Bagaimana warga yang baik sesuai paham Muhammadiyah

Ada sepuluh ciri karakter orang Muhammadiyah sebagai pelaku gerakan

blogspot.com

Logo Muhammadiyah dengan ilustrasi pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan

Red: Elba Damhuri

Oleh : Prof Haedar Nashir, Ketua Umum Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, -- Muhammadiyah itu organisasi besar dan telah berkiprah lebih satu abad untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal.

Di antara kekuatan Muhammadiyah ialah karena karakter orang-orangnya yang memiliki ciri utama, yang membedakannya dengan orang lain.

Dengan mengakui kekurangan dan kelemahan, orang-orang Muhammadiyah itu merupakan sosok pelaku gerakan yang menghayati prinsip dan misi Persyarikatan, sehingga mampu membawa gerakan ini mencapai tujuannya dengan benar dan lurus.

Orang Muhammadiyah itu orang Islam atau Muslim, yang karena agamanya terpanggil untuk berjuang melalui Persyarikatan (Qs Ali-Imran: 104) mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Qs Ali Imran: 110).

Sebagai umat Islam dan warga bangsa, orang Muhammadiyah itu tentu sama dengan yang lain. Namun, karena terbentuk dalam sibghah (celupan dasar) gerakannya, maka orang Muhammadiyah itu memiliki karakter khas yang membedakannya dengan yang lain.

Dari pengamatan penulis, terdapat setidaknya sepuluh ciri karakter orang Muhammadiyah sebagai pelaku gerakan.

Berakidah Murni

Orang Muhammadiyah apakah dia pimpinan dan kader maupun anggota memiliki ciri yang kuat yaitu berakidah Islam yang murni. Artinya memiliki jiwa, sikap, dan praktik bertauhid hanya menuhankan Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan dengan apapun.

Mereka lurus akidahnya serta tidak mempratikkan syirk, tahayul, bid’ah, dan khurafat (TBC). Dalam butir pertama Muqaddimah AD Muhammadiyah disebutkan, hidup manusia itu bertauhid, ibadah, dan taat kepada Allah. Orang Muhammadiyah itu menjadi sosok Al-Ikhlas sebagaimana temuan penelitian Dr Abdul Munir Mulkhan.

Mereka memiliki habluminallah yang benar dan lurus, ibadahnya sesuai tuntunan Rasulullah, sekaligus tercermin dalam kebaikan habluminnas (Qs Ali Imran: 112). Ada banyak orang yang aqidah atau tauhidnya lurus tetapi kurang terpantul dalam kebaikan dengan sesama dan lingkungannya.

Berpaham Islam yang Berkemajuan

Orang Muhammadiyah itu berpaham Islam yang berkemajuan. Agama yang membawa perubahan (Qs Ar-Ra’d: 21), pembangunan (Qs Al-Qashas: 77; Al-Baqarah: 11, 30), pencerahan (Qs Al-Baqarah: 257), dan orientasi ke masa depan (Qs Al-Hasyr: 18). Paham Islam yang berkemajuan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Nabi yang maqbulah serta membuka diri pada ijtihad dan pikiran maju.

Paham Islam yang berkemajuan memandang Islam secara komprehensif apakah itu akidah, ibadah, akhlak, maupun mu’amalah dunyawiyah untuk membangun kemajuan hidup yang utama.

Paham Islam yang berkemajuan memuliakan umat manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Paham Islam yang berkemajuan menjadikan Islam sebagai agama untuk kemajuan peradaban (din al-hadlarah) dengan sejumlah sifat sebagaimana terkandung dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua.

Ikhlas, Jujur, dan Amanah

Orang Muhammadiyah pada umumnya memiliki sifat ikhlas, jujur, dan amanah. Ikhlas selalu berbuat atau beramal dengan niat karena Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi. Jika karena tugas profesi atau duniawinya memperoleh konpensasi (ujrah) dia tidak menghalangi dan makin bergairah untuk berbuat yang sifatnya bernilai pahala (ajrah), sehingga berkiprah optimal dan tidak hitung-hitung dalam berjuang. Orang Muhammadiyah juga jujur yaitu lurus dalam berkata dan berbuat, sehingga selalu bertindak benar, baik, dan patut.

Orang Muhammadiyah memiliki sifat amanah, yaitu terpercaya atau dapat dipercaya, sehingga tugas atau jabatan apapun selalu dapat dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak mengejar jabatan dalam Persyarikatan maupun amal usaha, tetapi manakala diberi amanat ditunaikan dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Ketika tak menjabat pun tetap berjuang dalam Muhammadiyah dengan penuh gairah dan kegembiraan.

Cerdas Berilmu

Ciri anggota Muhammadiyah itu cerdas dan berilmu. Cerdas artinya selalu mengasah akal pikirannya sehingga jernih, logis, kritis, dan mampu menangkap yang terirat dari yang tersurat. Sedangkan berilmu artinya memiliki pengetahuan baik dalam ilmu keagamaan maupun umum sehingga menjadi alim, ulama, cendekia, inelektual, dan intelegensia.

Orang Muhammadiyah tidak kenal lelah untuk terus mengasah kecerdasannya dan meningkatkan ilmunya hingga menjadikannya sosok ulil albab (Qs Ali Imran: 190-191). Dengan kecerdasan dan ilmu yang dimilikinya mampu memperkaya khazanah pemikiran Muham madiyah, memecahkan masalah-masalah organisasi, serta memandu dan mencerahkan masyarakat di manapun berada.

Moderat Bijaksana

Orang Muhammadiyah itu dikenal tengahan (moderat, tawasuth) dan bijaksana sebagaimana tercermin dalam sepuluh sifat Kepribadian Muhammadiyah. Sifat moderat atau tengahan itu diajarkan Islam yaitu menjadi ummatan wasatha, baik dalam hal beragama maupun sikap hidup sehari-hari. Dalam hal beragama tidak ghuluw atau ekstrem.

Artinya dalam beragama seimbang antara beriaqidah-beribadah-berakhlak-bermuamalah, selaras dalam habluminallah dan habluminannas, serta antara dunia dan akhirat. Selain itu selaras antara orientasi kepentingan individu dan kolektif, lahir dan batin, kognisi-afeksi-psikomotor, serta selalu harmoni. Bijaksana artinya bersikap ihsan atau utama dalam segala hal melampaui sikap orang-orang awam. Dalam berdakwah dia hikmah, mendidik, dan dialogis (Qs An-Nahl: 125). Kalau melakukan kritik ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. Moderat-bijaksana bukan plin-plan, sebab tetap kuat pada prinsip.

Etos Kerja Tinggi, Disiplin, dan Produktif

Anggota Muhammadiyah menjadi apapun dirinya dan di mana pun berkiprah memiliki mentalitas positif yang bercirikan antara lain etos kerja tinggi artinya selalu ingin bekerja sungguh-sungguh dan optimal meraih sukses. Dirinya tidak suka mengerjakan sesuatu dengan asal-asalan, malas, dan sekadar formalitas. Selain itu, memiliki disiplin tinggi, termasuk menghargai waktu atau tepat waktu, tidak membiarkan dirinya menganggur atau bayak waktu luang, serta selalu ingin berbuat yang positif (Qs Al-Ashr: 1-5). Orang Muhammadiyah juga produktif, artinya selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berkualitas baik dalam berpikir, bertindak, maupun melakukan pekerjaan atau kegiatan. Dirinya seperti lebah yang suka makan makanan yang baik, menghasilkan sesuatu yang baik yaitu madu, dan manakala hinggap di ranting yang rapuh sekalipun tak pernah merusak.

Adil dan Memuliakan Manusia

Orang Muhammadiyah itu pada umumnya adil dalam bersikap dan bertindak, artinya objektif dan pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil itu perintah Allah (Qs An-Nisa: 58) dan dekat dengan taqwa (Qs Al-Maidah: 8). Jika menghadapi masalah disikapi secara proporsional, tidak membesar-besarkannya, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, sebagai pantulan dari adil dan ihsan, orang Muhammadiyah itu memiliki sifat memuliakan manusia tanpa diskriminasi.

Mereka menghormati perempuan, tidak merendahkan, serta menempatkannya sejajar dengan laki-laki sebagaimana ajaran Islam. Laki-laki menghormati dan memuliakan perempuan, sebaliknya perempuan menghormati dan memuliakan laki-laki, istri dan suami saling menghormati dan memuliakan, sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Orang kaya menghormati yang miskin dan sebaliknya, tua dan muda saling menghormati, dan seterusnya. Sikap adil dan memuliakan manusia itu cermin dari watak keislaman, yang menempatkan takwa, iman, dan amal shalih sebagai dasar persamaan kemanusiaan (Qs Al-Hujarat: 14; An-Nahl: 97).

Berjiwa Al-Ma’un

Ciri khas warga Muhammadiyah berjiwa Al-Ma’un, sebagaimana praktik pengamalan Islam Kyai Ahmad Dahlan. Berjiwa Al-Ma’un itu peduli dan memberdayakan kaum lemah dan tertindas atau dhhu’afa-mustadh’afin (QS Al-Ma’un: 1-7). Berbagai advokasi dan pelayanan sosial terhadap mereka yang dhu’afa-mustadh’afin dilakukan secara personal maupun organisasi, sehingga kehadirannya benar-benar membawa perubahan dan kemajuan.

Spirit Al-Ma’un melahirkan orang Muhammadiyah yang egaliter, populis, dan menjadi agen perubahan sosial. Di mana pun orang Muhammadiyah berada terpanggil untuk peduli dan berbagi terhadap anak yatim, fakir miskin, dan siapapun yang tersisih dalam kehidupan untuk dibebaskan, diberdayakan, dan dimajukan.

Gemar Beramal dan Berusaha

Orang Munammadiyah itu suka beramal dan berusaha. Dia gemar berinfak-bershadaqah dan beramal shalih dalam berbagai bentuk, baik secara individual maupun kolektif.

Orang Muhammadiyah tidak pernah malas dan menengadahkan tangan di bawah, sebaliknya bekerja keras dan menempatkan tangan di atas sebagaimana ajaran Nabi. Dari etos beramal dan berusaha itulah lahir amal usaha dan dakwah bil-hal yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan umat dan bangsa.

Orang Muhammadiyah itu mandiri dan memiliki martabat diri yang kuat, sehingga tidak tergantung dan merendahkan diri pada pihak lain. Di manapun orang Muhammadiyah berada selalu aktif membangun. Orang Muhammadiyah itu mengamalkan ajaran Islam tentang amal shalih dan ikhtiar sebagai khalifah di muka bumi (Qs Al-Baqarah: 30, Hud: 61).

Berorganisasi dan Bekerja Sama

Orang Muhammadiyah memiliki jiwa dan kecakapan berorganisasi maupun bekerjasama dengan siapapun dan di manapun berada. Berjam’iyah (berorganisasi) dan berjama’ah (berma syarakat, berkomunitas) merupakan ciri khas orang Muhammadiyah, sehingga pandai menggerakkan dan mengorganisasi orang untuk kemajuan hidup bersama.

Kendati karena paham agamanya kadang semula dijauhi orang, tetapi karena luwes berinteraksi dan beramal nyata maka lama kelamaan orang diterima masyarakat luas, bahkan menjadi pelaku perubahan dan kemajuan di manapun berada. Mereka pandai mengurus masyarakat dan memecahkan masalah dengan objektif, sehingga menjadi organisator dan problem solver. Prinsip sosialnya ialah bekerjasama dalam kebaikan dan takwa serta menjauhi dosa dan permusuhan (Qs Al-Maidah: 2). Dengan kiprah berorganisasi dan bekerjasama yang baik itu akhirnya orang-orang Muhammadiyah menjadi sosok pembawa rahmatan lil-alamin bagi lingkungannya.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 9 Tahun 2015

  • muhammadiyah
  • pp muhammadiyah
  • haedar nashir

Bagaimana warga yang baik sesuai paham Muhammadiyah