Ada dua fungsi yang dimiliki sistem pengapian konvensional. Pertama adalah untuk menciptakan loncatan bunga api pada busi di waktu yang tepat. Waktunya adalah untuk menciptakan pembakaran antara udara dengan bahan bakar bensin. 

Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan loncatan bunga api dibutuhkan tegangan listrik yang tinggi. Tegangan tersebut akan menaikkan tegangan baterai sehingga menjadi tegangan tinggi coil melalui hubungan singkat arus primer oleh platina. 

Sistem ini berbeda dengan sistem pengapian CDI yang justru menganut prinsip pengosongan arus pada kapasitor supaya terdapat tegangan pada coil. Berbeda juga dengan sistem pengapian transistor yang tak lagi menggunakan platina. 

Seperti apa cara kerja dari pengapian konvensional dipengaruhi oleh komponen yang ada di dalamnya.

Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian DC yang benar adalah

Komponen dalam Sistem Pengapian Konvensional

Setiap sistem pengapian memiliki komponen yang berbeda-beda tergantung bagaimana caranya bekerja. Masing-masing komponen ini memiliki fungsi dan tugas berbeda namun saling berhubungan untuk menciptakan percikan api. 

Jadi busi tidak bekerja sendiri dalam sebuah kendaraan motor atau mobil untuk bisa menciptakan percikan api. Secara umum ada tiga komponen utama yang penting yaitu Nok, Ignition Coil dan Distributor. 

Halaman 1 2 3 Tampilkan Semua

Sistem pengapian CDI-DC ini menggunakan arus yang bersumber dari baterai. Prinsip dasar sistem pengapian CDI-DC adalah seperti gambar di bawah ini :

Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian DC yang benar adalah

Gambar 1. Prinsip dasar sistem pengapian CDI-DC

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa baterai memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan menjadi sekitar 350V. Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi kondensor/kapasitor. Ketika dibutuhkan percikan bunga api busi, pick-up coil akan memberikan sinyal elektronik ke switch (saklar) S untuk menutup. Ketika saklar telah menutup, kondensor akan mengosongkan (discharge) muatannya dengan cepat melalui kumparan primaer koil pengapian, sehingga terjadilah induksi pada kedua kumparan koil pengapian tersebut.

Jalur kelistrikan pada sistem pengapian CDI-DC (CDI dengan sumber arus DC) ini adalah arus pertama kali dihasilkan oleh kumparan pengisian akibat putaran magnet yang selanjutnya disearahkan dengan menggunakan Cuprok (Rectifier) kemudian dihubungkan ke baterai untuk melakukan proses pengisian (Charging System). Dari baterai arus ini dihubungkan ke kunci kontak, CDI unit, koil pengapian dan ke busi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat  pada gambar berikut :

Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian DC yang benar adalah

Gambar 2. Sirkuit sistem pengapian CDI dengan arus DC

Cara Kerja Sistem Pengapian CDI-DC

Cara kerja sistem pengapian CDI-DC (CDI  dengan arus DC) yaitu pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan mengalir dari baterai menuju sakelar. Bila sakelar ON maka arus akan mengalir ke kumparan penguat arus dalam CDI yang meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt  DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan kemudian dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara. Akibat putaran mesin, koil pulsa menghasilkan arus yang kemudian mengaktifkan SCR, sehingga memicu kondensor/kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian. Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer koil pengapian, maka timbul tegangan induksi pada kedua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder dan menghasilkan loncatan bunga api pada busi untuk melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Perhatikan Gambar 2 Sirkuit sistem pengapian CDI-DC diatas.